NovelToon NovelToon
Benci Jadi Cinta

Benci Jadi Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Dijodohkan Orang Tua / Menikah dengan Musuhku
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nike Nikegea

Benci Jadi cinta mengisahkan perjalanan cinta Alya dan Rayhan, dua orang yang awalnya saling membenci, namun perlahan tumbuh menjadi pasangan yang saling mencintai. Setelah menikah, mereka menghadapi berbagai tantangan, seperti konflik pekerjaan, kelelahan emosional, dan dinamika rumah tangga. Namun, dengan cinta dan komunikasi, mereka berhasil membangun keluarga yang harmonis bersama anak mereka, Adam. Novel ini menunjukkan bahwa kebahagiaan datang dari perjuangan bersama, bukan dari kesempurnaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Nikegea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 : ujian terberat

Hari-hari yang lebih baik mulai datang ke kehidupan Rayhan dan Alya. Mereka merasa bahwa hubungan mereka yang sempat hancur, kini perlahan dibangun kembali. Komunikasi lebih terbuka, perhatian lebih diberikan satu sama lain, dan meski masih ada keraguan, mereka berdua berusaha untuk bertahan.

Namun, ujian besar datang tanpa terduga. Suatu hari, Rayhan menerima tawaran pekerjaan yang sangat besar: pindah ke luar negeri untuk menangani proyek internasional yang bisa mengubah kariernya. Tawaran ini datang dengan risiko besar—Rayhan akan jauh dari Alya selama setahun penuh, jauh dari kehidupan yang telah mereka bangun bersama.

Saat Rayhan pertama kali memberitahukan Alya tentang tawaran itu, suasana langsung berubah tegang. Mereka duduk di sofa, saling memandang dengan ekspresi cemas.

"Alya, aku dapat tawaran besar. Kalau aku terima, aku harus pindah ke luar negeri untuk kerja. Tapi aku nggak tahu... ini akan jauh dari kamu," ujar Rayhan, suaranya sedikit ragu.

Alya terdiam, matanya fokus pada cincin kawinnya. “Jadi, kamu mau pergi jauh dari aku?” Suara Alya terdengar pelan, namun penuh emosi yang tak bisa dia sembunyikan.

Rayhan menunduk, merasa berat. "Aku nggak bisa nolak ini, Alya. Ini kesempatan yang nggak datang dua kali. Tapi aku nggak mau kehilangan kamu."

Alya menarik napas panjang, menahan air mata yang mulai muncul. "Kita baru saja mulai kembali, Ray. Dan kamu mau pergi lagi?" dia tertawa pahit, mencoba menahan perasaan yang mulai tercabik-cabik.

Rayhan merasa hatinya perih melihat Alya seperti itu. "Aku nggak mau pergi, tapi aku juga nggak bisa melepaskan kesempatan ini. Apa kita bisa coba bertahan dengan jarak lagi?"

Alya memejamkan mata, merasa cemas tentang masa depan mereka. "Aku nggak tahu, Ray. Jarak itu... itu bukan cuma soal waktu. Itu soal bagaimana kita menjaga perasaan masing-masing, dan aku takut kita bakal kehilangan apa yang sudah kita bangun."

Setelah beberapa saat yang terasa hening, Rayhan akhirnya berkata, "Aku tahu ini berat, dan aku juga nggak tahu jawabannya. Tapi apa kita bisa coba? Setidaknya, kita coba buat keputusan ini bareng-bareng."

Alya menatapnya lama. Dia tahu Rayhan sedang berjuang dengan keputusannya, dan dia juga merasa seperti dunia mereka kembali diguncang oleh ketidakpastian. "Aku cinta kamu, Ray. Tapi... aku nggak tahu kalau kita bisa terus begini."

---

Beberapa hari kemudian, mereka berdua masih berpikir keras tentang keputusan ini. Rayhan akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran tersebut, merasa ini adalah langkah penting dalam kariernya. Namun, hal itu membuat Alya semakin merasa tidak pasti tentang masa depan mereka.

Alya memutuskan untuk memberi Rayhan kesempatan itu, meski hatinya berat. "Ray, aku ingin kamu sukses. Tapi aku juga butuh kamu di sini. Aku nggak tahu apakah kita bisa bertahan dengan semua jarak ini lagi."

---

Setelah keputusan besar itu, Rayhan berangkat ke luar negeri untuk proyek yang sudah diputuskan. Namun, sebelum berangkat, ada satu hal yang mereka sepakati: meski jarak memisahkan, mereka akan berusaha untuk lebih terbuka dan tidak membiarkan apapun merenggangkan kedekatan mereka.

Pada hari terakhir Rayhan di Jakarta, mereka duduk bersama di tepi balkon apartemen mereka. Suasana ini terasa berbeda, penuh keheningan yang berat, tapi juga penuh dengan rasa sayang yang masih ada.

"Alya," Rayhan memulai, matanya tidak bisa berpaling dari wajah istrinya. "Aku tahu ini bukan keputusan mudah. Tapi aku ingin kita bisa tetap dekat meskipun terpisah jarak."

Alya tersenyum kecil, meski ada rasa khawatir di matanya. "Aku juga berharap kita bisa lebih dari sekadar bertahan, Ray. Aku ingin kita tetap bisa berbicara, lebih sering, lebih terbuka."

Rayhan menggenggam tangan Alya dengan erat. "Aku janji, kita nggak akan jarang komunikasi. Malah, aku akan berusaha lebih sering ada untuk kamu. Kalau bisa, aku akan telepon tiap hari. Kita harus lebih dekat, nggak peduli jaraknya."

---

Mereka mulai merencanakan banyak hal untuk tetap merasa dekat meski tidak bisa bertemu secara fisik. Setiap malam, mereka mengatur waktu untuk berbicara melalui video call, saling bercerita tentang keseharian mereka, dan sesekali berbagi tawa meski hanya melalui layar. Ada perasaan yang mulai tumbuh kembali di antara mereka, meski tidak semudah itu.

Pekerjaan Rayhan memang menyita banyak waktu, tetapi dia berusaha untuk tidak mengabaikan Alya. Setiap hari, dia selalu mengirim pesan, bahkan jika hanya sekadar ucapan selamat pagi atau malam. Alya merasa dihargai, dan itu membuatnya semakin yakin bahwa hubungan mereka bisa bertahan.

Suatu hari, saat mereka sedang berbicara lewat video call, Rayhan tiba-tiba berkata, "Alya, aku kangen banget. Nggak sabar pulang dan kita bisa jalan-jalan lagi seperti dulu."

Alya tertawa, meski ada rasa rindu yang menyakitkan. "Aku juga kangen. Gimana kalau nanti kamu pulang, kita liburan ke tempat yang belum pernah kita datangi? Agar kita bisa mulai lagi, tanpa beban."

Rayhan tersenyum lebar. "Itu ide bagus! Kita buat rencana liburan yang seru, dan saat itu, kita akan bener-bener menikmati waktu kita, tanpa pekerjaan yang ganggu."

---

Kehidupan mereka kini terasa lebih akrab, lebih hangat meskipun terpisah jarak. Mereka mulai lebih menghargai setiap momen bersama, bahkan jika hanya melalui layar ponsel. Mereka menyadari bahwa kedekatan yang sejati tidak hanya tergantung pada keberadaan fisik, tetapi pada komunikasi yang terbuka dan pengertian yang mendalam.

Alya mulai merasa lebih percaya diri dan merasa bahwa dia dan Rayhan benar-benar memiliki ikatan yang kuat. Sementara Rayhan juga menyadari bahwa hubungan mereka lebih dari sekedar soal pekerjaan dan kesibukan. Ia menemukan kembali alasan mengapa ia ingin terus memperjuangkan cinta ini.

---

Waktu berjalan, dan meskipun jarak masih memisahkan mereka, kedekatan emosional antara Rayhan dan Alya semakin kuat. Setiap kali berbicara lewat video call, mereka merasa seolah dunia mereka kembali terhubung. Namun, seiring berjalannya waktu, rasa rindu semakin besar, dan tekanan dari kehidupan sehari-hari mulai mempengaruhi keduanya. Rayhan mulai merasa kesepian, begitu pula dengan Alya yang merindukan kehadiran Rayhan di sampingnya.

Satu bulan setelah kepergian Rayhan, dia merasa ada yang hilang dalam hidupnya. Suatu malam, saat sedang duduk di apartemen tempat dia tinggal di luar negeri, dia menulis pesan panjang untuk Alya.

“Alya, aku merasa semakin jauh dari kamu, meski kita berusaha dekat. Aku kangen banget sama kamu, dan aku tahu kamu juga merasakannya. Aku nggak mau hubungan ini hanya bertahan karena kebiasaan. Aku ingin kita kembali menjadi yang terbaik untuk satu sama lain. Aku janji, aku akan lakukan apa saja untuk kita bisa hidup bahagia lagi. Aku akan pulang secepatnya.”

Alya membaca pesan itu dengan hati yang berdebar. Rasa rindu yang sudah lama terkubur tiba-tiba muncul kembali. Sejak Rayhan pergi, dia merasa ada ruang kosong yang sulit diisi. Bahkan meski mereka sering berbicara, ada sesuatu yang hilang—kehadiran fisik yang memberikan kenyamanan.

"Aku juga kangen, Ray. Aku nggak mau kita hanya hidup dalam kebiasaan. Aku juga ingin kita jadi lebih baik, lebih kuat. Aku menunggu kamu pulang," balas Alya, suaranya bergetar.

---

Beberapa minggu kemudian, Rayhan akhirnya pulang. Saat dia kembali ke Jakarta, mereka sepakat untuk bertemu di tempat yang mereka pilih dulu sebagai tempat pertama kali mereka jalan bersama. Sebuah kafe kecil dengan suasana tenang di pinggir kota.

Saat Rayhan melihat Alya menunggu di meja yang sama, hatinya berdegup kencang. Alya pun terlihat sama terkejutnya, namun ada senyum lega yang menghiasi wajahnya.

"Alya," Rayhan memanggilnya dengan lembut, lalu duduk di hadapannya. "Aku nggak tahu gimana harus mulai, tapi aku sadar, kita nggak boleh terus hidup dengan ketegangan kayak kemarin. Kita harus bisa melewati semua ini, bareng-bareng."

Alya menatapnya dengan penuh pengertian. "Aku juga sadar, Ray. Kita berdua terlalu banyak mempertanyakan satu sama lain, tanpa memberikan ruang untuk saling percaya. Aku kangen kamu, dan aku ingin kita kembali jadi pasangan yang saling mendukung, bukan saling curiga."

Rayhan menggenggam tangan Alya, mengeratkan pelukannya seakan ingin menghapus semua rasa sakit yang pernah mereka rasakan. "Aku janji, aku akan berusaha lebih baik. Aku nggak akan biarkan jarak atau masalah kecil memisahkan kita lagi."

Alya tersenyum, air mata yang menetes sedikit di pipinya. "Aku juga janji, Ray. Aku akan lebih percaya sama kamu, dan kita akan jalani ini bareng-bareng. Kita akan hidup rukun lagi, mulai dari sini."

---

Setelah malam itu, mereka berdua mulai merasakan kedamaian yang sebelumnya hilang. Mereka menghabiskan waktu lebih banyak bersama, baik itu untuk bekerja atau sekadar menikmati kebersamaan. Mereka memutuskan untuk tidak lagi membiarkan masalah kecil mengganggu, dan mulai fokus untuk saling menguatkan satu sama lain.

Hari-hari mereka dipenuhi tawa dan kebersamaan, baik saat makan malam bersama atau hanya duduk santai di rumah. Mereka menyadari bahwa kebahagiaan mereka bergantung pada kedekatan dan komitmen untuk saling memahami.

Rayhan juga berusaha lebih aktif mendukung Alya dalam setiap langkah hidupnya. Ketika Alya merasa ragu tentang kariernya atau keputusan besar lainnya, Rayhan selalu ada untuk mendengarkan dan memberikan nasihat. Begitu juga dengan Alya, yang selalu memberi semangat kepada Rayhan saat dia merasa tertekan dengan pekerjaannya.

Mereka tidak lagi terpisah oleh jarak atau masalah, melainkan semakin kuat karena saling memberi kekuatan. Dengan setiap hari yang berlalu, hubungan mereka semakin mendalam, dan mereka berdua tahu bahwa mereka siap untuk menjalani hidup bersama, dengan segala tantangannya.

---

1
Niat
suka banget, aku suka ngebacanya 🤩
semangat kak 🤗
Niat
ini novel pertama yang ku baca 😊
sumpah aku jadi ketagihan bacanya 😁😁
Tae Kook
Thor, ini cerita adalah yang pertama kali aku baca dan membuatku ketagihan.
Coralfanartkpopoaf
Meresapi setiap detail dalam cerita ini. 🧐
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!