Bukan bacaan untuk bocil.
Blurb...
"Hem..ternyata cewek cupu ini cantik juga"
Gumam Albian, saat menanggalkan kacamata tebal dari wajah Khanza.
Demi memenangkan taruhan dengan teman-temannya. Albian yang notabenenya adalah pria paling populer di kampus, sampai rela berpacaran dengan Khanza si gadis cupu dan penyendiri.
Berkat pesona yang dimilikinya. Albian berhasil membuat gadis cupu dan lugu seperti Khanza, kini pasrah berada di bawah kungkungannya.
"A-aku takut Al. Bagaimana kalau aku hamil?"
Tanya Khanza saat Albian menanggalkan kancing kemeja oversize miliknya. Namun Albian yang otaknya sudah diselimuti kabut hawa nafsu tidak mendengarkan ucapan Khanza. Meniduri gadis cupu itu adalah bagian dari taruhan mereka.
"Tenang saja sayang, semua akan baik-baik saja kok"
Ucap Albian sembari menelan salivanya saat melihat gunung kembar milik Khanza yang padat dan menantang.
ikuti kisah selengkapnya dengan membaca karya ini hingga selesai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Boss
Puas berpamitan dengan Rosaline, Khanzapun akhirnya turun dari mobil milik sahabatnya itu.
Tangannya melambai di sertai senyuman kearah mobil milik Rosaline yang mulai melaju.
Kedua sahabat itupun berpisah menuju tujuannya masing-masing.
***
***
Sepuluh menit kemudian...
Mobil yang di kendarai Rosaline berhenti di depan lobi kantor Giant group. Rosaline memang sengaja tidak memarkirkan mobilnya di parkiran agar ia tak perlu berjalan kaki lagi dari parkiran menuju gedung kantor. Melelahkan pikirnya, jadi ia berhenti di depan lobi kantor saja supaya bisa langsung masuk.
"Selamat datang nona Rosaline"
Seorang pria 30 tahunan menyambut kedatangan Rosaline. Hans namanya.
"Mari ikut saya nona, Tuan Damian sudah menunggu anda sejak 30 menit yang lalu" Beritahu Hans.
Setelah menyerahkan kunci mobil milik Rosaline pada anak buahnya untuk di parkiran di tempat semestinya, pria berbadan tegap itupun membimbing Rosaline menuju lantai 20 dimana ruang CEO kantor Giant group berada.
"Santai saja kak Hans, tidak usah terburu-buru"
Ucap Rosaline ketika melihat Hans berjalan dengan tergesa-gesa.
Gadis cantik itu mencoba berbicara sesopan mungkin, sesuai dengan pesan Khanza.
"Maaf nona. Tapi saya tidak mau membuat tuan Damian marah karna menunggu terlalu lama"
Balas Hans tanpa menghentikan langkahnya sama sekali, hingga Rosaline harus sedikit berlari untuk mengejar langkah pria jangkung itu.
"Jadi kau tidak takut kalau aku yang marah, hem?" Ucap Rosaline dengan nada yang menantang.
"Bukan itu maksud saya nona. Maafkan saya"
Hans terpaksa melambatkan langkahnya dan berjalan santai mengikuti keinginan gadis muda di hadapannya itu. Gadis cantik itupun tersenyum puas karna keinginannya dituruti.
Jarak dari lobi menuju lift, terasa sangat lama bagi Hans. Karna gadis muda di sampingnya itu berjalan dengan sangat lambat. Bahkan sesekali Rosaline menghentikan langkahnya untuk membalas sapaan para karyawan yang menyapanya dengan sedikit berbasa-basi.
"Kak Merry aku sangat suka warna lipstik barumu, terlihat sangat segar" Ucap Rosaline pada salah satu karyawan disana.
"Terima kasih nona, and juga sangat cantik"
Balas Merry diiringi senyuman.
"Oh tentu saja, aku memang selalu cantik setiap harinya" Ucap Rosaline lagi sembari mengibaskan rambut panjangnya, hingga ujung rambutnya mengenai wajah Hans.
Ting
Hans bisa sedikit bernapas lega kala pintu lift khusus petinggi perusahaan itu tertutup dan mulai bergerak menuju lantai 20.
"Kak Hans, kau harus lebih santai sedikit dalam menjalani hidup ini. Tidak usah terlalu tegang begitu"
Beritahu Rosaline memecah keheningan, karna hanya ada mereka berdua saja yang ada di dalam lift tersebut.
"B-baik nona" Balas Hans ragu-ragu.
Ting
Pintu lift itupun terbuka karna mereka telah tiba di lantai 20.
"Mari nona"
Hans mempersilahkan Rosaline untuk keluar terlebih dahulu. Rosaline tersenyum tipis seraya melewati pria yang menurutnya kaku tersebut.
"Pantas saja di usianya yang sudah tua kak Hans belum juga menikah"
Gumam Rosaline sangat pelan, mungkin hanya dia sendiri yang mampu mendengarnya.
Tok tok tok
Hans mengetuk pintu itu tiga kali.
"Silahkan masuk nona, tuan Damian sudah menunggu di dalam"
Kata Hans, dia yang mengetuk pintu itu namun hanya Rosaline yang di minta untuk segera masuk ke ruangan CEO tersebut.
"Hem baiklah. Terima kasih kak Hans"
Rosaline tersenyum ke arah pria kaku itu. Ia memanggil Hans dengan sebutan kak, karna usia mereka memang terpaut jauh.
"Sama-sama nona" Balas Hans dengan wajah datarnya.
"Kalau dia berkerja denganku nanti, aku harus merubah pria itu jadi lebih ceria lagi"
Batin Rosaline sembari membuka pintu berwarna coklat tua tersebut.
Ceklek
Pintu berbahan kayu jati itu akhirnya terbuka lebar.
"Uncle..."
Sapa Rosaline kala melihat pria paruh baya yang rambutnya sudah hampir memutih semua itu menatap kearahnya.
"Kalau sedang di kantor panggil aku dengan sebutan pak atau tuan"
Peringati pria paruh baya itu.
"Santai saja uncle, kita kan hanya berdua saja" Balas Rosaline dengan wajah tengilnya. Tak menyangka saja jika pamannya itu ternyata gila-gila hormat.
"Ck. Bagaimana perusahaan ini akan bertahan kalau dipimpin oleh orang sepertimu?"
Kata Damian dengan nada meledek. Sedangkan Rosaline hanya bisa mencebikkan wajah cantiknya ketika pamannya itu menatap remeh pada dirinya.
"Uncle juga punya kesibukan sendiri, tidak mungkin bisa berada di kantor ini selamanya. Jadi mulai sekarang kau harus belajar untuk bertanggung jawab. Jangan sampai perusahaan yang dengan susah payah didirikan oleh kakakku justru malah hancur ditanganmu"
Lanjut Damian lagi. Damian adalah adik kandung dari Ferdian ayahnya Rosaline. Damian juga memiliki perusahaan sendiri yang harus ia pimpin, ia hanya menggantikan posisi sang kakak untuk sementara. Sampai Rosaline lulus kuliah.
Dan satu-satunya harapan mereka sekarang adalah Rosaline saja. Karna Ferdian sedang sibuk menemani Betrand kakaknya Rosaline yang sedang menjalani pengobatannya di luar kota.
Rosaline tidaklah berbual ketika ia mengatakan dia adalah bosnya kepada Khanza. Karna nyatanya ia adalah putri dari Ferdian Fernandes pemilik sekaligus pendiri dari kantor Giant group.
***
***
Di waktu yang sama namun di tempat yang berbeda..
Khanza sudah duduk manis di dalam kereta yang akan membawanya menuju kota nenek dan kakeknya. Sudah lama Khanza tidak bertemu dengan orang tua dari mediang ibu kandungnya tersebut.
Ada rasa rindu pula di hati gadis cantik itu pada orang-orang yang masih tulus menyayanginya tersebut, jadi Khanza memutuskan untuk mengunjungi mereka sebentar sebelum menuju tempat tujuannya.
"Cantik"
Perhatian Khanza menatap pemandangan lewat jendela kereta, teralihkan saat mendengar suara yang sangat di kenalnya itu.
"Kau!"
Pekik Khanza saat melihat Albian duduk di hadapannya dengan senyumnya yang menakutkan.