SEKUEL TERPAKSA MENIKAHI PEMBANTU
Giana yang sejak kecil kehilangan figur seorang ayah merasa bahagia saat ada seorang laki-laki yang merupakan mahasiswa KKN memberikan perhatian padanya. Siapa sangka karena kesalahpahaman warga, mereka pun dinikahkan.
Giana pikir ia bisa mendapatkan kebahagiaan yang hilang setelah menikah, namun siapa sangka, yang ia dapatkan hanyalah kebencian dan caci maki. Giana yang tidak ingin ibunya hancur mengetahui penderitaannya pun merahasiakan segala pahit getir yang ia terima. Namun, sampai kapankah ia sanggup bertahan apalagi setelah mengetahui sang suami sudah MENDUA.
Bertahan atau menyerah, manakah yang harus Giana pilih?
Yuk ikuti ceritanya!
Please, yang gak benar-benar baca nggak usah kasi ulasan semaunya!
Dan tolong, jangan boom like atau lompat-lompat bacanya karena itu bisa merusak retensi. Terima kasih atas perhatiannya dan selamat membaca. ♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSM 12
"Ratih, bersihin sepatuku, gih! Buruan, aku sudah hampir terlambat," seru Angel yang baru saja turun dari tangga. Ratih yang baru saja mau duduk setelah selesai menyiapkan sarapan pun sontak mendongak. Rahangnya seketika mengeras karena kesal.
"Mbak, aku itu bukan pembantu yang bisa seenaknya kamu suruh-suruh. Bersihkan sendiri kenapa? Aku sudah balek. Dari bangun tidur udah harus siapin sarapan untuk kalian. Apa Mbak nggak liat, aku aja sampai belum mandi," sentak Ratih kesal.
Angel yang mendengar suara sentakan itu pun sontak kesal.
"Kamu membentak aku?" balas Angel marah.
"Salah Mbak sendiri berbuat seenaknya. Aku itu adik suami Mbak, bukannya pembantu. Kalau Mbak butuh pembantu seharusnya Mbak pekerjakan pembantu sana, jangan suruh-suruh aku seenaknya."
"Oke kalau kamu mau aku memperkerjakan pembantu. Aku nggak masalah," ujar Angel sambil tersenyum membuat Ratih turut tersenyum tak kalah lebar.
"Nah, gitu dong. Kalo gitu 'kan enak," ujar Ratih yang tidak tahu kalau ada maksud dan tujuan lain Angel mengatakan itu.
"Tapi ada syaratnya." Angel menyeringai.
"Apa?" tanya Ratih penasaran.
"Syaratnya mulai bulan depan, uang jatah kamu nggak ada lagi," ucap Angel acuh tak acuh, namun mampu membuat Ratih terbelalak. Ia bahkan sontak berdiri dari kursi yang ia duduki.
"Mbak nggak bisa gitu dong. Masa' jatah aku nggak ada. Nggak. Pokoknya aku nggak mau."
"Lah, ini risiko kamu. Kamu mau pembantu, oke, aku akan carikan, tapi ya syaratnya uang jatah kamu nggak ada lagi. Enak aja mau numpang makan dan tidur gratis. Kalo mau duit, kerja sana. Aku aja masih kerja kok, eh kamu malah mau santai-santai," cibir Angel santai sambil memainkan kuku-kukunya.
Ratih mengeram marah. Jelas ia tidak terima. Ratih lantas segera berbalik menuju ke kamarnya. Ia masuk ke dalam kamar sambil membanting pintu dengan keras. Rendi yang tengah bersiap kerja pun sontak terlonjak kaget.
"Kamu apa-apaan sih, Tih? Nggak bisa apa tutup pintu dengan pelan," omel Rendi dengan wajah masam.
"Nggak usah marah-marah. Aku tuh lagi kesel tau."
"Kesel ya kesel aja, nggak usah sampai semua orang kena imbasnya."
"Apa sih? Kamu itu nggak ngerti. Aku tuh kesel, Mbak Angel selalu nyuruh-nyuruh aku udah kayak pembantu tau nggak. Emangnya aku pembantu? Mana sekarang aku bertugas masak terus bersih-bersih. Mama tukang cuci baju. Belum kerjaan lainnya. Nggak ada sudahnya. Aku tuh capek." Ratih mengeluarkan unek-uneknya. Ia menghempaskan tubuhnya di tempat tidur dengan raut masam dan penampilan berantakan. Ia masih mengenakan baju tidur semalam karena memang belum sempat mandi.
Rendi tersenyum sinis. "Jadi kamu capek ngerjain pekerjaan rumah? Apa kabar Mbak Gia yang kalian perlakuan seperti pembantu selama bertahun-tahun? Dia ngerjain sendiri lho. Bahkan saat mau istirahat pun kalian malah memarahinya. Ini salah, itu salah. Ini nggak boleh, itu nggak boleh. Kalian bahkan memperlakukan dia lebih parah dari seorang pembantu. Pembantu saja masih dapat gaji, tapi dia? Apa kalian pernah mikirin Mbak Gia? Pernah merasa bersalah sama dia? Nggak 'kan. Jadi nikmati aja buah kedzaliman kalian. Mungkin ini teguran dari Allah supaya kalian sadar kalau apa yang kalian lakukan itu salah," ucap Rendi panjang lebar membuat Ratih seketika muntab.
"Jadi kamu nyalahin aku? Heh, aku nggak akan berlaku seperti itu kalau kalian mau mempekerjakan pembantu. Makanya, kerja yang bener biar bisa dapat duit banyak dan mempekerjakan pembantu. Oh, kamu belain si mandul itu apa jangan-jangan diam-diam kamu suka sama dia? Iya?" raung Ratih membuat darah Rendi seketika mendidih.
"Padahal kamu yang duluan dan kamu yang salah, tapi selalu saja playing victim. Kalau kamu lupa, di sini dulu ada pembantu. Tapi kalian justru memecat mereka karena Mbak Gia nikah sama Kak Herdan. Aku baru tau setelah kita menikah ternyata kalian sekejam itu. Seandainya aku tau kamu sekejam ini, mana mungkin aku mau sama kamu. Wajah boleh cantik, tapi hati seperti iblis," balas Rendi kepalang tanggung. Ia keluarkan seluruh kekesalannya yang lama mengendap di dalam hati.
"Dan kamu mau nyalahin aku karena gaji aku kecil, iya? Bukannya kau sendiri sudah tau dari awal kalau aku ini staf biasa? Tapi kau bilang kau mau menerima aku apa adanya. Aku pikir itu benar, tapi ternyata semua hanya bullshitt!" Rendi menggebrak meja rias hingga barang-barang di atasnya berjatuhan. Ratih yang melihat itu jadi semakin berang.
"Dan berhenti menuduhku yang macam-macam. Aku bukan kakak kamu yang begitu mudah berpaling hati sementara masih memiliki istri. Aku bukan bajingan meskipun sejujurnya aku sudah mulai muak melihat tingkahmu yang sudah benar-benar keterlaluan. Kau menuduh orang mandul, tapi kamu sendiri tidak instrospeksi diri. Kita sudah dua tahun menikah, tapi kau pun tak kunjung hamil, apa pernah aku mengataimu mandul? Tidak. Bahkan orang tuaku saja tidak pernah mengungkitnya meskipun aku tau mereka pun menginginkan seorang cucu. Tapi lihat keluargamu? Benar-benar picik dan menjijikan. Hanya bisa mencela tanpa berkaca," engah Rendi sambil berdecih.
"Begini saja, daripada kita selalu bertengkar, lebih baik kita akhiri hubungan kita sampai di sini. Mari kita berpisah. Sumpah, aku sudah nggak sanggup jalani pernikahan ini. Aku sudah muak dengan sikapmu dan keluargamu yang selalu merasa paling benar, paling baik, dan paling sempurna. Sumpah, aku nggak sanggup lagi. Aku menyerah."
Usai mengatakan itu, Rendi pun segera mengambil tas besar miliknya dan memasukkan semua pakaian dan barang-barangnya. Mata Ratih seketika terbelalak. Namun, ia bersikap masa bodoh. Ia yakin kalau Rendi hanya menggertaknya saja.
Setelah selesai mengemas barang-barangnya, Rendi pun berjalan melewati Ratih begitu saja keluar dari kamar.
"Aku akan segera mengurus perceraian kita. Tunggu saja panggilan sidang."
Mata Ratih terbelalak saat mendengar perkataan Rendi.
"Rendi, berhenti bermain-main. Kau tau, kata-katamu itu sudah berarti talak kepadaku."
"Aku tidak bermain-main. Aku serius. Sebenarnya sudah lama aku ingin melakukan ini, namun aku mencoba bersabar. Aku pikir kamu akan berubah seiring berjalannya waktu, tapi ternyata aku salah. Kau tetap saja seperti itu dan tak mau berubah. Maaf kalau selama ini aku tidak bisa menjadi seperti yang kau mau. Selamat tinggal. Semoga kau bisa menemukan laki-laki lain yang lebih baik daripada aku."
Rendi pun melangkah keluar. Di bawah tampak Rahma sudah menunggu dengan khawatir. Baru kali ini ia mendengar suara pertengkaran antara Ratih dan suaminya. Jelas ia khawatir.
"Rendi, kau mau ke mana?" tanya Rahma dengan mata terbelalak saat melihat Rendi membawa tas besar yang ia pastikan berisi pakaiannya.
"Ma, maaf, aku sudah tidak bisa bersama Ratih lagi. Aku kembalikan Ratih pada Mama. Terima kasih atas kebaikannya selama ini. Maaf, Rendi tidak bisa bersama Ratih lagi. Assalamu'alaikum," ucap Rendi lalu menyalami tangan Rahma seperti biasa. Setelahnya, ia pun segera berlalu dari sana mengabaikan keberadaan Herdan dan Angel yang duduk di ruang tamu. Herdan ingin marah dengan sikap Rendi, tapi Angel justru mencegahnya.
"Udahlah, Sayang. Nggak usah ikut campur urusan rumah tangga adikmu. Mereka sudah dewasa sudah seharusnya menyelesaikan masalah mereka sendiri," sergah Angel.
Saat Rendi sudah menaiki motornya dan keluar dari pagar rumah, barulah Ratih berlari berusaha mengejar sambil berteriak. Tapi tekad Rendi sudah bulat. Ia tak mau kembali terikat dengan keluarga toksik itu.
"Ren, Rendi, berhenti, Ren! Rendi, kembali! Maafkan aku. Rendi, kembali!" teriak Ratih yang tidak dipedulikan Rendi sama sekali. Ratih sampai terduduk di tengah jalan. Ia menangis. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Keputusan Rendi sudah bulat.
...***...
Hari ini Giana nggak nongol dulu, ya. Pasti kalian penasaran 'kan sama nasib keluarga toksik ini. 😁
...Happy reading 🥰🤩🤩 ...
Jangan mau kembali Gi walau ibu mertua mu yng meminta 😠😠😠
giana jgk ngk mau rujuk samamu herdan
mimpi kali yaa😝🤣🤣
enak aja Giana di minta balikan lagi pas tau dia hamil, dan karena si Angel istri pilihan si Herdan belum hamil juga 😡
biar karma untuk kalian adalah tdk dianugerahi keturunan dan biar si Angel yg akhirnya Mandul beneran 😜😡