Pernikahan adalah sebuah janji seumur hidup di mana semoga orang ingin menikah dengan pilihannya sendiri, namun bagi Maura itu adalah sebuah angan-angan saja.
Dia harus menggantikan sang kakak yang kabur di hari pernikahannya, tekanan yang di dapat dari orang tuanya membuat Maura pun menyetujuinya karena dia tidak ingin membuat keluarganya malu.
Pernikahan ini terjadi karena sebuah hutang, di mana orang tuanya hutang begitu besar dengan keluarga calon suaminya itu, sosok pria yang sama sekali tidak Maura ketahui bagaimana wajahnya.
Bahkan selama beberapa kali pertemuan keluarga tidak pernah pria itu menampakkan wajahnya, dari rumor yang di dapat bahwa pria itu berwajah jelek sehingga tidak berani untuk menampakkan wajahnya, itu juga salah satu alasan sang Kaka memilih kabur di hari-h pernikahannya dan harus menumbalkan sang adik yaitu Maura.
Bagaimana kelanjutannya???
Yukkk kepoin cerita nya.
NB: Kalau ada typo boleh komen ya biar bisa di perbaiki
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15_Cukup Keras
Maura dan Bianca begitu senang sekali, bahkan Bianca menarik sang kakak ipar menuju ke para pekerja yang sedang memetik daun teh tersebut.
"Permisi bu." sapa Bianca yang memang begitu mudah akrab dengan orang baru.
"Loh tuan Bara, nona Bianca." sapa para pekerja yang memang sudah akrab dengan keluarga Anderson, maklum lah mereka sudah bekerja lama di sini.
"Bu darmi apa kabar?" tanya Bianca.
"Baik nona, ini...?" Bu darmi heran ada wanita lain selain Bianca karena tidak pernah ada wanita atau pria yang di bawa ke villa mereka ini.
"Ini kak Maura bu istrinya kak Bara." jawab Bianca karena tahu sang kakak pasti tidak akan menjawab.
"Maura bu," ucap Maura memperkenalkan diri.
"Cantik sekali ya."
"Kalau gitu kamu ke sana dulu ya bu." pamit Bianca.
Kemudian Bianca mengajak Maura ke tengah kebun yang kebetulan ada jembatan dari kayu yang memang di buat untuk melihat pemandangan yang begitu indah.
"Jangan kencang-kencang tarik nya." seru Bara melihat sang adik menarik tangan Maura cukup kencang.
"Ck iya iya."
"Ini gak papa beneran Bianca, kakak kok takut." seru Maura yang merasa kayu tersebut tidak kokoh untuk menopang tubuhnya, padahal Bianca sudah naik.
"Kak Maura tenang aja, ini aman kok."
Bara hanya melihat dari bawah karena dia berada di belakang sang istri.
"Ikuti saya," ucap Bara berjalan di depan sang istri dan memegangi tangan Maura begitu erat.
Hingga sampai di atas Maura bisa merasa lega karena kayu tersebut memang terlihat kokoh sekali padahal Bianca sudah lompat-lompatan.
"Bianca jangan loncat-loncat." tegas Bara.
"Ck kak Bara emang gak seru." dengus Bianca.
"Kak Maura kak bara sini deh." Bianca memposisikan Maura dan Bara agar berdekatan dengan tangan Bara berada di pinggang sang istri.
"Diam bentar ya aku foto."
CEKREK
Bianca memotret moment pasangan suami istri yang begitu kaku itu kalau di foto.
"Kaku amat sih, yang romantis gitu loh." protes nya saat melihat hasil foto tersebut padahal mah bagus tapi Bianca ingin agar moment tersebut lebih romantis.
Mendengar ucapan sang adik, bara langsung mencium bibir sang istri dengan begitu lembut yang lama-lama menjadi lumayan.
Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, Bianca langsung memotret moment tersebut, semua jepretan nya begitu indah dengan pemandangan yang indah pula.
Maura hanya bisa pasrah saja dengan apa yang sekarang terjadi, jangan tanya lagi malu nya bagaimana tapi mau bagaiman lagi kalau sang suami sudah seperti ini Maura hanya bisa menurut saja.
"Udah jangan tuh di sosor mulu." seru Bianca kesal dengan sang kakak yang begitu lama berciuman di depan nya.
Akhirnya Maura pun mendorong sedikit tubuh sang suami agar ciumannya bisa terlepas, setelah itu dia pun mereka malu karena di lihat oleh sang adik ipar.
Sedangkan Bara cuek-cuek saja tanpa merasa bersalah sama sekali.
"Udah tahu nih adiknya jomblo baru aja putus cinta, eh malah mesra-mesraan lama banget lagi." gerutu Bianca namun tidak di gubris oleh Bara.
"Kak ayo ke sana yuk kita jalan jalan." ajak Bianca sambil menarik tangan Maura.
"Aaaaaaa!" pekik Maura saat dia terpeleset karena jalanan yang sempit dan cukup licin karena semalam habis di guyur hujan, apa lagi Bianca menarik tangan Maura cukup kencang.
"Maura!"
"Kak!" pekik Bianca dan Bara bersamaan saat melihat Maura terjatuh dan cukup keras pula.
"Kan sudah kaak bilang jangan kencang-kencang." seru Bara kemudian menghampiri Maura dan menggendong nya ala bridal style.
Bianca merasa sangat bersalah karena sudah membuat kakak iparnya seperti ini.
Bara membawa Maura kembali ke villa, baru sampai di halaman mama Wina yang sedang duduk bersama papa Brian di gazebo depan villa.
"Sayang, Maura kenapa?" tanya mama Wina khawatir dengan sang menantu.
Awalnya mama Wina ingin menyusul tapi merasa malas untuk berjalan jalan sehingga tidak jadi menyusul.
"Kepeleset ma." jawab Bara singkat kemudian tetap membawa Maura masuk ke dalam.
Sampai di kamar Bara langsung merebahkan tubuh sang istri.
"Tunggu di sini, sebentar lagi dokter akan tiba." ucap Bara, dan benar saja tak lama dokter datang dengan papa Brian, sedangkan mama Wina dan Bianca berada di belakang mereka.
Dokter mengecek kondisi luka Maura cukup serius, bagaimana tidak serius kalau Bara meliriknya begitu tajam.
.
.
Bersambung.....