Dalam kehidupan yang dipenuhi dengan tantangan dan pertempuran, cinta sering kali menjadi cahaya yang memandu. Zayyy, seorang pemuda yang karismatik dan tak kenal takut, telah berjuang melawan musuh dan tantangan, tidak hanya untuk melindungi artefak berharga, tetapi juga untuk menjaga cintanya dengan Angelina. Namun, di tengah semua itu, ada suatu kebenaran yang tak terhindarkan: hidup adalah perjalanan yang penuh dengan keputusan sulit, pengorbanan, dan kehilangan.
Saat bayangan gelap mulai mendekat, Zayyy harus menghadapi tidak hanya musuh yang mengancam, tetapi juga perasaannya sendiri. Pertarungan untuk cinta dan harapan akan membawa Zayyy pada jalan yang penuh dengan kenangan indah dan kesedihan yang mendalam. Di sinilah kisahnya dimulai, di mana setiap detik berharga dan setiap pertempuran adalah bagian dari perjalanan yang lebih besar—sebuah perjalanan menuju pengertian sejati tentang cinta dan kehilangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mohamad Zaka Arya Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19: Bayangan di Tengah Keramaian
Hari-hari berjalan cepat setelah malam yang mereka habiskan bersama di bawah senja. Zayyy dan Angelina mulai menemukan ritme baru dalam hubungan mereka yang sekarang lebih akrab daripada sebelumnya, meskipun tanpa label yang jelas.
Mereka menikmati setiap momen yang bisa mereka habiskan bersama, menghidupkan kembali kenangan lama sembari menciptakan kenangan baru. Dalam keheningan atau di tengah gelak tawa, ada kepercayaan yang terjalin di antara mereka.
Namun, Zayyy merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Di setiap pertemuan, perasaannya terhadap Angelina terasa semakin dalam. Rasa yang dulu pernah ia coba abaikan, kini muncul kembali dengan kekuatan yang tak dapat ia kendalikan.
Setiap kali mereka berbagi momen, Zayyy semakin yakin bahwa Angelina adalah sosok yang tidak bisa ia lepaskan begitu saja. Namun, ada ketakutan yang masih bersarang di hatinya—ketakutan bahwa hubungan mereka tidak akan selamanya berjalan seharmonis ini.
Di suatu akhir pekan, Zayyy dan Angelina memutuskan untuk menghadiri sebuah acara di pusat kota. Sebuah festival kecil yang diadakan setiap tahun, festival itu dipenuhi oleh berbagai stand makanan, permainan, dan hiburan.
Keramaian serta suasana hangat membuat keduanya merasa lepas dari rutinitas. Di sana, mereka berjalan beriringan, menikmati segala hal yang festival tawarkan. Meskipun tak ada kontak fisik, keberadaan Angelina di sisinya memberikan rasa nyaman yang tak tergantikan bagi Zayyy.
Mereka berhenti di sebuah stand permainan yang memungkinkan pengunjung untuk memenangkan hadiah dengan melempar bola ke target tertentu.
Angelina yang bersemangat langsung mencobanya, sementara Zayyy hanya tertawa melihat cara bermainnya yang sangat antusias namun tidak berhasil mengenai sasaran.
Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya Angelina berhasil mengenai target dan memenangkan boneka kecil yang kemudian ia berikan kepada Zayyy dengan senyum kemenangan.
“Ini untuk kamu, karena sudah mau menemani aku hari ini,” ujar Angelina sambil tersenyum.
Zayyy tertawa dan menerima boneka itu. “Terima kasih, tapi sepertinya kamu yang lebih butuh ini daripada aku. Kamu kan yang berhasil memenangkan permainan ini.”
Angelina menggeleng. “Tidak, ini spesial untuk kamu. Biar kamu ingat kalau kita pernah menikmati festival bersama-sama.”
Zayyy memandangi boneka itu dengan senyum hangat, mengingat momen tersebut sebagai kenangan yang ingin ia simpan selamanya. Ia menyimpan boneka itu di dalam kantongnya dan berjanji dalam hati untuk selalu mengingat hari ini.
Malam semakin larut, namun keramaian di festival justru makin memuncak. Di antara lampu-lampu yang berkelap-kelip dan suara musik yang mengalun, mereka melanjutkan langkah menuju area permainan lainnya.
Suasana festival begitu semarak, namun bagi Zayyy dan Angelina, semua itu seakan lenyap ketika mereka larut dalam dunia kecil mereka sendiri.
Saat mereka berjalan di tengah kerumunan, Zayyy tiba-tiba menyadari bahwa tangannya menyentuh tangan Angelina. Seketika, keduanya terdiam, saling menatap, dan merasakan debaran yang tak terbendung di dada mereka.
Namun, tak ada yang berkata-kata. Hanya ada kehangatan dan rasa nyaman yang tumbuh dalam keheningan itu. Tanpa rencana, Zayyy akhirnya menggenggam tangan Angelina, dan Angelina tidak menarik tangannya.
Mereka berjalan bersama seperti itu, membiarkan dunia luar menjadi latar belakang bagi hubungan mereka yang penuh arti.
Setelah berkeliling cukup lama, mereka menemukan sebuah tempat duduk di sudut festival yang agak sepi, dikelilingi oleh tanaman hias dan lampu-lampu kecil.
Mereka duduk bersama, menikmati angin malam yang sejuk sambil sesekali mengobrol ringan. Angelina menatap langit malam yang dipenuhi bintang-bintang, seolah mencari jawaban di antara gemerlapnya.
“Zay,” kata Angelina tiba-tiba, memecah keheningan. “Apa kamu pernah berpikir kalau kita mungkin terlalu takut untuk menghadapi perasaan kita sendiri?”
Pertanyaan itu mengejutkan Zayyy. Ia menatap Angelina, mencoba membaca pikiran di balik matanya yang penuh kejujuran. Selama ini, mereka berusaha menjaga jarak emosional, berusaha tetap menjadi teman tanpa melibatkan perasaan yang rumit. Namun kini, kata-kata Angelina menguak perasaan yang selama ini coba mereka pendam.
“Sejujurnya, aku juga merasa begitu,” jawab Zayyy pelan. “Aku pikir kita berdua takut untuk kembali ke sesuatu yang kita tahu bisa berakhir menyakitkan. Tapi di saat yang sama, aku merasa kalau aku nggak bisa berhenti memikirkan kamu.”
Angelina tersenyum kecil, meskipun ada raut sedih yang tersembunyi di balik senyumnya. “Aku juga merasakan hal yang sama, Zay. Setiap kali kita bersama, aku merasa bahagia, tapi juga takut kalau perasaan ini hanya sementara.”
Zayyy menghela napas, merasa betapa rumitnya hubungan mereka. “Mungkin kita perlu berhenti terlalu memikirkan masa depan dan menikmati apa yang kita miliki saat ini, Angel. Aku nggak tahu apa yang akan terjadi nanti, tapi aku ingin kita menjalani setiap momen tanpa rasa takut.”
Angelina mengangguk setuju. “Mungkin kamu benar. Terkadang, kita hanya perlu berhenti merencanakan segalanya dan membiarkan takdir yang menuntun kita.”
Keduanya terdiam, membiarkan kata-kata tersebut meresap dalam hati masing-masing. Malam itu, tanpa banyak kata, mereka memutuskan untuk menjalani hubungan ini dengan cara yang sederhana—tanpa tekanan atau harapan yang berlebihan, hanya mengikuti alur yang ada.
Saat festival mulai sepi dan pengunjung berangsur pulang, mereka memutuskan untuk berjalan beriringan menuju tempat parkir. Perjalanan pulang di bawah langit malam yang gelap terasa begitu damai.
Mereka berbicara tentang impian-impian masa depan, hal-hal kecil yang membuat mereka bahagia, dan bahkan berbagi tawa tentang kenangan konyol yang pernah mereka alami bersama.
Di ujung jalan, sebelum berpisah, Zayyy menatap Angelina dengan perasaan yang mendalam. Ada begitu banyak hal yang ingin ia ungkapkan, namun kata-kata seakan tertahan di tenggorokannya.
“Angel, terima kasih untuk hari ini. Aku benar-benar menikmati setiap momennya,” ucap Zayyy pelan namun penuh makna.
Angelina tersenyum hangat, matanya berkilau di bawah cahaya lampu jalan. “Aku juga, Zay. Terima kasih karena sudah menjadi bagian dari hidupku yang nggak pernah aku sesali.”
Mereka saling tersenyum, dan tanpa berpikir panjang, Zayyy memeluk Angelina. Pelukan yang dalam, yang penuh kehangatan dan perasaan yang tak terucapkan. Pelukan itu seolah menjadi cara mereka untuk menyampaikan perasaan yang selama ini sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Saat akhirnya mereka berpisah malam itu, keduanya membawa pulang kenangan yang lebih dari sekadar momen biasa. Malam itu, mereka merasa bahwa apa pun yang terjadi ke depannya, mereka telah menemukan tempat yang nyaman di hati masing-masing—tempat yang akan selalu ada, terlepas dari apa pun yang akan mereka hadapi.
Sepanjang perjalanan pulang, Zayyy merasa hatinya lebih ringan dan bahagia. Ada perasaan yang sulit dijelaskan, perasaan yang membuatnya sadar bahwa Angelina adalah sosok yang begitu berarti dalam hidupnya.
Ia tak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, namun ia tahu bahwa ia ingin terus melangkah bersama Angelina, apa pun rintangan yang mungkin menghadang.
Dan malam itu, saat ia menatap langit dari jendela kamarnya, Zayyy merasa bahwa hidupnya kini memiliki tujuan yang lebih jelas. Di tengah segala ketidakpastian, ia menemukan seseorang yang memberikan warna baru dalam hidupnya—Angelina, sosok yang selalu ia kenang di setiap langkahnya.
Di sisi lain, Angelina yang pulang ke rumah juga merasakan kebahagiaan yang sama. Ia tahu bahwa perasaannya terhadap Zayyy tidak bisa disangkal lagi. Meskipun masa depan mereka tak pasti, ia merasa siap untuk menghadapi segalanya, asalkan Zayyy ada di sisinya.