Seorang arsitek muda bersedia mengikuti rencana iseng temannya dalam sebuah perjodohan atas dasar peduli teman. Namun siapa sangka, rencana tersebut malah menyebabkan konflik serta membongkar kasus yang melibatkan beberapa oknum pengusaha dan aparat. Bahkan berujung pada terancamnya kerajaan bisnis dari sebuah keluarga keturunan bangsawan di Perancis.
Bagaimana akhir dari rencana mereka? Simak kisah seru mereka di novel ini. (un) Perfect Plan. Semoga terhibur...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 16
Irwan tengah mengendarai mobil menuju ke villa yang sudah dua hari ini menjadi tempat tinggal sementara Tiara. Di jok penumpang di sampingnya terdapat paper bag titipan Intan yang isinya sebuah ponsel untuk Tiara.
Irwan terpaksa harus menceritakan semuanya pada orang tuanya agar mereka mengijinkan Tiara untuk tinggal disitu. Khawatir kah mereka? Tentu saja. Tapi untuk seseorang yang akan menjadi bagian dari keluarga, mereka tentu dengan lapang dada membantu dengan apa yang mereka bisa dan mereka punya.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Irwan menghentikan mobilnya tepat di depan teras villa. Setelah ia mengetuk beberapa kali, baru Pak Umar membukakan pintu.
"Tiara mana Pak?"
"Neng Tiara kalo tidak salah, tadi sudah masuk ke kamarnya den. Mungkin sudah tidur", sahut Pak Umar dengan suara serak dan tangan yang sedikit bergetar karena usia tua. Irwan sebenarnya cukup khawatir karena satu-satunya lelaki yang ada di villa ini sudah setua itu. Mungkin besok dia akan mencari seseorang yang lebih muda yang akan dia pekerjakan sebagai satpam.
"Kalau begitu, nanti besok saja bapak kasihkan ini. Bilang titipan dari kakaknya"
"Baik den, insya Allah besok saya kasihkan"
"Terima kasih pak. Kalau begitu saya pulang dulu, tolong jaga Tiara. Kalau perlu apa-apa, hubungi saya kapan saja", pesan Irwan yang diangguki Pak Umar.
Mobil Irwan mulai bergerak meninggalkan halaman villa itu. Sementara di sisi jalan yang agak gelap, sebuah mobil SUV tengah parkir. Di dalamnya terdapat 4 orang yang sedang mengamati kepergian mobil itu hingga menghilang di tikungan.
"Kita bergerak sekarang!"
Salah seorang dari mereka memberi perintah.
************
Siang ini Zaki kembali ke kantor Bareskrim untuk mencari tahu perkembangan kasus Arya. Syukur-syukur kalau dia bisa dapat ijin untuk bertemu dengan Arya.
Saat di kursi tunggu, dia melihat ada beberapa orang yang sepertinya juga memiliki keperluan di tempat ini. Seorang wanita berhijab motif bunga-bunga dengan paras di atas rata-rata menarik perhatian Zaki. Pakaian serta aksesorisnya, dan tentu saja ponsel di tangannya menunjukkan kalau dia seorang yang berada.
Zaki tertarik padanya bukan karena wajah cantiknya, ataupun juga penampilannya. Bukan pula karena wanita Tionghoa yang duduk menemani di sampingnya. Tapi Zaki merasa wanita itu tak asing baginya. Hanya saja dia benar-benar lupa dimana dia pernah melihatnya. Zaki berpikir mungkin dia adalah seorang selebriti yang sering wara-wiri di televisi atau medsos. Maklum, akhir-akhir ini sedang ramai berita tentang para selebriti yang terlibat kasus. Narkoba lah, investasi bodong lah, judi online lah. Jadi wajar kalau terkadang bisa bertemu salah satu dari mereka saat di kantor polisi.
Zaki kemudian mendatangi meja kakak iparnya, Rizal.
"Assalamualaikum Bang", sapanya sopan.
"Wa'alaikumussalam. Ada apa lagi kau ke sini Zak??"
Rizal nampak sedikit malas melihat kedatangan Zaki, sudah bisa menebak ada udang di balik bakwan.
"Gak kok bang, kebetulan lewat sini jadinya sekalian mampir siapa tahu ada perkembangan terbaru"
"Perkembangan barunya, ada bukti baru yang memberatkan. Ada video CCTV yang menampilkan kalau temanmu itu pernah bertemu dengan sopir tronton pasca kejadian"
Zaki kaget sekaligus bingung. Apa benar seperti itu? Rasanya tak mungkin.
"Gak percaya? Lihat di aplikasi chatmu", bisiknya, tapi bibirnya sedikit terkatup seolah hendak menutupi omongannya.
Zaki awalnya tak paham. Setelah sadar, baru dia mengangguk.
"Makasih bang", ucapnya sungguh-sungguh.
"Oh ya bang, Pak Deni sudah datang belum?"
Rizal mengernyit.
"Buat apa kamu menanyakan beliau? Ada urusan penting apa sampai kamu ingin bertemu dengan wakil kepala Bareskrim?"
Zaki sedikit kaget. Sebenarnya dia tidak benar-benar ingin bertemu orang itu, dia hanya ingin tahu anggota kepolisian yang mendatangi Pak Hamid. Ternyata salah satunya adalah Wakabareskrim. Berarti tinggal satu orang lagi, yang kata Pak Hamid dia lupa karena namanya agak sulit diucapkan.
"Ah, gak kok Bang. Cuman nanya aja, siapa tahu bisa diajakin ngomong. Namanya juga usaha.."
Rizal hanya mendengus kesal.
"Saya.. permisi ke toilet dulu ya bang. Makasih banyak", ucapnya yang hanya diangguki Rizal.
Setelah Zaki pergi, dua orang wanita yang menarik perhatian Zaki tadi mendatangi Rizal.
"Sebenarnya kapan sih Pak Deni kembali ke sini Pak? Saya sudah cukup lama menunggu", ucap wanita berhijab bunga-bunga yang tak lain adalah Mita.
Rizal sedikit kesal dengan sikap wanita muda itu yang sedari tadi menanyakan tentang salah seorang atasannya. Saat hendak menyahut, dia kalah cepat dengan seseorang. Fritz, staf kepolisian di ruangan itu bersuara.
"Maaf Mbak, Pak Deni nya mungkin sebentar lagi sampai. Bagaimana kalau mbak tunggu di ruangannya saja", tawar Fritz sambil tersenyum.
Rizal melengos melihat sikap Fritz. Memangnya siapa wanita muda itu sampai harus diperlakukan seistimewa itu?
"Kalau begitu, saya ingin bertemu dengan Kabareskrim dulu. Tolong sampaikan ke beliau", ucap Mita dengan gaya terlihat angkuh.
"Baik, tentu saja. Tunggu sebentar, saya akan sampaikan ke beliau"
Fritz kemudian segera menuju ruangan Kabareskrim.
Beberapa saat kemudian terlihat Mita tengah berbicara serius dengan pejabat tertinggi di Bareskrim itu. Sesekali terlihat lawan bicaranya mengangguk-angguk dengan raut yang terlihat serius.
Sementara Zaki tengah membuka video kiriman Rizal di dalam bilik toilet. Video itu menunjukkan rekaman CCTV yang memperlihatkan seseorang dengan outfit yang mirip dengan tampilan Arya saat berangkat ke kantor. Pakaian, jaket, tas, bahkan helmnya pun sama. Hanya saja wajahnya tak terlihat karena posisi kamera yang berada di bagian atas.
Zaki menyimpulkan kalau ini adalah video rekayasa yang bertujuan untuk memberatkan Arya. Setelah berpikir sejenak, Zaki memutuskan nanti akan mendatangi lokasi pertemuan tersebut sesuai informasi dari Rizal yang menyertai video tersebut.
**********
"Ada tamu untukmu", ucap salah seorang petugas jaga pada Arya.
Tangannya memegang kunci ruang tahanan kemudian membuka pintunya lalu menggiring Arya ke ruangan lain.
Nampak di sebuah meja di ruangan itu ada Zaki yang terlihat raut wajah dan sikapnya agak lain dari biasanya. Di hadapannya nampak ada dua orang wanita. Satu memakai hijab bunga-bunga, sedangkan yang posturnya lebih kecil rambutnya diikat ekor kuda. Arya bertanya-tanya dalam hati, siapa mereka? Apakah satu diantaranya ada yang bernama Lastri?
Saat sampai di meja, Arya benar-benar kaget saat melihat wajah wanita yang memakai hijab bunga-bunga itu. Wanita itu tersenyum lebar melihat Arya, bahkan sontak berdiri seolah menyambutnya.
Bukan karena sambutan itu yang membuat Arya kaget. Tapi wajahnya, wajah yang beberapa waktu lalu sempat membuatnya penasaran. Wanita di hadapannya adalah gadis tangguh yang ada di novel online.
Arya hanya terdiam lalu melihat ke arah Zaki seolah minta penjelasan. Tetapi Zaki hanya mengangkat bahunya, kemudian melihat bergantian ke arah Arya dan wanita itu dengan tatapan heran.
"Aku sangat senang akhirnya bisa bertemu denganmu", ucap Mita masih dengan wajah sumringah.
Arya hanya mengangguk pelan kemudian duduk di kursi panjang yang sama dengan Zaki, berhadap-hadapan dengan Mita dan Alin.
"Maaf, kalau boleh tahu anda siapa dan ada perlu apa menemui saya"
Arya masih sedikit tak percaya akan pertemuannya dengan wanita di hadapannya.
"Oh, maaf. Aku Armita. Aku putri dari Ibrahim Hasan. Ehm.. apa kau tahu beliau?"
Arya mengangguk. Tentu saja Arya tahu. Siapapun yang rutin menyimak berita di televisi dan media sosial, pasti tahu siapa itu Ibrahim Hasan.
"Aku Aryaka Atmadja dan ini temanku Ahmad Muzakki", sahut Arya, yang diikuti oleh anggukan Zaki yang masih memasang wajah bingung.
"Aku sudah tahu namamu Aryaka Atmadja, dan apakah kau tahu nama belakangku juga Atmadja? Armita Atmadja, itu namaku"
Mita terlihat antusias namun anehnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Mengapa begitu kebetulan? Arya menjadi bingung begitu pula Zaki.
Mita kemudian berdiri dan berpindah duduk ke kursi panjang yang sama dengan Arya. Arya sontak menggeser duduknya menjauh dan kini menempel dengan Zaki.
"Ibrahim Hasan bukan ayah kandungku, tetapi ayah tiriku", ucap Mita pelan, dengan wajah sendu dan air mata yang mulai mengalir.
Arya menjadi tambah bingung dengan maksud wanita di hadapannya.
"Ayah kandungku adalah Prawira Atmadja, ayahmu"
Kemudian menangis tertahan dan menggenggam tangan Arya.
Arya sontak menarik tangannya. Ia masih tak bisa mencerna apa yang baru di dengarnya. Ayahnya punya anak lain selain mereka bertiga? Dan wanita ini anak tiri Ibrahim Hasan? Bagaimana bisa begitu, apakah ibunya pernah menikah dengan Ibrahim Hasan sebelumnya? Tapi bukankah ayah dan ibunya masih menikah sampai sekarang? Ini maksudnya bagaimana? Arya benar-benar tak habis pikir.
"Ya Tuhan..", tiba-tiba Zaki seperti tersadar.
Arya berpaling ke arah Zaki, seolah bertanya ada apa.
"Dari awal gue ngelihat dia, gue ngerasa kalau gue pernah ketemu terus sangat familiar sama mukanya. Sekarang gue baru sadar, gue belom pernah ketemu dia, tapi muka dia ngingetin gue sama muka lo Ar. Mirip, pake banget malah", Zaki setengah berbisik.
"Apaan sih lo, jangan ngaco ah"
Arya menolak, padahal sebenarnya dia juga menyadari hal itu.
Mita hanya tersenyum kemudian menunduk.
"Iya Zaki, kami memang sangat mirip karena kami kembar"
Mita sukses membuat Arya dan Zaki semakin kaget.
Apalagi Zaki yang kini matanya melotot kemudian memperhatikan Arya dan Mita bergantian. Ya, mereka memang sangat mirip. Hanya perbedaan gender yang akhirnya membuat adanya ciri-ciri khusus yang membedakan di antara keduanya.
"Apa maksud kamu? Kembar? Bagaimana mungkin?", Arya panik mendengar pernyataan Mita.
"Ya, memang begitu kebenarannya"
"Lalu, bagaimana mungkin kalau kita sama-sama anak dari ayah, tapi kau jadi anak tiri Ibrahim Hasan?"
"Untuk masalah itu, sebaiknya kita bicarakan nanti bersama ayah dan juga bunda. Biar mereka nanti yang menyampaikan semuanya"
Ya, dia harus mencari tahu tentang masalah ini langsung ke ayah dan bundanya. Kalau memang betul apa yang dikatakan wanita ini, mengapa selama ini mereka menutupinya?
"Dan sekarang yang terpenting adalah mengeluarkanmu dari sini secepatnya"
Mita kini terlihat bersemangat, sementara Arya hanya tersenyum miris.
Bagus...