Jianying adalah seorang permaisuri dari dinasti Han yang sangat dibenci oleh suaminya sendiri, yaitu Kaisar Han.
Semua itu karena Jianying adalah putri dari kaum kafir, kaum yang dari dulu selalu menentang kedaulatan Kerajaan.
Jianying yang cinta mati pada Kaisar melajukan segala cara untuk menarik perhatian Kaisar sampai harus berbuat hal kejam dengan mencelakai selir kesayangan Kaisar yaitu Limei.
Kaisar yang marah besar lantas menghukum mati Jianying dan seluruh keluarganya.
Tapi bagaimana jika Jianying yang telah di penggal kepalanya oleh Kaisar ternyata di beri kesempatan hidup ke dua?
Apa yang akan dilakukan oleh Jianying untuk merubah nasibnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai berani
Sifat tak peduli Jian Ying itu benar-benar membuat Kaisar merasa ada yang aneh dalam dirinya. Biasanya setiap hari Jian Ying akan datang menghampirinya dengan segala sesuatu yang wanita itu bawa untuk menarik perhatiannya. Entah itu lukisan, makanan atau hadiah lain yang di buat Jian Ying sendiri.
Dulu Kaisar tak peduli, bahkan membuang lukisan wajahnya sendiri hanya karena lukisan itu di buat oleh kaum rendahan macam Permaisurinya. Tapi sekarang, kaisar malah memungut semua lukisan yang ingin dibakar oleh Jian Ying.
"Mengenaskan sekali, apa lukisan wajahku ini begitu pantas untuk di bakar?" Kaisar melihat satu per satu tumpukan lukisan milik Jian Ying.
"Kaisar?"
Kedatangan Li Mei membuat Kaisar mengalihkan pandangannya.
"Ada apa Li Mei?"
"Tidak, aku hanya ingin melihatmu saja" Li Mei langsung mendekat pada Kaisar.
"Lukisan? Dari siapa?" Li Mei ikut melihat lembar-lembar lukisan itu.
"Ini milik Permaisuri Jian Ying. Dia ingin membakarnya, jadi aku membawanya ke sini" Jelas Kaisar pada Selirnya itu.
"Kenapa harus membakarnya? Bukankah lukisan ini begitu indah?"
Kaisar kembali melihat goresan tinta yang membentuk wajahnya itu. Jika di perhatikan, lukisan itu memang begitu indah. Jian Ying bisa membuat berbagai macam lukisan yang berbeda meski dengan objek yang sama, yaitu Kaisar itu sendiri.
"Aku juga tidak tau. Aku merasa memang ada yang aneh dalam dirinya setelah dia kembali sadarkan diri"
Li Mei tampak memperhatikan wajah Kaisar yang sepertinya sedang memikirkan Jian Ying.
"Benar Kaisar, Permaisuri menjadi pendiam dan tak peduli pada apapun. Apa mungkin ada yang sedang di sembunyikan olehnya?"
Kaisar dan Li Mei tampak saling menatap, mereka sama-sama memikirkan apa yang terjadi sebenarnya pada Jian Ying.
Di saat malam tiba, suasana Istana menjadi begitu gelap meski penerangan sudah berada di setiap sudut istana.
Dalam suatu ruangan, terdapat beberapa orang yang tampak sedang membicarakan sesuatu. Dari tempat, cahaya yang sengaja di redupkan, juga suara mereka yang halus tak terdengar dari luar, tentu apa yang mereka bicarakan bukanlah hal yang biasa.
"Aku juga yakin dia pasti sedang merencanakan sesuatu" Ucap seorang pria paruh baya dengan jenggotnya yang panjang.
"Benar paman, kau rasa juga begitu. Tidak mungkin dia akan berubah secepat ini kalau tidak ada sesuatu yang dia inginkan" Sahut wanita yang menyembunyikan dirinya di balik rak buku.
"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" Pria lain yang juga ada di sana ikut menyahut.
"Biarkan dia menjalankan perannya dulu sambil kita cari celah untuk membuat dia mundur dengan sendirinya dari lembaga itu" Pria berjenggot tadi tampaknya orang yang paling andil di sana.
"Tapi aku lihat, tampaknya Kaisar mulai penasaran dengan perubahan sikapnya itu. Apa mungkin Kaisar sebenarnya tertarik dengannya?" Wanita tadi kembali bersuara.
"Tidak mungkin, Kaisar tidak akan mudah menyukainya hanya dalam hitungan hari mengingat selama ini dia begitu membencinya" Tukas pria berjenggot tadi.
"Tapi aku rasa, kita tetap harus waspada. Perasaan orang bisa berubah sewaktu-waktu" Pria yang lebih muda tampak berpikir lebih kritis.
"Kau benar" Sahut wanita tadi.
Entah siapa mereka, dan kenapa mereka begitu ketakutan melihat perubahan yang ada pada diri Jian Ying saat ini.
Sementara itu, di kamar Sang Kaisar....
Pria itu masih saja duduk terdiam di kamarnya entah sedang memikirkan apa.
"Permisi Kaisar"
"Ada apa Kasim Bao?"
"Saya mendapat laporan bahwa Permaisuri pergi keluar Istana bersama dayangnya untuk melihat pesta lampion di sungai Yang, Kaisar"
"Apa? Jadi dia berani keluar Istana tanpa seijin ku?" Shun Yuan mengepalkan tangannya dengan kuat.
"Dia semakin berani tampaknya!" Geram Shun Yuan.
"Apa saya perlu mengutus seseorang untuk mencari Permaisuri Kaisar?" Kasim Bao ketakutan melihat amarah di wajah Shun Yuan.
"Tidak perlu, kau ikut aku mencarinya sendiri!!"
"A-apa Kaisar?" Kasim Bao tentu saja terkejut karena Shun Yuan tak biasanya sepeduli itu dengan Jian Ying.
Bahkan saat Jian Ying tak sadarkan diri berhari-hari pun Kaisar tak sedikitpun mengkhawatirkannya. Lalu kenapa saat ini Shun Yuan terlihat kesal saat Permaisuri dari kaum kafir itu pergi tanpa seijinnya.
"Kau mulai tuli?"
"Maaf Kaisar. Saya akan siapkan baju untuk Kaisar" Bao langsung mengambil baju yang cocok untuk Kaisar agar keberadaannya tak di kenali saat membaur di antara rakyatnya.
Mereka pun segera meninggalkan istana dengan di kawal prajurit bayangan. Shun Yuan dan Bao akan langsung menuju ke sungai Yang, di mana acara itu diadakan.
Acara kecil di dekat Istana yang diadakan satu kali putaran bulan purnama namun menjadi daya tarik bagi semua orang di sana karena banyak pedagang yang akan menjajakan dagangannya dengan berbagai macam rupa.
"Shuwan, kau pilihlah mana yang kau suka. Aku akan membelikannya untukmu" Perintah Jian Ying saat mereka sedang melihat gantungan dari batu giok yang harganya bisa dibilang mahal.
"B-benarkah Permaisuri?"
"Tentu saja, anggap saja ini hadiah dariku untukmu"
"Terimakasih banyak Permaisuri. Kalau begitu, bisakah Permaisuri pilihkan satu untukku?" Shuwan terlihat begitu senang karena dia tak pernah punya barang berharga sama sekali dan dia mendapatkannya pertama kali dari Permaisurinya.
"Baiklah kalau begitu, ambil yang ini!" Jian Ying memberikan gantungan dengan giok berwarna hijau pada Shuwan dan langsung memasangkannya pada baju Shuwan di bagian pinggangnya.
"Terimakasih Permaisuri, ini sangat indah"
"Berhentilah berterimakasih Suwan!"
"Baiklah Permaisuri, ayo sekarang kita ke tepi sungai. Sepertinya acara akan segera di mulai!" Ajak Shuwan karena memang Jian Ying baru pertama kali datang ke sana. Meski kaumnya adalah kaum rendahan, tapi Ayahnya dari dulu tak pernah mengijinkan Jian Ying melihat dunia luar.
Sebelum pergi, Jian Ying membeli satu lagi gantungan gantungan dengan giok berwarna merah untuknya sendiri. Sebenarnya dia tak ingin membeli, tapi ketika melihat warna giok itu tiba-tiba mengkilap membuat Jian Ying begitu tertarik.
Jian Ying memakai tudung di kepalanya untuk menyamarkan wajahnya. Dia berjalan berdesakan bersama Shuwan yang selalu ada di sampingnya.
Ratusan lampion menyala yang sudah siap di hanyutkan tampak indah berjejer di tepi sungai.
"Lihatlah Shuwan, ini begitu indah. Kemana saja aku selama ini karena baru melihat hal yang seindah ini?"
"Itu karena selama ini dunia Permaisuri hanya terpusat pada Kaisar saja" Sekarang Shuwan menjadi lebih santai jika bicara dengan Jian Ying atas permintaan Jian Ying sendiri.
"Benarkah? Jadi dulu aku sebodoh itu?"
"Hahahaha...." Mereka berdua tertawa dengan begitu renyah.
Hari semakin larut, Jian Ying masih begitu menikmati pemandangan sungai yang dihiasi oleh ratusan lampion. Kebetulan sungai Yang adalah sungai dengan arus air yang tenang, jadi lampion itu tidak mudah hanyut dan masih terombang-ambing di atas air mengikuti arah angin yang meniup mereka semua.
Seperti hidup Jian Ying saat ini yang ikut terombang-ambing di hantam kenyataan.
"Permaisuri, sebaiknya kita lekas pergi dari sini" Bisik Shuwan.
"Memangnya ada apa Shuwan?"
"Tolong tetap tenang dan jangan bergerak mencurigakan, sepertinya ada yang mengawasi Permaisuri sejak tadi"
"Apa??!!" Jian Ying mulai panik.
"Tetap tenang Permaisuri, jangan panik karena bisa menarik perhatian mereka. Kita pergi dari sini dengan pelan-pelan"
"Baiklah"
Jian Ying dan Shuwan pergi dari sana dengan dilanda ketakutan. Apalagi saat ini mereka tengah melewati jalanan yang begitu sepi.
"Lebih cepat Permaisuri!"
Langkah kaki terdengar semakin bergemuruh di belakang mereka. Itu tandanya tak hanya satu atau dua orang yang mengejar mereka.
Hingga saat sampai persimpangan Jalan ada yang menarik tangan Jian Ying masuk ke dalam semak-semak.
"Hemmmbbbtt!!!" Jian Ying mencoba berteriak namun mulutnya sudah di bungkam oleh orang di belakangnya.
*
*
*
Mau otor sepillll bentukan Kaisar laknat itu nggak nih???????.🤣
terimakasih atas karya nya kak, terimakasih jg sdh buat aq tertarik baca kisah seperti ini karena jujur ini pertama kali nya aq baca novel dgn alur cerita kerajaan 🥰🥰🥰
ganteng bgtttt. lebih cocok d gombalin sih ini thorrr🤣🤣🤣😅😅😅
a Ying biadab