"The Secret Behind Love." adalah sebuah cerita tentang pengkhianatan, penemuan diri, dan pilihan yang sulit dalam sebuah hubungan. Ini adalah kisah yang menggugah tentang bagaimana seorang wanita yang bernama karuna yang mencari cara untuk bangkit dari keterpurukan nya, mencari jalan menuju kebahagiaan sejati, dan menemukan kembali kepercayaannya yang hilang.
Semenjak perceraian dengan suaminya, hidup karuna penuh dengan cobaan, tapi siapa sangka? seseorang pria dari masa lalu karuna muncul kembali kedalam hidupnya bersamaan setelah itu juga seorang yang di cintai nya datang kembali.
Dan apakah Karuna bisa memilih pilihan nya? apakah karuna bisa mengendalikan perasaan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jhnafzzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Kenangan Masalalu?
Malam itu, setelah Ethan tertidur lelap di kamarnya, Karuna duduk di pinggir tempat tidurnya, merenung dengan tatapan kosong. Udara malam yang dingin masuk melalui celah jendela, membawa ketenangan yang berbeda dari hiruk-pikuk hari. Namun, di dalam hatinya, masih ada kegelisahan yang tak kunjung hilang. Ia menatap telapak tangannya yang kini kasar dan penuh bekas luka. Dulu, tangan ini lembut dan terawat, selalu dipoles dengan berbagai produk kecantikan mahal. Kini, tangan itu menggambarkan kerja kerasnya—kerja keras yang jauh berbeda dari hidup yang dulu ia jalani.
Sambil menyentuh kulit tangannya yang sudah tidak mulus seperti dulu, Karuna teringat masa-masa ketika ia masih hidup dalam kenyamanan. Ketika ia tinggal di sebuah rumah besar di pinggiran kota, dengan segala kemewahan yang bisa ia dapatkan. Saat itu, Karuna sering menghabiskan waktu di salon, merawat diri, memanjakan tubuhnya dengan perawatan kulit, rambut, dan kuku yang sangat mahal. Ia merasa seperti wanita yang memiliki segalanya—rumah besar, mobil mewah, dan kehidupan yang penuh dengan hiburan dan kenyamanan. Namun, seiring berjalannya waktu, segala kemewahan itu harus ia tinggalkan, bersama dengan semua impian dan kenyamanan yang pernah ia anggap abadi.
Sambil mengingat masa lalu itu, Karuna menarik napas panjang dan menatap bayangannya di kaca. Di sana, ia melihat sosok wanita yang jauh berbeda dari siapa dirinya beberapa tahun lalu. Tubuhnya lebih kurus, wajahnya tampak lebih lelah, dan mata yang dulu penuh dengan semangat kini penuh dengan kelelahan. Namun, ada satu hal yang tidak berubah: tekadnya. Walau hidup telah membawanya pada kondisi yang sulit, ia tetap bertahan untuk Ethan.
Tahun-tahun terakhir itu terasa seperti mimpi buruk yang tak kunjung berakhir. Pernikahannya dengan Damian yang dulu penuh dengan harapan akhirnya berakhir begitu saja. Damian pergi dengan alasan yang tidak pernah ia mengerti sepenuhnya—dan mungkin, ia juga tidak ingin tahu lagi. Setelah kepergian Damian, segala sesuatunya mulai berantakan. Karuna yang dulu terbiasa dengan segala kenyamanan mendalam, harus mulai menjalani hidup yang jauh lebih keras. Ia berusaha mengatasi perasaan kehilangan itu, tetapi kenyataan hidup yang keras lebih banyak menghantamnya daripada memberikan jalan keluar.
Ia ingat betul saat pertama kali kehilangan semuanya. Setelah perceraian, ia harus merelakan rumah mewah yang pernah mereka tinggali. Tidak ada lagi mobil-mobil mewah yang bisa ia gunakan untuk berkeliling. Bahkan, ia harus menggadaikan barang-barang berharga hanya untuk bisa bertahan hidup. Karuna harus mulai dari nol, dari tempat yang sangat rendah. Semua yang ia anggap penting dulu, kini menjadi kenangan yang sulit ia tanggalkan.
Karuna menatap tangan kanannya yang kini penuh dengan bekas luka dan callus—tanda dari kerja kerasnya. Dulu, tangannya hanya digunakan untuk membalikkan halaman majalah kecantikan atau mengaduk teh di ruang tamu yang nyaman. Sekarang, tangan ini dipenuhi dengan pekerjaan berat: mengangkat papan kayu, mengatur semen, mencuci piring, dan menyiapkan makanan. Setiap goresan di tangannya adalah pengingat akan perjalanan panjang yang telah ia lalui.
Ia menggenggam tangan itu sejenak, seakan-akan mencari kekuatan di balik setiap garis yang terbentuk. Di balik semua kesulitan, ia sadar bahwa ia telah berubah. Pikirannya tak lagi penuh dengan kesenangan duniawi seperti dulu, tapi lebih banyak berpikir tentang masa depan Ethan, tentang bagaimana caranya bertahan hidup dan memberikan yang terbaik bagi anaknya.
Karuna menundukkan kepala, teringat akan kehidupan lamanya yang penuh dengan kemewahan. Dulu, ia sering menghabiskan waktu berbelanja di pusat perbelanjaan, membeli barang-barang yang tidak terlalu diperlukan hanya untuk memenuhi hasratnya. Belanja pakaian, aksesori, dan kosmetik yang harganya selangit adalah rutinitas yang tak pernah ia tolak. Ia bisa menghabiskan ratusan juta untuk perawatan tubuh hanya untuk merasa lebih percaya diri dan terlihat sempurna di mata orang lain.
Namun, semua itu kini terasa sia-sia. Semua barang-barang mewah yang dulu menjadi simbol status sosial itu kini hanya menjadi kenangan yang pahit. Tanpa Damian, tanpa kemewahan, Karuna harus belajar untuk bertahan dengan apa yang ia miliki. Ia tidak bisa lagi membeli barang-barang mahal untuk memenuhi kebutuhannya. Bahkan, ia harus berpikir keras untuk menghemat setiap sen yang ia dapatkan agar bisa membeli bahan makanan dan membayar kontrakan yang hampir jatuh tempo.
Hidupnya kini dipenuhi dengan kekhawatiran dan kelelahan. Setiap hari adalah perjuangan untuk bertahan hidup, dan setiap malam adalah kesempatan untuk memulihkan tubuh yang lelah. Namun, Karuna tahu, ia tidak bisa menyerah. Ia masih memiliki Ethan, anaknya yang masih kecil dan membutuhkan perhatian serta kasih sayangnya. Ethan adalah alasan mengapa Karuna bangkit setiap pagi, meskipun hatinya terasa berat.
Karuna mengingat kembali malam-malam yang penuh kecemasan ketika ia harus memutar otak mencari cara agar bisa membayar kontrakan. Ia sudah mencoba banyak cara: bekerja lebih keras di toko, menawarkan barang-barang bekas, dan bahkan mencari pinjaman. Namun, semuanya terasa sia-sia. Meskipun begitu, ada satu hal yang tidak pernah ia lupakan: ia tidak boleh menyerah. Tidak untuk Ethan. Tidak untuk masa depan mereka berdua.
Ia menoleh ke arah meja tempat beberapa surat tagihan dan kuitansi tergeletak. Tiba-tiba, rasa takut datang menyergapnya lagi. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk menutupi semuanya dengan uang yang ada. Bahkan, uang yang ia dapatkan dari hasil bekerja sebagai pekerja bangunan tidak cukup untuk menutupi semua kebutuhan mereka. Karuna menatap surat itu dengan ragu. Ia tahu, jika ia tidak segera mencari cara lain untuk mendapatkan lebih banyak uang, mereka mungkin akan kehilangan tempat tinggal mereka. Ketika pikirannya mulai dipenuhi dengan kecemasan itu, ia menggenggam erat tangan kanannya, merasakan sakitnya yang semakin dalam.
Namun, meski hatinya tertekan, Karuna tahu bahwa ia harus tetap melangkah. Ia tidak bisa membiarkan diri tenggelam dalam kenangan dan penyesalan. Setiap hari adalah kesempatan baru untuk berjuang. Meski tubuhnya lelah, ia tahu bahwa hatinya masih kuat. Dan selama ia masih memiliki harapan, ia tidak akan menyerah.
Pagi-pagi sekali, Karuna sudah siap kembali bekerja. Tangan yang kemarin tergores, kini kembali sibuk mengangkat bahan bangunan dan merapikan sisa pekerjaan. Meski terasa berat, ia tahu bahwa ini adalah langkah yang harus ia ambil untuk bertahan. Ia harus menghadapi kenyataan hidup, meskipun itu jauh dari apa yang pernah ia bayangkan.
Setelah bekerja seharian, Karuna kembali ke rumah dengan tubuh yang lebih lelah dari sebelumnya. Namun, ketika ia melihat wajah Ethan yang tersenyum sambil bermain di halaman, ia merasa sedikit tenang. Kehidupan memang tidak mudah, dan masa depan terasa begitu gelap. Tapi, Karuna tahu satu hal: ia tidak akan pernah menyerah. Tidak untuk Ethan, dan tidak untuk dirinya sendiri.
Dalam keheningan malam itu, Karuna menatap langit yang gelap dari jendela kamar. Ia berpikir, meskipun dunia telah mengujinya dengan begitu banyak kesulitan, ia masih memiliki satu hal yang sangat berharga—harapan. Dan selama ia masih memiliki harapan, ia akan terus berjuang.
Ia menarik napas panjang, menutup matanya sejenak, dan meresapi ketenangan yang akhirnya datang setelah hari yang panjang. Karuna tahu, meskipun hari-harinya penuh dengan kecemasan, ia tidak akan pernah menyerah. Sebagai seorang ibu, ia akan terus berjuang, demi masa depan Ethan.