Namaku Erikha Rein,anak kedua dari pasangan Will Rein dan Carlista Sari,kakakku bernama Richi Rein(ketua osis di smu purnama bakti,aktif di sekolah dan pastinya dia vocalis band Enew).
yah,keluarga kami sebenarnya broken karena perceraian tetapi Mami selalu ada buat kami.
Seiring waktu aku dan kakakku sangat ingin Mami bahagia karena sepertinya Mami menyimpan masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Sepuluh menit lebih Didi memberikan waktu kepada Gasa dan Lista,rasa cemburunya sudah berada dipuncak diubun-ubun.
Kembali dilihat arloji dipergelangan tangannya dibalikkan badan dan berjalan kearah Lista dan Gasa.
"Sudah malam ayo kita pulang."menarik tangan Lista.
Lista hanya mengangguk mengikuti kata-kata suaminya.
Gasa melihat ekspresi diwajah Didi hanya menahan senyum,wajah yang sedang dilanda rasa cemburu berat.
"Di,cewek tidak suka diperlakukan kasar."tegas Gasa.
Didi hanya berlalu dengan memberi syarat lambaian tangannya,Gasa sudah paham bahwa esok hari akan bertemu lagi.
Didi dan Lista masuk kedalam mobil,suasana Caffe masih ramai karena malam minggu.
Didi hanya duduk tanpa menyalakan mesin mobil,Lista yang sudah memakai seat belt memandangi suaminya.
"Yang kamu kenapa?"menepuk pundak Didi.
Didi menoleh kearah istrinya dengan pandangan tajam.
Lista mulai tidak nyaman dengan cara Didi memandangnya,dilepaskan kembali seat belt yang melintang ditubuhnya saat Lista mau membuka pintu Didi mengunci pintu mobil kembali,dan menarik dengan sedikit paksa tubuh istrinya membawanya kedalam pangkuannya.
Lista bergetar mendapat perlakuan seperti ini,badannya berusaha untuk meronta tapi Didi mengunci dengan kedua tangannya.
"Yang lepas banyak sorot lampu dari luar!"kata Lista sedikit ngegas.
Didi melepaskan kedua tangannya dan membiarkan Lista kembali duduk disebelahnya,lama termenung akhirnya Didi menyalakan mobil dan melajukan mobil dengan kecepatan sedang.
"Dug."suara pintu mobil ditutup dengan tenaga yang tersisa.
Lista berjalan masuk kerumah tanpa memperdulikan Didi yang masih berada didalam mobil.
Didalam rumah anak-anak masih menonton tv bersama Iqbal dan Alif.
Cintya tidak mau diantar pulang kerumahnya,dia memilih menginap dirumah Eri.
"Cin,kamu sudah ijin mama kamu?"tanya Lista.
"Sudah tante,tante juga Eri ikut ngomong sama mama."jawab Cintya.
Lista tersenyum lega mendengarnya."Tante masuk dulu ya."
"Iya tante."jawab Cintya.
Didi masih merenung didalam mobil,wajahnya terlihat kesal,dipukulnya roda kemudi didepannya dan mengusap wajah dengan kasar.
"Gue kenapa kayak gini?"lirihnya.
Didi melangkah masuk kedalam rumah,rasa bersalah kepada istrinya membuatnya ingin segera minta maaf dan memeluknya.
"Yang!"
Dilihat istrinya sudah berbaring dibawah selimut tangannya masih memainkan ponsel.
"Apa?"
Didi mendekati Lista meski sebenarnya Lista tidak mau karena Didi baru pulang kerja,setidaknya mandi dulu.Didi memeluk Lista diluar selimut.
"Yang maafin aku ya,aku cemburu melihat kamu dengan Gasa tadi."
Lista meletakkan ponselnya dan memandang kearah Didi,dengan senyumnya yang manis Lista membuat sedikit candaan.
"Cemburu seperti tadi pasti sangat menguras hati."menunjuk kedada suaminya.
Didi tersenyum mendengar candaan dari istrinya,hatinya merasa lega karena istrinya tidak marah padanya.
Didi bangun hendak membersihkan diri namun ditahan oleh istrinya.
Lista bangun dan mendorong tubuh suaminya,merasa Didi sudah cemburu buta kepadanya,kali ini Lista akan membuktikan malam ini dia bikin suaminya kewalahan.
Saat terbangun Didi tidak melihat Lista disampingnya,Didi meraih baju yang berserakan dikasurnya dan membawanya kekamar mandi.
Waktu mendekati Subuh,Lista sudah berada dikantornya.
Banyak persiapan sebelum dia pergi kekliniknya,hari ini tiba-tiba ada tamu VIP di klinik yang meminta penanganannya langsung.
Didi tersenyum didepan kaca kamar mandi mengingat bagaimana cara istrinya menebus rasa cemburunya.
"Dimana kamu sekarang?"
Didi melihat lampu bagian kantor menyala.
"Tenyata kamu disini!"
"Ada apa?"tanya Lista.
"Sayang ini baru jam ..."
"Aku berangkat setelah sholat Subuh."Jawab Lista memotong.
Terdengar suara adzan Subuh berkumandang,Lista membereskan beberapa file dan meletakkan dimeja Monic.
Melihat suami masih menemaninya Lista merasa ada yang hal penting yang ingin disampaikan.
"Kamu masih disini?"
"Mau aku antar?"Didi menawarkan diri.
"Sayang kamu istirahat aja dirumah."
Selesai sholat Subuh Lista bergegas pergi,karena ini awal pekan dia pergi pagi karena takut terjebak macet.
Didi merasa tidak tega membiarkan istrinya menyetir pagi hari dalam kondisi masih gelap.
Diambilnya ponsel dan tas kerja.
"Yang aku antar kamu."berjalan mendahului dengan merebut kunci mobil.
Lista hanya berdiri dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku pulang sebelum makan siang."
"Kita tidak pulang malam ini."kata Didi.
"Maksud kamu?"tanya Lista.
Didi tidak menjawab pertanyaan istrinya hanya memberi isyarat diam karena sedang menyetir dalam kondisi gelap.
Mobil berhenti dipusat keramaian pagi,bagunan ruko berderet mulai menjalankan aktivitas.
Beberapa orang berdiri didepan klinik,mereka adalah karyawan Lista.
"Pagi buk."sapa mereka.
"Pagi."balas Lista.
Lista mengeluarkan kunci ruko dan memberikan kepada karyawannya.
Sementara dia masih berada dimobil bersama suaminya.
"Yang,kamu mau masuk apa pulang?"
"Aku akan beristirahat dihotel sebelah,hubungi aku jika sudah selesai."
Lista mengangguk kepala dan mencium suaminya."Bye."
Didi kembali menghidupkan mesin mobilnya dan melaju dengan kecepatan rendah berbelok kearah hotel terdekat.
Ruangan klinik siap setelah dibersihkan ruangan yang nyaman membuat beberapa pelanggan selalu kembali dengan membawa temannya.
Pagi ini Lista turun langsung merawat pelanggannya.
Didi menghubungi seseorang untuk membersihkan vilanya yang terletak ditepi pantai dan menyiapakan beberapa baju.
Didi mulai bekerja menyelesaikan sisa pekerjaan kemarin.
Saat waktu beranjak siang Didi membereskan barang yang dibawanya dan checkout dari hotel.
Tiupan angin yang sedikit basah menandakan hari akan turun hujan,Didi kembali memarkir mobil didepan klinik milik istrinya.
Belum nampak tanda-tanda istrinya keluar,Didi mengeluarkan buku dari dashboard dan memutar kembali lagu-lagu lamanya.
Jari -jarinya bermain bersamaan dengan pena menjadikan sebuah kata menjadi kalimat dan kalimat menjadi bait.
"Tuk-tuk-tuk".terdengar suara pintu diketuk.
Didi membenarkan sandaran pada jok mobil dan membuka kuncinya.
Lista masuk kedalam mobil dengan tersenyum.
"Hai sayang."mencium suaminya.
Did membalas dengan senyuman,menyimpan kembali buku dan penanya.
"Let's go."
"Sebenarnya kita mau kemana sih?"
"Anak-anak aman kamu tidak usah khawatir."
Didi menjelaskan sebelum Lista banyak bertanya,dia menyuruh istrinya untuk duduk dan tidur bila lelah.
Lista terbangun saat ruangan terasa lebih dingin dari sebelumnya,ternyata wilayah yang dilaluinya turun hujan cukup deras.
Mobil berhenti diarea vila tepi pantai,guyuran air hujan menambah suasana menjadi adem.
Berada dibawah payung bersama dengan suami rasanya cukup romantis meski harus sedikit basah karena payungnya tidak cukup untuk menutupi dua badan,belum lagi terpaan angin yang cukup kencang membuat baju basah.
Didi membuka pintu vila dan menyalakan lampu,tampak ruangan yang sederhana namun tetap bersih.
"Yang baju ganti ada disebelah sana."menunjuk sebuah lemari kecil.
"Ok."
Didi ke pantri sekedar membuat minum untuk menghangatkan badannya.
Lista selesai membersihkan diri dan sudah berganti baju duduk didekat suaminya dan minum teh yang sudah tersedia.
Setelah badan dirasa hangat Didi melepaskan bajunya yang basah dan pergi kekamar mandi.
Lista duduk diranjang membuka tas dan mengeluarkan ponselnya.
"Disini tidak ada sinyal apa karena hujan?"
Didi keluar hanya dengan memakai handuk yang dililit sebatas pinggang.
Lista tahu apa maksudnya suaminya mengajaknya kesini.
"Jadi ini rencanamu?"
"Semalam saja tanpa diganggu anak-anak."
Didi melepaskan handuknya yang sedikit basah menyelimuti tubuhnya dan meringkuk disamping istrinya.
"Yang aku ingin melihatmu liar seperti semalam."kata Didi sambil menggigit leher istrinya.
"Gak mau."kata Lista berbalik memunggungi Didi.
"Kenapa?kamu malu?"
Lista berusaha menutup wajahnya dengan selimut namun Didi menahannya.
"Apa sih."
Didi memeluk istrinya dari belakang.
"Rasanya sulit sekali menemukan waktu seperti ini dirumah."
Lista berbalik kearah suaminya mengelus-elus wajah dan menenggelamkan kepalanya kedada suaminya.
"Jangan bergerak sebentar saja."
Didi menuruti kemauan istrinya memberikan waktu sesuai keinginannya.
Keduanya larut dalam suasana hujan yang masih terus mengguyur wilayah pantai,sesekali angin bertiup membuat suara tambah riuh.
Rasa lapar membuat Lista beranjak dari ranjang,dilihat kulkas terisi dengan bererapa jenis sayur dan buah.
Sepertinya masak yang berkuah-kuah bisa membuat badan sedikit hangat.
Lista memeriksa kembali ponselnya,masih sama tidak ada sinyal.
Air dalam panci mendidih tanda sup yang Lista buat sudah matang,Lista menaburkan daun bawang pada sentuhan terakhir masakannya.
"Yang bangun ayo makan."
Didi membuka mata dan menarik tubuh istrinya kembali kedalam pelukannya.
"Kamu masih punya hutang padaku".
Lista tertawa karena kata-kata suaminya yang lucu.
"Bisa gak kubayar pake duit? candanya lagi.
Didi mengelus-elus kepala istrinya.
"Jadilah istri yang baik."
Lista beranjak menuju meja makan,diambilnya nasi dan sup yang masih panas.
Saat ini bagi Lista adalah makan karena yang berada didalamnya perut sudah kelaparan.
Didi tersenyum melihat istrinya makan dengan lahap.
"Pelan-pelan."
Didi menuangkan air buat istrinya.
"Ini minum dulu."
Lista minum air setelah selesai makan.
"Yang apa disini sinyalnya buruk?"
"Tidak."
"Kok ponselku gak ada sinyal ya."
"Sengaja wifi kumatikan."
Lista hanya terdiam mendengar kata-kata Didi,sampai seperti inikah seorang Didi bila sedang ingin bermanja.
"Kamu yang cuci piring."
"Iya."
Lista membuka tirai jendela dilihatnya kedepan hamparan air pantai terbentang,airnya pasang ditambah guyuran hujan yang tiada berhenti.
Didib menutup kembali tirai yang terbuka.
"Ayo bayar hutangmu."
Lista hanya membalikkan badan berjalan menuju ranjang,Rasanya ingin tertawa melihat suami yang sedang gelisah.
"Kemarilah."
Didi mendekat dan berbaring disamping istrinya.
Lista mendekatkan tubuhnya dan berusaha bermain dengan cantik seperti yang diinginkan suaminya.
Malam ini Didi sangat puas dengan permainan istrinya.
Keesokan harinya Lista terbangun lebih awal karena mereka harus kembali ke rumah.
"Hutangku sudah lunas ya."kata Lista
"Belum."jawab Didi.
Lista sudah tidak menanggapi kata-kata Didi lagi.Semalam sudah sangat melelahkan baginya,ingin rasanya segera memeriksakan kehamilannya kedokter kandungan.
"Yang kapan kamu bisa menemani kedokter?"
"Apa ada keluhan?"
"Tidak juga."
"Lusa bagaimana?
Lista menuruti apa kata suaminya,meski sangat tidak sabar ingin mendengarkan detak jantungnya.
Diluar masih gerimis,pemandanganya terlihat berbeda dari kemarin saat Lista sampai diarea ini.
Sekarang menjadi begitu menarik dan bisa membuat pikiran menjadi segar.
"Pantas Didi memilih tempat ini."gumamnya lirih.
Dari dalam mobil Lista memandangi sekitar terlihat beberapa pasang anak muda dan beberapa keluarga berjalan dibawah gerimis.
Mobil memasuki garasi rumah,terlihat didepan terparkir sebuah mobil yang sangat Didi kenal,ada mobil Gasa digarasi rumahnya.
"Ngapain dia kesini?"
Lista masih belum fokus dengan keadaan sekitar karena mobil belum sepenuhnya berhenti.
Wajah Didi mendadak berubah menjadi kesal,baru semalam rasa cemburunya ditebus apakah kali ini juga akan merasa cemburu lagi.
"Ahhh,sudahlah!"
"Kamu kenapa sih?"Lista menutup ponselnya.
"Yang,maaf sebelumnya!"Didi menarik tubuh istri sedikit kasar mencium bibirnya dalam dan berusaha membuat istrinya sedikit berantakan.
Lista berusaha mendorong tubuh Didi karena melakukannya dengan tiba-tiba,dikeluarkannya cermin dan bedak untuk sedikit memoles wajahnya.
Didi keluar melihat istrinya yang tidak bisa diajak kompromi.
"Jangan lama-lama dandannya kamu sudah punya suami."tegas Didi.
Lista masih belum paham dengan kata-kata suaminya.
"Apaan sih."
Didi masuk kedalam rumah disusul oleh Lista,merasa ada tamu dirumahnya Lista buru-buru masuk namun tangannya ditarik oleh Didi.
Didi mengandeng tangan istri masuk kerumah,disana benar ada Gasa dan keluarganya.
Didi semakin erat menggenggam tangan istrinya,Lista merasa mendapatkan kode dan melihat kearah suaminya.
"Yang aku nemuin mbak Sarah dulu ya."
Didi tersenyum dan melepaskan tangan istrinya,Lista langsung menemui istri Gasa.
"Mbak apa kabar?"
"Baik."jawab Sarah.Sarah adalah istri Gasa yang dahulu pernah melabrak Lista dirumahnya.
"Mbak kita keatas aja yuk biar gak keusik sama bapak-bapak."kata Lista
Lista menarik tangan Sarah membawanya keatas duduk disofa yang menghadap ketaman.