Sebuah pernikahan dari kedua konglomerat terpengaruh di negara Willow. Keluarga Edvane yang menjadi keluarga terkaya kedua di negara itu, mempunyai seorang putri pertama yang bernama Rachel Edvane. Dia gadis sederhana, suka menyembunyikan identitasnya agar bisa berbaur dengan masyarakat kalangan bawah, Cantik, Mandiri, dan seorang atlet beladiri professional namun karena masa lalu yang buruk, dia tidak pernah mempercayai pria lain lagi samapi dia dipaksa oleh ayah nya (Rommy Edvane) untuk menikah dengan Putra pertama keluarga Asher yang dimana keluarga paling kaya dan paling terpengaruh di negara Willow. Namanya Ayres Asher, di depan keluarganya Ayres seorang anak yang sangat berbakti, baik hati serta sangat tampan. Namun nyatanya, diluar itu dia adalah pria nakal, playboy dan suka foya-foya dan gila perempuan, Rachel yang mengetahui sifat Ayres tidak tinggal diam. Rachel memutuskan untuk tetap menikah namun diam-diam memberi syarat-syarat tertentu pada pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2. Pendahuluan. TMPP
“Terima kasih banyak sudah menolong kami” Ucap Ghee dengan memegang tanganku.
“Sama—sama, kalian tenang ya. saya pastikan dia tidak akan pernah lagi berada di sini lagi” Ucap ku.
“Iya, kami tidak tahu harus apalagi untuk berterimakasih pada mu. Em Rachel. Pokoknya kalau kamu sedang ada masalah kami akan membantu dan mendukung kamu. Kamu hanya cukup menghubungi ku saja.” Ucap wanita yang sangat senang memukul kepala pria itu.
“Sama-sama semua nya. Pokoknya mulai sekarang hiduplah dengan damai ya.”
Mereka mengangguk haru. Beberapa menit kemudian polisi pun datang dan langsung membangunkan pria itu.
“Nona?” Polisi itu sepertinya mengenaliku.
Aku menempelkan jari telunjukku di bibir untuk memberikan kode polisi itu agar bersikap biasa saja. Polisi itu tersenyum lalu mulai menggoyangkan tubuh pria itu.
“Bangun kamu! Bangun!”
Pria itu tidak semudah itu akan bangun, aku pun menotok bagian yang sama dan setelah itu barulah bangun.
“Hmmm.?” Pria itu mulai membuka matanya.
“Hey! Bangun!”
Pria bertubuh besar itu mulai merasakan sakit di seluruh badan nya. Terutama di bagian intinya yang tadi sudah di injak berulang kali. DIa pun berteriak histeris.
“Aaaaaa… Haaaaaa.. Sakittttt.. Haaaa” Dia hendak membuka lebar kakinya namun tangan dan kaki nya masih diikat.
“Ouch… pasti sakit sangat..” gerutu ku menggelengkan kepalaku.
“Sudah lah pak bawa saja dia sama atasannya itu di pasar.”
“Tenang ya bu, kami akan segera menyelidiki semua ini setelah mendengar kesaksian anda semua.”
“Ya ya pak.”
Para wanita itu menceritakan kejadian nya lagi dengan detail. Pria itu juga sempat menyangkal namun akhirnya polisi terpaksa untuk membawa pria itu sekarang agar menghindari amukan susulan para wanita itu. Aku pun ikut polisi sampai mobil mereka dan agak menjauh dari para wanita tadi.
“Pak, masalah ini akan saya serahkan pada pengacara saya ya pak? Saya sudah menghubungi pengacara saya. Pastikan dia dengan antek-anteknya tertangkap semua.” Ucap ku pada salah seorang polisi.
“Baik nona, kalau begitu kami pergi. terima kasih nona telah ikut memberantas kejahatan di negara Willow.” Ucap polisi itu.
“Eh iya iya sama-sama pak. Tetap semangat ya menangkap semua penjahat.”
“Siap nona..” Jawab para polisi itu tegas.
“Nona?” Ku dengar pria itu heran dan menatap ku.
Setelah itu, dia di seret dan seketika ekspresinya berubah dengan menunjukkan wajah murka melihatku dan penuh dendam. Aku hanya menaikan salah satu alis ku untuk menjawab atas ekspresinya itu kepadaku. Ku tak takut kalau suatu hari berhadapan dengannya lagi.
“Hemm, saya pamit sekarang ya? Saya sudah terlambat.” Ucap ku mendekati wanita itu lagi.
“Iya hati-hati ya Rachel. terima kasih banyak.. sampai jumpa kembali.”
**
Sepulang ku berlatih, tepat di malam hari.
“Rachel, kapan-kapan kita makan di warung sana ya. bye..” Ucap Bina teman berlatih ku.
“oke.. bye”
Aku berjalan pulang kearah timur. Sedangkan dia kearah barat.
“Hmm, selalu Enak sekali berjalan malam-malam begini,” Ku berjalan dengan bergaya ala-ala pesepak bola.
20 menit kemudian, 500 m sebelum sampai rumah.
“Selamat malam nona..” Ucap security rumah yang selalu menunggu ku di titik ini.
“Malam Fried..” Jawab ku lalu dia pun mengikuti ku dari belakang.
“Nona, maaf lancang. mengapa nona tidak pernah memakai mobil saja?”
“mengapa? apa harus?”
“Tidak nona tidak. Hanya saja saya kerap kasihan melihat nona jalan sendirian.”
Aku membalikkan badan ku, dia menunduk.
“maaf nona..”
“Tidak papa, aku hanya tidak ingin memakai mobil. Tidak memakai mobil setiap hari, suatu Langkah yang baik untuk mengurangi polusi. Aku lebih suka jalan kaki. Hmm, sudah lah Fried.. jangan bertanya lagi.”
“Baik nona..”
Sesampainya di rumah, penjaga gerbang membuka gerbang rumah lalu setelah terbuka aku masuk ke dalamnya. 300 meter sebelum sampai di depan pintu rumah ku, aku melihat para pelayan rumah sedang berbaris kecil di samping rumah. Ku heran dengan itu. tampak juga seorang pelayan tengah di marahi oleh kepala pelayan rumah ini (Ammy). Aku mendekati mereka.
“Ammy?” panggil ku pada seorang kepala pelayan rumah ini.
Tampak dia menengok dan langsung menghampiriku.
“Nona… selamat malam. Nona baru sampai? Nona sudah di tunggu Tuan dan Nyonya di dalam. Sebaiknya Nona masuk dan menemui mereka.”
“Hemm oke, tetapi tunggu dahulu. Sedang apa kalian? Aku jarang sekali melihat kalian berbaris kecil begini? Hmmm setidaknya 7 kali dalam setahun kalian melakukannya. Ada apa ini?”
“Hemm nona, ini ..” jawab ammy namun tiba-tiba saja seorang pelayan berlutut di depan ku sembari memegang kaki ku.
“Nona.. maaf lancang nona.. saya mohon.. jangan pecat saya nona…”
“Pecat? Ada apa ini sebenarnya?”
“Nona, maaf dia pelayan baru tetapi sudah melakukan kesalahan besar nona. Kami mau tidak mau harus memecatnya,”
“Apa yang dia lakukan?”
“Nona, dia memecahkan vas etnik kuna milik Nyonya. Kami di sini juga sangat bingung akan hal itu”
“Apa Mama sudah tahu?” tanya ku pada Ammy.
“Belum nona,”
“Ya sudah, jangan pecat dia. Kasihan. Biar aku saja yang ganti vas itu. Anggap saja aku yang memecahkan nya.”
“Nona,, tidak..” mereka malah berlutut semua tak terkecuali ammy yang langsung berlutut ketika ku selesai bicara.
“Ishh, jangan begini.. berdirilah semuanya. Berdiri Udahh..”
Mereka semua berdiri. “Nona, kami sungguh tidak enak kalau membiarkan nona yang menadah semua kesalahan satu orang.”
“Hmmm emmm… tidak.. ini demi kalian juga. Kalian pasti tak mau di pecat juga kan? kalau begitu ini jalan satu-satunya. Sudah lah, sekarang kalian kerja lagi dengan sepenuh hati, jaga kepercayaan ku dan kepercayaan keluarga ini terhadap kalian. Ingat! Hati-hati saat membersihkan hal seperti itu lagi.
“Baik nona… “
“Nona…” Ammy sepertinya tidak rela kalau aku begini.
“Ammy, sudah lah. Jangan di besar-besarkan. Ini cuma masalah kecil. Sudah, sudah. Percaya saja padaku. Semua pasti beres." Ucapku memegang pundak ammy.
Setelah itu, aku barulah masuk kedalam rumah setelah pintu rumah di bukakan oleh penjaga pintu.
“Malam George, shaun..” sapaku pada mereka.
“Malam nona…”
Aku bejalan menuju ke ruang tengah untuk menemui kedua orang tua ku yang katanya sedang menungguku.
“Nona Rachel Tiba,” Seru George dengan keras.
Ku berbelok dari pilar ruang depan dan masuk ke pilar ke dua untuk bisa menuju ke ruang tengah. Lalu masuk ke dalam gerbang berwarna putih ke dua.
“Malam nona..”
“Malam Yoke..”
“Silakan, sudah di tunggu.” Lanjutnya dengan membuka gerbang pintu ruang tengah.
Ku melewati Yoke yang sedang memegangi gagang pintu, Papa dan Mama terlihat secara bersamaan melihatku ketika ku masuk.
“Sayang? Lama sekali pulang nya?” Mama berdiri dan menyambut ku.
Bersambung ...