Skuel ke dua Sang Pewaris dan sekuel ketiga Terra The Best Mother.
menceritakan keseruan seluruh keturunan Dougher Young, Pratama, Triatmodjo, Diablo bersaudara dan anak-anak lainnya.
kisah bagaimana keluarga kaya raya dan pebisnis nomor satu mendidik anak-anak mereka penuh kesederhanaan.
bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LIBUR TELAH TIBA
"Holee libun!' pekik Seno, Lilo, Della, Aminah dan Ari.
Mereka berhamburan keluar kelas. Di sana para ibu dan ayah menyambut putra dan putri mereka. Hanya lima anak balita itu saja yang disambut Azizah.
"Mama baby!" pekik semua anak.
Azizah menciumi semua anak dan memberi pelukan hangat. Nilai raport kelimanya sangat memuaskan.
"Ayo pulang ajak wanita itu.
Semua mengangguk dan bergandengan tangan. Para pengawal juga ada di sana menaikkan mereka ke mobil golf.
Sedang di tempat lain. Ella dan empat adiknya juga hendak pulang karena liburan panjang telah tiba.
"Apa Daddy belum bisa pindahin kita ke sekolah negeri?" tanya Ella pada Bastian.
"Aku sudah bosan!" keluhnya.
"Aku juga kak. Mereka semua pakai bahasa Kanton. Malas aku nyahutinnya," keluh Bastian.
"Kakak tinggal satu tahun ini kan. Udah mau kuliah!" sahut Martha malas.
"Ah ... lama satu tahun itu!" gerutu Ella.
Mereka naik mobil dan kendaraan itu beranjak dari sana. Sementara di sekolah Samudera, Benua dan Domesh juga keluar dari kelas mereka. Raja pulang terlebih dahulu karena ia mendapat kabar jika ada orang tak dikenal memberi ibunya modal usaha.
"Baby!" panggil Dean.
Samudera menghela napas. Penjagaan kini makin diperketat setelah mereka berhasil melarikan diri. Para pengawal akan masuk ke sekolah dan menjemput mereka.
"Papa ... kita nggak akan kabur lagi kok!' ujar Domesh.
Dean tentu tak percaya, ia membawa tiga remaja rusuh itu menuju mobil. Tak ada yang berani membantah karena mereka sudah berjanji tidak nakal lagi.
Di sekolah Harun sudah pulang. Semenjak kasus kemarin semua guru diperiksa. Kepengurusan diambil alih oleh diknas terkait. Semua pulang. Gino tentu tidak sekolah karena memang tidak penting.
"Ah ... liburan!" keluh Azha.
"Eh ... emang kamu mau sekolah terus?" tanya Titis.
"Biar cepet sekolahnya. Cape main sama anak kecil!" sahut Azha.
"Kita emang masih kecil Azha!' sahut Harun malas.
Sky, Bomesh dan Arfhan keluar bersama Ditya dan Radit. Mereka senang karena liburan panjang akan tiba.
Titis pamit, ia pulang bersama ayahnya. Wawan kini sudah bisa membeli kendaraan roda dua. Pria itu senang sekali bisa menaikan taraf hidup keluarganya.
"Sampaikan salam pada ayah dan ibu kalian ya!' ujarnya penuh terima kasih.
"Iya sama-sama Pak!" sahut Bariana.
Mereka pun naik kendaraan dan beranjak dari sana. Sampai hunian Bart, semua anak sudah berada di hunian besar itu.
"Baby!" Dian mengejar Faza yang merangkak cepat.
"Hah ... Tinti yayah!' ledek bayi itu.
Dian menghela napas panjang. Pelatihannya sebagai bodyguard tak bisa mengalahkan kecepatan bayi yang belum satu tahun. Bahkan otak kecil para perusuh yang baru belajar berjalan tersebut lebih pintar dari para pengawal.
"Baby, kamu kok gemesin amat sih!" ujar Dian geregetan setelah berhasil menangkap Faza.
Bayi bermata biru itu tergelak ketika Dian menciumi perut dan ketiaknya.
"Bau asyem!" ujar wanita itu.
"Syium ladhi!" perintah Faza sambil mengangkat ketiaknya.
Dian tak keberatan, bau bayi Faza tentu membuatnya gemas. Bayi itu tergelak.
"Ahilna pita pisa sadhi nanat sisilan!" ujar Aisya lega.
Ternyata perbincangan nanat sisilan yang disematkan pada Terra masih hangat diperbincangkan para bayi sok tau itu.
"Peumana talo pita sadhi nanat sisilan, pita pisa pa'a?" tanya Dita.
Aisya diam, ia juga tidak tau. Ia menatap saudara kembarnya, Maryam.
"Peulalti pita sadhi pinten, bebat!" jawab Maryam.
"Tan Mama ipu pinten!' lanjutnya diangguki setuju oleh Aisyah.
"Oh ... beudithu!' angguk Dita mengerti.
"Paypi!" panggil Zora.
"Wiya Tanti seusil!' sahut Dita, Maryam dan Aisya.
"Lalian popolin pa'a?" tanyanya lalu duduk di antara Dita dan Aisya.
"Nanat sisilan!' jawab ketiganya kompak.
"Ah ... wanti walu pahu lada nanat sisilan! Pa'a ipu?" tanya Zora.
Bayi belum satu tahun itu mengambil buah semangka tanpa biji yang sudah dipotong kecil-kecil.
"Ih Tanti peulum susi tanan!" sahut Maryam menunjuk tangan Zora yang kotor.
"Lada bitamin tot!" sahut Zora santai.
"Bitamin pa'a!!" tanya Dita tak percaya.
"Bitamin Tu!' jawab Zora melanjutkan makannya.
"Bitamin Tu?" Maryam, Dita dan Aisyah kompak bertanya.
"Bitamin tuman!" jawab Zora.
"Pana Pisa!" sungut Maryam. "Tanan tanti lada sasin!'
"Ihh ... solot!" sahut Dita dan Aisya.
"Mama ... Tanti solot!" adu ketiganya.
Maria melihat tangan Zora yang kotor sambil mengunyah makanan. Perempuan itu menghela napas panjang.
"Apa bodyguard kurang banyak?" keluhnya.
"Tetapi tugas mereka mengawal. Bukan mengasuh!" lanjutnya kecewa pada diri sendiri.
"Sini Baby, bersihkan dulu tanganmu!' ajak Maria.
"Mama ba bowu!" ujar Zora.
Bayi sembilan bulan itu menakup wajah Maria ketika digendong. Zora memberi kecupan di pipi perempuan berkulit coklat itu.
"Oh ... manisnya baby," puji Maria lalu membalas ciuman di pipi bayi cantik itu.
"Matasyih Mama!" sahut Zora makin membuat Maria meleleh.
"Kau mau jadi istri Max Rafael ya!" lanjutnya bergumam.
"Talo Ata' Fael waji Mama!" sahut Zora mantap.
Maria menatap bayi sembilan bulan itu. Ia yakin Zora tak tau maksud perkataannya. Tetapi bayi cantik itu menginginkan jika Fael harus haji ketika mempersuntingnya.
"Mama janjikan Fael padamu sayang. Jangan khawatir itu!" ujarnya tegas.
"Jadi anak-anak liburan lagi?" tanya Bart.
"Iya Dad," sahut Leon.
"Aku mau bawa adik-adik dan semua anak pergi liburan ke Eropa lagi!" lanjutnya.
"Ah ... jangan Eropa!" tolak Frans.
"Ke Gilimanuk Bali!" sahut Dav.
"Raja Ampat Papua!" sahut Gabe.
"Eh ... kita ke tempat itu!" angguk Frans setuju.
"Kemana?" tanya semua pria kompak.
"Raja Ampat Papua!" jawab Frans yang membayangkan laut indah dan terumbu karang yang cantik.
"Baik siapkan pesawat komersil kita menuju tempat itu!" perintah Bart.
"Siap Daddy!" sahut Gabe.
"Guys ... kita liburan ke Papua!" teriak Kean yang menguping.
"Kean ... kita kerja. Yang libur itu hanya anak-anak!" sahut Calvin ketus.
"Ah!" bahu Kean turun.
Perusuh paling senior itu lupa jika pekerjaan di perusahaan Herman makin banyak.
"Ayah!" rengeknya langsung.
Herman menggeleng, ia akan kepayahan jika ikut libur bersama keluarga kali ini.
"Baby ... pekerjaan kita banyak sayang,' ujarnya memberi pengertian.
Kean menangis, ia benar-benar sedih tak bisa ikut liburan. Kesedihannya membuat semua perusuh ikut sedih.
"Kakak kenapa?" tanya Mai yang ikutan menangis.
"Nggak bisa liburan sama adik-adik ... hiks!" isaknya menjawab.
"Ah ... aku juga nggak bisa liburan!" rengek Mai.
"Eh ... eh ... kenapa nangis?" tanya Rion.
"Papa baby ... adik-adik liburan ke Papua," jawab Kean merengek.
Rion pun ikutan menangis, pekerjaan menumpuk jika ia nekat berpergian bersama keluarga.
"Eh ... jangan egois ah!" ujar Azizah menenangkan suami dan adik-adik yang telah bekerja.
"Mereka butuh liburan panjang setelah menguras otak mereka belajar!' lanjutnya.
"Kita juga Mama!" sahut semua perusuh yang bekerja.
"Kita limpahkan sama Papa Rando!' sahut Dimas.
"Papa bisa minta Papa Bobby memegang kembali perusahaan sementara selama papa berlibur!" sahut Kean tercerahkan.
Rion menatap ayahnya, Haidar. Pria itu terdiam.
"Ah ... Daddy!" rengeknya.
"Hais ... kalian ini!" Virgou berdecak kesal.
"Ya sudah ... kita semua libur!" lanjutnya.
"Horee!' teriak semua anak.
Bersambung.
Wah ... liburan di Indonesia.
Raja Ampat, Papua.
next?
semoga pas bangun gak lupa......🥰
2b continue