[UPDATE RUTIN 2 - 3 CHP PERHARI]
"Hei, Liang Fei! Apa kau bisa melihat keindahan langit hari ini?"
"Lihat! Jenius kita kini tak bisa membedakan arah utara dan selatan!"
Kira kira seperti itulah ejekan yang didapat oleh Liang Fei. Dulunya, dia dikenal sebagai seorang jenius bela diri, semua orang mengaguminya karena kemampuan nya yang hebat.
Namun, semua berubah ketika sebuah kecelakaan misterius membuat matanya buta. Ia diejek, dihina, dan dirundung karena kebutaanya.
Hingga tiba saatnya ia mendapat sebuah warisan dari Dewa Naga. Konon katanya, Dewa Naga tidak memiliki penglihatan layaknya makhluk lainnya. Dunia yang dilihat oleh Dewa Naga sangat berbeda, ia bisa melihat unsur-unsur yang membentuk alam semesta serta energi Qi yang tersebar di udara.
Dengan kemampuan barunya, si jenius buta Liang Fei akan menapak puncak kultivasi tertinggi.
(Support author dengan like, gift, dan komen)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9 Antara Cinta dan Persaingan: Seo Yun, Liang Fei, dan Mei Lin
Liang Fei menelan ludahnya, ia kemudian berdiri dan membuat Seo Yun menjadi malu sendiri karena tidak sengaja mengundang seorang pria untuk mandi bersamanya.
"Em, setelah kupikirkan lagi, sebaiknya kau mandi setelah aku selesai," ucap Seo Yun, tak tahu harus menoleh ke sebelah mana.
Liang Fei tidak menanggapi ucapan Seo Yun, sebaliknya ia langsung melompat menerjang ke arahnya.
Bersamaan dengan itu, monster dengan rupa ikan namun memiliki kaki muncul dari dalam air dan berniat melahap Seo Yun. Untungnya Liang Fei bertindak cepat dan menggendong gadis itu untuk keluar dari sungai.
"Beast tingkat 5, bagaimana mungkin aku tidak menyadarinya," gumam Seo Yun sambil memeluk punggung Liang Fei dengan erat.
"Fisher beast dikenal dengan kemampuannya dalam menyembunyikan energi Qi dan menyerang musuh yang memasuki sungai, dari tadi aku aku sudah merasakan sesuatu yang janggal dari dalam sungai."
Seo Yun tersipu malu, bagaimana mungkin ia bisa lengah ketika berada di dalam hutan yang dipenuhi oleh Beast.
"T- terima kasih, kau sudah menyelamatkanku."
Liang Fei menganggukkan kepalanya, "Tidak masalah, sekarang pakailah pakaianmu terlebih dahulu."
"Bagaimana kau tahu kalau aku tidak mengenakan pakaian?"
"Aku tahu karena mengendongmu dan tidak merasakan ada pakaian di tubuhmu," balas Liang Fei berbohong selancar arus laut.
Kedua pipi Seo Yun semakin memerah mendengar ucapan Liang Fei, ia baru sadar jika kelakuannya saat itu sangatlah memalukan.
Seo Yun segera mengenakan pakaiannya, sementara Liang Fei menghadapi lima ekor Fisher Beast yang kini keluar dari dalam sungai. Ekspresi marah dan jengkel jelas nampak di wajah pria itu.
"Aku akan menghabisi kalian tanpa sisa karena telah menggangu waktu damaiku," ucap Liang Fei, waktu damai yang dimaksud adalah menikmati pemandangan indah tubuh Seo Yun.
Tidak biasanya Liang Fei tertarik kepada wanita, bahkan ketika ia masih menjadi idola sekte, banyak wanita yang mengantri di hadapannya. Namun, tidak ada yang menarik perhatiannya.
Pertarungan sengit pun tidak dapat dihindari, Fisher Beast mengeluarkan gigi tajam mereka dan mengerumuni Liang Fei dengan serangan yang mematikan.
Meskipun dikelilingi dari berbagai sisi, Liang Fei memasang kuda-kuda dengan mantap, memusatkan Qi ke tangannya yang terbuka.
Dengan satu gerakan cepat, Liang Fei menghantam tanah dengan telapak tangannya, menciptakan gelombang energi yang menghempas Fisher Beast ke udara.
Qi yang mengalir dari tubuhnya berubah bentuk menjadi naga yang menggeliat, menyapu semua musuh di sekelilingnya.
"Aku harus pastikan tidak satu pun dari kalian yang selamat," gumamnya dengan suara rendah tapi penuh tekad, matanya menatap tajam ke arah Fisher Beast yang tersisa.
Sementara Liang Fei sibuk bertarung, Seo Yun telah mengenakan kembali pakaian dan mengumpulkan Qi untuk menghadapi ancaman yang tersisa.
Pengalaman mereka dalam pertempuran sudah terlatih, dan Fisher Beast tak berdaya melawan koordinasi dan kerjasama keduanya.
Setelah beberapa saat, suara pertempuran yang tadi menggema telah berubah menjadi kesunyian. Hanya suara gemericik air terjun dan hembusan angin gunung yang tersisa.
Liang Fei dan Seo Yun berdiri di antara mayat Fisher Beast yang bergeletakan tanpa nyawa.
Mereka saling berpandangan sejenak, terdiam dalam kebisuan yang penuh arti.
Seo Yun kemudian angkat bicara untuk mengindari rasa malu dari kejadian ambigu sebelumnya, "Kita harus lebih berhati-hati. Hutan ini penuh dengan bahaya yang tidak terduga."
Liang Fei mengangguk setuju, "Itu benar, kita harus lebih berhati-hati di hutan ini, terutama jika ingin melepas pakaian kita."
"Kau! Masih mengungkit masalah itu!?" pekik Seo Yun, rasa malunya yang tadi sempat menghilang kembali muncul.
Perjalanan pun dilanjutkan dengan Seo Yun yang tetap diam tidak bersuara, ia masih kesal dan malu untuk berhadapan dengan Liang Fei. Sementara Liang Fei hanya kebingungan, ia tidak tahu apa kesalahan yang ia perbuat hingga Seo Yun semarah itu.
'Lagipula dia sendiri yang melepas pakaiannya di hadapanku, lalu kenapa dia marah kepadaku?' Kira kira seperti itulah batin Liang Fei.
Setelah perjalanan seharian, mereka berdua akhirnya sampai di sekte Naga Putih.
"Sampai disini saja, terima kasih karena telah mengantarku datang kesini." Seo Yun akhirnya berbicara setelah mereka berdua sampai di tempat tujuan mereka.
Tanpa memandang ke arah Liang Fei, Seo Yun pergi memasuki sekte sendirian dengan langkah yang tegap namun anggun.
Kemunculan wanita cantik dari gerbang sekte bersamaan dengan Liang Fei yang telah mengganti penampilannya menjadi sosok yang lebih bersih dan menawan, membuat seluruh murid luar bertanya tanya.
Mereka bertanya tanya siapa wanita cantik yang datang ke sekte mereka, dan apa hubungannya dengan Liang Fei yang mereka kira telah mati dilahap binatang buas.
Tidak ada yang khawatir dengan keselamatannya kecuali satu orang gadis yang berlari dengan cepat setelah mendengar Liang Fei telah kembali. Gadis itu adalah Mei Lin.
"Liang Fei, aku kira kau tidak selamat di luar sana, kenapa kau pergi tanpa memberitahuku?"
Liang Fei tersenyum tipis melihat Mei Lin berlari ke arahnya dengan ekspresi kekhawatiran. Ia tahu bahwa Mei Lin selalu khawatir padanya, bahkan ketika dia memilih menempuh bahaya sendirian.
"Aku hanya tidak ingin merepotkanmu, Mei Lin," jawab Liang Fei dengan lembut. "Kupikir ini adalah sesuatu yang harus aku hadapi sendiri."
Mei Lin menghela napas panjang, menahan perasaannya yang campur aduk antara lega dan marah. "Tapi kau harus tahu, aku selalu ada untukmu. Jadi jangan tinggalkan aku tanpa kabar."
Liang Fei mengangguk, "Lain kali aku akan bilang padamu jika ingin pergi."
Sementara itu, Seo Yun yang berusaha menghindar berhenti sejenak ketika mendengar percakapan mereka.
Ada sedikit rasa iri yang menyelinap di hatinya—melihat seseorang yang begitu peduli pada Liang Fei dengan tulus.
'Kenapa tidak cerita kalau kau sudah punya tunangan?' batin Seo Yun sedih.
Namun, dia menepis perasaan itu dengan cepat, mengingatkan dirinya bahwa dia ada di sini dengan urusan yang lebih besar.
Mei Lin menyadari keberadaan Seo Yun, ekspresi cemburu dan kesal karena terlihat dengan jelas di wajahnya.
"Apa hubunganmu dengan wanita itu? Kenapa dia datang bersamamu?" tanya Mei Lin mencoba mengintrogasi Liang Fei.
Liang Fei yang mendapat pertanyaan beruntun itu menjadi kebinggungan.
"Aku tidak punya hubungan apapun dengannya," jawab Liang Fei agak ketus, namun dengan ekspresi sedih dan menyesal karena telah membuat wanita itu marah.
"Aku lelah setelah berjalan lama, aku akan beristirahat di kediamanku," lanjut Liang Fei pergi meninggalkan Mei Lin yang masih curiga dan cemburu.
Mei Lin hanya bisa menatap punggung lebar Liang Fei, rasa sesak memenuhi hatinya bersamaan dengan kesedihan yang mengalir.
"Tidak, aku tidak akan membiarkan siapapun merebut Liang Fei dariku. Aku akan memastikan dia tetap berada di sisiku, bagaimana pun caranya," gumam Mei Lin, matanya mengeluarkan air mata. Namun, ada kilatan kebencian yang dalam.
Disisi lain, Seo Yun berjalan melewati para siswa yang tengah berlatih, mereka semua menghentikan latihan mereka hanya untuk melihat keindahan yang jarang terlihat di tempat itu.
"Siapa wanita itu? Kenapa dia berjalan ke arah aula?"
"Dari yang aku dengar, akan datang seorang wanita yang dijanjikan akan bertunangan dengan cucu dari Patriak sekte, Tuan Muda Long Yuan. Apakah wanita itu yang dimaksud?"
"Wah, beruntung sekali Tuan Muda Long Yuan bisa bertunangan dengan dewi sepertinya."
Mengabaikan murid murid yang menggosip, Seo Yun akhirnya tiba di aula sekte. Pintu setinggi lima meter dibuka, mengeluarkan suara gesekan engsel yang menggema di seluruh ruangan.
Karpet merah digelar dengan anggun, menunjukan status dan kehormatan besar dari tamu yang diundang.
Di tengah ruangan yang megah itu, terlihat sosok Patriak sekte Naga Putih yang duduk di kursi kehormatannya. Rambutnya sudah berwarna putih dengan kumis dan janggut menjuntai panjang. Beliau adalah Patriak sekte Naga Putih, Long Ye.
Bersama dengan Patriak sekte, para penatua yang berjumlah lima orang itu juga turut hadir, mereka duduk di kursi yang lebih kecil dari penatua sekte.
Long Ye yang sudah berumur lebih dari 100 tahun itu memandang keindahan Seo Yun, matanya menunjukan rasa kagum dan hormat kepada wanita muda tersebut.
"Selamat datang di sekte Naga Putih, suatu kehormatan bisa dikunjungi secara langsung oleh Putri Kekaisaran Fengyin."