Di Benua Tian Yuan, semua orang berlatih Dao Sihir hingga ke puncak, menjadi dewa abadi sejati. Itu telah di lakukan dari generasi ke generasi, tradisi yang orang semua percaya bahwa Dao Sihir adalah satu-satunya jalan menuju puncak keabadian.
Namun Jian Xin, pemuda sampah yang di anggap sebagai pemborosan oleh semua orang tiba-tiba muncul dengan Jalan Dao yang berbeda. Jalan Dao yang menantang langit, jalan Dao yang telah di tinggalkan semua orang. Yaitu Dao Pedang .....
Dengan hati Dao Pedang yang kuat, dia menempuh jalan yang lebih sulit dan menyakitkan dari orang lain. Semua untuk membuktikan bahwa Dao yang dia miliki bisa membawannya ke puncak!
Dalam perjalanan yang menyakitkan itu, dia tiba-tiba menemukan rahasia besar yang telah lama menghilang. Rahasia yang di tinggalkan oleh Dewa Dao pertama!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soccer@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 : Tulang Binatang Ilahi Tingkat Lima!
Di kota Sangyin, lokasi gerbang utara kota berbatasan langsung dengan hutan lebat dan lembah-lembah curam. Di dalam hutan, itu di huni oleh beberapa spesies binatang seperti Binatang Buas biasa, Binatang Bermutasi dan Binatang Ilahi.
Hampir setiap hari, para tentara bayaran melakukan perburuan di dalam hutan untuk mendapatkan Inti Monster yang bisa di jual di pasaran. Tapi meski begitu, mereka tidak berani berburu lebih jauh ke dalam hutan karena takut bertemu dengan binatang Ilahi tingkat tinggi yang di kenal sebagai penguasa hutan.
Tapi berbeda dengan semua orang, saat ini. Di dalam hutan yang jauh, terlihat seorang pemuda sedang duduk di bawah pohon besar sambil mendengarkan pria tua ilusi di depannya berbicara.
"Keluarkan benda itu," kata Shen Jian.
Jiang Xin mengangguk, kemudian mengeluarkan benda putih berbentuk tongkat itu dari cincin penyimpanan.
Shen Jian dengan tenang mengambil benda putih di tangan Jiang Xin. "Kamu tahu, kamu sangat beruntung menemukan benda ini," ujarnya.
"Guru, benda apa itu sebenarnya?" tanya Jiang Xin dengan ekspresi penasaran di wajahnya.
"Akan aku tunjukan," kata Shen Jian. "Berikan Batu Roh yang tersisa di Cincin Penyimpananmu!" perintahnya.
Jiang Xin melambaikan tangannya dan lima batu roh dengan cepat muncul di telapak tangannya.
Mengambil batu roh di tangan Jiang Xin, Shen Jian kemudian meletakkan benda putih berbentuk tongkat itu di tanah. Lalu mengelilingi benda putih berbentuk tongkat tersebut dengan lima batu roh.
Setelah melakukan itu, Shen Jian menyatukan telapak tangannya, membentuk segel tangan yang unik. "Bangkit!" serunya.
Begitu suaranya jatuh, lima batu roh tiba-tiba bergetar. Kemudian dengan cepat, sebuah cahaya biru terang keluar dari lima batu roh lalu melesat masuk ke dalam benda putih berbentuk tongkat tersebut.
Dan saat itu terjadi, retakan seketika muncul pada permukaan benda putih berbentuk tongkat. Itu perlahan menyebar ke seluruh permukaanya, membuat Jiang Xin yang melihat hal ini terkejut.
Beberapa saat kemudian, di bawah tatapan Jiang Xin dan Shen Jian. Benda putih berbentuk tongkat itu tiba-tiba meledak, membuat Jiang Xin tersapu oleh gelombang kejut yang di hasilkan dari ledakan.
Asap debu naik ke langit, menutupi area sekitar ledakan. Bersamaan dengan itu, aura yang sangat kuat menyebar dari dalam kepulan asap debu. Membuat Jiang Xin yang berdiri tidak jauh dari tempat itu merasa tertekan.
Di sekitar hutan, para binatang buas yang sedang melintas tidak jauh dari tempat ledakan sebelumnya berasal menghentikan langkah mereka. Kemudian menatap heran pada kepulan asap debu yang berkumpul di langit.
Namun saat aura yang sangat kuat menyebar, wajah para binatang buas itu berubah. Mereka muncul seperti mereka baru saja melihat monster yang mengerikan, membuat mereka dengan cepat berbalik dan berlari menjauh dengan ekor di antara kedua kaki mereka.
Sementara itu, di tempat ledakan. Jiang Xin menutupi wajahnya dengan telapak tangannya saat pasir dan debu melintas ke arahnya, dan setelah beberapa saat. Asap dan kepulan debu yang menutupi area ledakan perlahan menghilang tersapu angin, tapi meski demikian. Aura yang sangat kuat itu masih ada di sana.
Pada saat ini, di depan Jiang Xin. Dia melihat benda berbentuk tongkat sebelumnya kini telah berubah menjadi tulang putih yang memancarkan kilau samar. Tulang putih itu menggantung di udara saat gelombang Qi yang sangat kuat menyebar darinya.
"Ini. " Jiang Xin menatap tulang putih tersebut dengan ekspresi terkejut di wajahnya.
"Ya, ini adalah bentuk sebenarnya. Tulang Binatang Ilahi Tingkat Lima," kata Shen Jian.
"Tulang Binatang Ilahi tingkat lima?" Jiang Xin menghirup nafas dalam-dalam.
Binatang Ilahi Tingkat Lima, itu setara dengan praktisi manusia rana Dao King. Pantas saja aura yang di pancarkan sangat kuat bahkan membuat Jiang Xin kesulitan untuk bergerak.
"Tulang Binatang Ilahi Tingkat Lima, itu sangat berguna untuk pembuatan senjata. Sebagai seorang Praktisi Dao Pedang, wajib bagimu untuk memiliki senjata yang kuat. Tulang ini, itu akan menjadi senjatamu di masa depan!" ujar Shen Jian.
Mendengar ini, Jiang Xin menatap Shen Jian dengan ekspresi tidak percaya di wajahnya. "Guru, apa aku benar-benar akan memiliki senjata yang terbuat dari tulang Binatang Ilahi Tingkat Lima?" tanyanya.
"Ya. " Shen Jian tersenyum. "Tapi sebelum itu, kita perlu mengumpulkan beberapa bahan penting!" ucapnya.
"Bahan penting apa?" tanya Jiang Xin dengan ekspresi penasaran di wajahnya.
"Tidak banyak," kata Shen Jian. "Kita hanya memerlukan dua Inti Binatang Ilahi Tingkat tiga, logam sihir tingkat rendah dan sepuluh batu roh," terangnya.
Mendengar ini, wajah gembira Jiang Xin seketika berubah muram. "Guru, kamu bilang tidak banyak. Tapi itu sangat banyak dan suit, belum lagi logam sihir tingkat rendah, bahkan dua Inti Binatang Ilahi Tingkat tiga sudah sangat sulit," ujarnya dengan kesal.
"Cih. " Shen Jian mendengus. "Kamu bocah bodoh, apa kamu lupa bahwa kita masih memiliki sisa logam sihir sebelumnya, dan itu bukan hanya tingkat rendah tetapi tingkat tinggi!" jelasnya.
"Selain itu, masalah tentang Inti Binatang Ilahi Tingkat tiga. Itu mungkin sulit untukmu, tapi apa kamu lupa siapa Gurumu?" tambahnya.
Mendengar perkataan Shen Jian, Jiang Xin terkekeh sambil mengaruk kepalanya yang tidak gatal. "Hehe, maaf Guru. Murid lupa," ucapnya sambil memasang senyum konyol.
"Bocah bodoh." Shen Jian mendengus kesal. "Sekarang masukkan tulang itu ke dalam cincin penyimpanan karena kita segera mencari keberadaan Binatang Ilahi Tingkat Tiga!" perintahnya.
"Baik Guru." Jiang Xin mengangguk, kemudian. Dia meraih tulang putih yang mengambang di udara lalu memasukkannya ke dalam cincin penyimpanan.
Setelah melakukan itu, Shen Jian dan Jiang Xin dengan cepat bergegas menuju arena hutan yang lebih dalam, mencari tanda-tanda keberadaan binatang ilahi.
..
Sementara Jiang Xin dan Shen Jian sedang berburu di dalam hutan, telah terjadi sesuatu di kota Sangyin.
Saat ini, di dalam tokoh pria kurus tempat Jiang Xin membeli tulang binatang ilahi tingkat lima sebelumnya. Jeritan menyakitkan tiba-tiba terdengar dari dalam tokoh.
Saat ini, di dalam tokoh. Terlihat seorang pria misterius yang seluruh tubuhnya di bungkus oleh jubah hitam tampak sedang mencekik leher pria kurus, membuat wajah pria kurus memerah.
"Siapa? Siapa yang membeli Tulang Binatang Ilahi milikku? Katakan!" teriak Pria misterius dengan suara dingin.
"Itu .. Argh .. " Pria kurus menjerit saat pria misterius itu semakin mengeratkan cengkraman tangannya.
"Huh. " Pria misterius mendengus dingin, lalu menghempaskan tubuh pria kurus dengan kasar ke lantai.
Setelah di lepaskan, meski pria kurus masih merasakan sakit di leher dan punggungnya. Namun di bawah tatapan dingin dan penuh intimidasi dari pria misterius, pria kurus tidak punya pilihan selain menjawab.
"Benda .. Benda yang aku beli darimu terakhir kali, itu baru saja di beli oleh Jiang Xin," kata pria kurus.
"Jiang Xin?" Pria kurus mengerutkan kening.
"Ya, Jiang Xin. Dia adalah Tuan Muda dari Klan Jiang, " ujar pria kurus.
"Oh, Klan Jiang." Sebelah alis pria misterius itu terangkat saat kilatan dingin melintas di pupil matanya, lalu dengan acuh tak acuh. Dia berbalik dan berjalan meninggalkan tokoh.
