Aku Yang Ditinggalkan

Armina, beruntung sekarang dia sudah tidak ada. Begitu juga dengan ibunya.

Saat itu, setelah beberapa bulan dia keguguran. Armina pun meninggal dunia. Dan itu, juga karena di berikan makanan yang mengandung racun oleh Firman dan Jefri. Karena pada masa itu, setiap kali Armina tidak sengaja bertemu mereka. Pasti Armina memeluk keduanya.

Orang-orang kampung sengaja tidak memanggil polisi terlebih dahulu. Mereka ingin Firman dan Jefri bermalam di balai dengan rasa sakit dan juga dinginnya angin malam. Bukan apa, itu sebagai hukuman untuk mereka berdua.

Rahmi dan Rini memutuskan untuk menemui Firman dan Jefri yang di tinggal berdua di balai desa.

Miris tentu saja, melihat wajah bengkak dari suami-suami mereka. Dan banyak luka lainnya, di seluruh tubuh mereka.

"Sayang! Kamu datang ..." Jefri bahagia menatap Rini.

"Lihat lah, mereka memukul kami sampai parah begini." adu Jefri.

"Dan aku malah ingin membunuhmu." balas Rini membuat Jefri menelan ludah.

Firman hanya menatap Rahmi dengan memohon, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Apalagi, melihat Rahmi yang menjatuhkan air matanya. Dan juga, enggan menatap wajahnya.

Sakit, tentu saja. Bahkan lebih sakit dar luka-luka yang di tubuhnya. Namun, dia yakin jika Rahmi malah merasakan sakit yang jauh lebih parah.

"Aku mau kita cerai." lirih Rahmi mendekati Firman.

"Tidak, jangan pernah meminta hal itu dik. Aku tidak akan pernah menceraikan mu." balas Firman.

"Terus, kamu pikir aku bisa hidup dengan lelaki, yang bahkan rela tidur dengan psk? Kamu pikir aku gak jijik? Aku jijik ... Bahkan, aku merasa tubuhku juga ikut kotor, akibat ulah mu. Anak-anak juga ikut menanggung rasa malu akibat perbuatan kalian. Kalian gak sadar kan?" berang Rahmi.

"Maafkan aku, aku sungguh menyesal. Tolong, jangan buang aku dari kehidupanmu. Aku janji akan memperbaiki semuanya." mohon Firman.

"Percuma, karena aku akan selalu terbayang bagaimana kamu menyentuh wanita lain. Bagaimana kamu membagi peluh dengan wanita lain. Sakit bang, sakit ..." Rahmi memukuli dadanya.

Firman pun menangis menyesali perbuatannya. Dia sudah membayangkan akan merasakan dinginnya dinding penjara. Dan yang pasti tidak akan ada seorang pun yang mau menjenguknya.

Miris? Akan tetapi itulah hukuman dari perbuatannya. Perbuatan karena mengikuti hawa nafsu sesaat. Bahkan sekarang dia harus memetik karma sampai akhir sisa hidupnya.

"Kamu, mau memaafkan aku kan dik? Kita akan mulai dari awal." mohon Jefri.

"Tidak, aku gak akan mau sama orang sepertimu. Aku kesini juga ingin minta pisah dari mu." ungkap Rini. Bahkan dia sudah tidak menjatuhkan lagi air matanya.

Karena menurutnya, manusia seperti Jefri tidak pantas mendapatkan apapun darinya, walaupun hanya setetes air mata saja.

"Pasti kamu termakan hasutan dari Ana kan?" tebak Jefri.

"Kamu masih berani menyebut namanya? Setelah semua kekacauan ini? Dia tidak pernah menghasut kami. Sekarang, kami sadar jika kalian berdua memang bukan lelaki baik. Bukan lelaki yang patut diperjuangkan. Jadi, jangan berharap lebih." balas Rini.

Jefri tersenyum sinis. "Kamu lupa? Jika kamu cerai sama aku, kamu mau tinggal dimana? Di rumah ibumu yang banyak penghuninya? Aku yakin, kamu gak bakal betah." balas Jefri.

"Dan jika memang aku gak betah tinggal disana, aku lebih memilih untuk tinggal dijalanan. Dari pada harus tinggal sama kamu." sahut Rini tak kalah pedas.

"Sampai mati pun, aku gak akan menceraikan mu Rini. Kamu gak akan aku lepaskan!" teriak Jefri.

"Dan kamu pikir aku gak bisa mengajukan cerai? Aku punya saksi banyak. Dan sudah pasti permintaanku akan mudah dikabulkan." balas Rini.

Kemudian Rini dan Rahmi meninggalkan suami mereka. Bahkan untuk menoleh saja mereka enggan.

Firman dan Jefri berteriak memanggil istri mereka. Namun, teriakan mereka sia-sia. Karena saat istri terus saja pergi.

...🍁🍁🍁...

"Jadi, siapa yang mencoba membunuh paman Sahil?" tanya Raksa pada Kayla.

"Maksud abang?" tanya Kayla bingung.

"Saat abang jumpa dengan mu di jalanan. Kamu sempat mengatakan jika ingatan paman udah kembali. Dan kamu juga mengatakan jika dalang dari semua kekacauan ini pun, sudah terbongkar." terang Arkan pada Kayla yang berada di dalam kamar.

Kayla tercekat, dia tidak bermaksud mengatakan hal itu sama Raksa.

"Aku ... Aku gak ngomong gitu bang. Mungkin abang salah dengar." ungkap Kayla.

Raksa menghela napas. Dia tahu jika Kayla berbohong. Namun dia juga tidak mau memaksa Kayla. Karena dia takut jika nanti Kayla kembali kabur. Atau mungkin, belum saatnya mereka menceritakan semuanya.

"Kayla, Raksa ... Ayo ke kampungmu Kayla. Ada hal besar sedang terjadi." ajak Rima dengan muka tegang.

"Ada apa wak?" tanya Kayla.

"Kita lihat nanti. Cepat lah, bersiap ..." ujar Rima.

Raksa mengejar ibunya dan bertanya apa yang terjadi.

"Abang dari bibi Ana, sedang dalam masalah. Kita meu menjenguk bi Ana. Tadi, kami dapat kiriman dari teman ayahmu." ucap Rima.

Mereka memang belum tahu, jika Firman dan Jefri adalah pelaku yang ingin membunuh adiknya. Yang dipikirannya sekarang adalah Ana. Dia gak mau Ana merasakan kesedihan seorang diri. Dia mau Ana tahu, walaupun dia telah menjadi mantan kakak ipar. Tapi, dia masih sangat menyayanginya.

Begitu Kayla siap, mereka bergegas kesana menggunakan sepeda motor. Beruntung Dian tidak ada disana. Jadi, walaupun terjadi kehebohan kecil seperti tadi. Tidak akan bertambah masalah.

Di jalan, Kayla terus saja bertanya kenapa Rima buru-buru ingin kesana. Jika memang tidak mau menerimanya, di rumah. Dia akan turun di jalanan. Namun, Raksa memilih bungkam. Dan mengatakan jika ia tidak tahu apa-apa.

Setengah jam kemudian, mereka tiba di rumah Kayla. Namun, disana terlihat banyak orang. Dan jantung Rima langsung berdetak cepat. Dia sangat takut jika Ana kenapa-napa.

Sedangkan, Kayla sendiri berlari memecahkan kerumunan yang berada di depan rumahnya.

Pas masuk kedalam dia tercengang melihat sepupu-sepupu dari pihak ibunya, berada di rumahnya.

Dia langsung memasang wajah dingin. Dendam sudah pasti. Karena ayah mereka, dia harus kehilangan sosok ayahnya.

"Nak, kamu gak apa-apa kan?" tanya Ana menyambut Kayla.

"Kenapa anak pembunuh ini, ada disini? Apa ibu gila? Ayah mereka telah mencoba membunuh ayahku bu, ayah mereka pembunuh." teriak Kayla.

"Apa?" Rima terkejut dan suaminya dengan sigap memegangi tubuh Rima.