Sandra, gadis yang hidup sengsara di keluarga kaya Hartawan. Sejak kecil, ia diperlakukan kejam oleh orang tuanya, yang sering memukul, menyalahkannya, dan bahkan menjualnya kepada pria-pria tua demi uang agar memenuhi ambisi keuangan orang tuanya. Tanpa Sandra ketahui, ia bukan anak kandung keluarga Hartawan, melainkan hasil pertukaran bayi dengan bayi laki-laki mereka
Langit, yang dibesarkan dalam keluarga sederhana, bertemu Sandra tanpa mengetahui hubungan darah mereka. Ketika ia menyelidiki alasan perlakuan buruk keluarga Hartawan terhadap Sandra, ia menemukan kenyataan pahit tentang identitasnya. Kini, Langit harus memilih antara mengungkapkan kebenaran atau tetap bersama Sandra untuk melindunginya. Sementara Sandra, cinta pertamanya ternyata terikat oleh takdir yang rumit bersamanya.
#foreducation
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Littlesister, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memulai Hidup Baru
Sandra duduk sendiri di kamar kecilnya. Matanya masih bengkak karena menangis semalaman. Ia memegang ponselnya, menatap pesan terakhir Langit yang penuh kemarahan.
Jangan pernah temui aku lagi, aku kecewa pernah membantu orang yang tidak tahu diri sepertimu.
Kini ia memberanikan diri untuk tinggal sendirian di kos yang harganya cukup terbilang murah karena ia menyesuaikan dengan uang tabungan yang dimilikinya dan tidak tinggal bersama dengan keluarganya lagi.
"Kenapa kamu nggak percaya sama aku, Langit? Aku pikir kamu beda dari mereka semua... tapi ternyata aku salah. Padahal ini bukan salahku, aku dijebak" ucap Sandra mengetahui bahwa tidak ada yang percaya dengannya.
"Cukup, Sandra. Nggak ada yang bisa diandalkan selain dirimu sendiri. Kalau Langit pun nggak percaya, aku nggak butuh dia. Aku harus bangkit. Aku bisa bertahan, bahkan tanpa dia." Sandra menghapus air matanya, berdiri dengan tekad baru. Ia menatap bayangannya di cermin kecil di kamarnya.
Keesokan harinya, ia berdiri di depan cermin kecil di kamar kosnya. Wajahnya tampak penuh tekad. Ia mengenakan pakaian rapi sederhana, mencoba menyembunyikan rasa cemasnya.
Hari pertama Sandra mencari pekerjaan sebagai SPG di toko baju, dan segera memasuki sebuah toko baju di pusat perbelanjaan kecil. Ia mendekati meja kasir tempat seorang supervisor sedang sibuk mengatur laporan.
"Permisi, Bu. Saya mau tanya, apakah di sini sedang membutuhkan karyawan?" tanya Sandra.
"Maaf, posisi sudah penuh. Kami nggak butuh orang lagi." jawab Supervisor seraya menatap Sandra sekilas, lalu menggeleng tanpa banyak bicara.
"Baik, Bu. Terima kasih." Sandra tersenyum kecil, berusaha tetap sopan meski hatinya kecewa.
Hari kedua Sandra mencoba untuk melamar pekerjaan menjadi pelayan di rumah makan. Sandra berdiri di depan pintu sebuah rumah makan sederhana. Ia memberanikan diri masuk dan berbicara dengan pemilik rumah makan, seorang pria paruh baya
"Permisi, Pak. Saya lihat ada tulisan lowongan di depan. Saya ingin melamar sebagai pelayan di sini." ucap Sandra.
"Kamu pernah kerja dengan posisi tersebut sebelumnya?" tanya Pemilik Rumah makan itu
"Belum, Pak. Tapi saya siap belajar. Saya akan bekerja keras." jawab Sandra tegas dan percaya diri.
"Kami butuh orang yang berpengalaman. Maaf, kamu nggak cocok untuk posisi ini." Pemilik Rumah Makan menghela napas.
"Baik, Pak. Terima kasih atas waktunya." Sandra melangkah keluar lagi, hatinya semakin berat. Namun, ia terus meyakinkan dirinya bahwa kesempatan lain pasti akan datang.
Hari ketiga ia tetap mencoba dengan tekadnya yang bulat untuk mencari pekerjaan lagi. Kali ini, ia melamar sebagai petugas kebersihan di kantor
Sandra duduk di ruang tunggu sebuah kantor kecil, menunggu giliran wawancara. Setelah dipanggil, ia masuk ke ruangan HRD dan duduk dengan penuh harap.
"Sandra, kami lihat kamu belum punya pengalaman kerja. Apa yang membuat kamu yakin bisa bekerja di sini sebagai petugas kebersihan?" tanya pewawancara melihat berkas lamaran Sandra.
"Saya mungkin belum punya pengalaman di bagian tersebut, tapi saya selalu membersihkan rumah dengan baik. Saya juga bersedia belajar, Pak. Saya janji akan bekerja keras." ucap Sandra dengan suara penuh keyakinan.
"Maaf, kami mencari kandidat yang lebih berpengalaman. Terima kasih sudah datang." Pewawancara tersenyum kecil, namun nada suaranya tegas.
Sandra keluar dari kantor itu dengan wajah lesu. Ia duduk di halte bus, memandangi langit sambil menahan air mata.
"Kenapa susah sekali? Apa aku benar-benar nggak pantas bekerja di mana pun?" gumam Sandra.
Berbulan-bulan ia tinggal di kosnya dengan perasaan cemas, karena uang tabungnya semakin menipis. Ia harus segera mencari pekerjaan agar ia bisa hidup dengan tenang. Pada bulan kelima, ia sedang mencari udara segar dan melihat pemberitahuan bahwa kantin membutuhkan karyawan sebagai penjaga kasir.
Sandra memasuki kantin Universitas Indonesia di daerah Salemba, Jakarta Pusat. Ia melangkah ragu-ragu. Ia melihat seorang pria paruh baya, manajer kantin, sedang duduk di belakang meja menghitung
"Permisi, Pak. Apakah di sini ada lowongan kerja?" tanya Sandra.
"Kamu cari kerja? Ada pengalaman sebelumnya?"
Manajer Kantin menatap Sandra sejenak, lalu tersenyum ramah.
"Belum, Pak. Tapi saya mau belajar apa saja. Saya janji akan bekerja keras." Sandra menggeleng jujur.
"Kebetulan kita butuh karyawan untuk bagian kasir. Tapi ini kerjaannya berat, lho. Kamu yakin bisa?" ucap Manajer Kantin tersebut.
"Saya yakin, Pak. Saya nggak takut kerja keras." Sandra mengangguk cepat, wajahnya penuh harap.
"Baik, besok kamu bisa mulai. Pakai seragam sederhana saja. Selamat bergabung." ucap Manajer Kantin.
Sandra hampir tidak bisa menahan senyumnya. Setelah berhari-hari ditolak, akhirnya ia mendapatkan pekerjaan. Ia menunduk dengan sopan dan berterima kasih.
"Terima kasih banyak, Pak. Saya nggak akan mengecewakan." ucap Sandra bangga karena sekarang ia telah mempunyai pekerjaan yang halal.
Setelah beberapa kali ditolak, ia diterima menjadi karyawan kantin di Universitas Indonesia, tempat Langit belajar. Hari pertama kerjanya, Sandra mengenakan seragam sederhana dan menata rambutnya dengan rapi. Ia berdiri di balik meja kasir, melayani mahasiswa yang datang.
"Sandra, kamu ambil bagian kasir dulu, ya. Kalau butuh bantuan, jangan ragu panggil saya." ucap Manajer Kantin.
"Anisa, kamu ambil bagian kasir dulu, ya. Kalau butuh bantuan, jangan ragu panggil saya." Manajer Kantin meninggalkan tempat kasih dan pergi ke dapur.
Sandra mulai melayani beberapa mahasiswa. Wajahnya terlihat tenang, meskipun ia masih menyimpan luka dari masa lalunya. Namun, tiba-tiba langkah seseorang berhenti di depan meja kasir. Suara yang tak asing baginya terdengar.
"Sandra?" tanya suara itu.
Sandra mendongak perlahan, matanya bertemu dengan Langit. Seketika, suasana di sekitarnya terasa membeku. Langit menatapnya dengan campuran keterkejutan dan rasa bersalah.
Misal.
"Aw, rasanya nyeri sekali. Walaupun ini bukan yang pertama kali, tetap saja rasanya sakit. Dia terlalu kasar di atas ranjang," ucap Sandra bla bla bla.
mmpir juga ke ceritaku yg "Terpaksa dijodohkan dengan seorang dosen"
tolong mampir lah ke beberapa novel aku
misal nya istri kecil tuan mafia