NovelToon NovelToon
ISTRI YANG TERTUKAR

ISTRI YANG TERTUKAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Tukar Pasangan
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

Sepasang Suami Istri Alan dan Anna yang awal nya Harmonis seketika berubah menjadi tidak harmonis, karena mereka berdua berbeda komitmen, Alan yang sejak awal ingin memiliki anak tapi berbading terbalik dengan Anna yang ingin Fokus dulu di karir, sehingga ini menjadi titik awal kehancuran pernikahan mereka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali ke Rumah, Namun Tak Kembali Sama

Setelah banyak malam penuh percakapan yang menyentuh hati, tangis, dan janji-janji perbaikan, Anna akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah bersama Alan. Meski berat, ia merasa ini adalah langkah yang harus diambil jika mereka ingin benar-benar memperbaiki hubungan. Namun, meskipun secara fisik mereka satu atap, jarak emosional di antara mereka masih terasa begitu nyata.

Anna berdiri di depan pintu rumah yang dulu mereka huni bersama. Ia memandangi pegangan pintu yang telah disentuh berkali-kali, membawa kenangan manis dan pahit. Alan berdiri di belakangnya, mengawasi Anna dengan hati-hati.

“Kalau kamu belum siap, kita bisa menunggu,” kata Alan pelan.

Anna menggeleng dan menghela napas dalam. “Tidak, aku harus melakukannya. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?”

Ketika mereka masuk, suasana rumah itu terasa seperti bayangan masa lalu. Ruang tamu tampak rapi, tapi dingin. Foto pernikahan mereka masih tergantung di dinding, seperti pengingat diam tentang apa yang pernah ada.

“Selamat datang kembali,” ujar Alan dengan senyum canggung.

Anna hanya mengangguk, lalu melangkah masuk lebih dalam. Aroma rumah itu masih sama, campuran aroma lavender dari lilin aromaterapi yang biasa ia nyalakan dan kayu yang sudah tua. Tapi, hati Anna terasa jauh dari rasa nyaman.

---

Hari pertama mereka bersama kembali terasa kikuk. Alan mencoba membuat Anna merasa nyaman, menyiapkan sarapan dan bahkan menawarkan untuk memasak makan malam—sesuatu yang jarang ia lakukan sebelumnya.

“Ini mungkin tidak seenak masakanmu, tapi aku harap kamu suka,” kata Alan sambil menyajikan pasta sederhana di meja makan.

Anna tersenyum kecil. “Terima kasih, Alan. Aku menghargai usahamu.”

Namun, di balik senyum itu, Anna masih merasa canggung. Ia belum bisa melupakan semua rasa sakit dan kekecewaan yang terjadi di rumah ini.

Di malam hari, Anna memilih tidur di kamar tamu. Alan tidak memaksanya untuk tidur di kamar utama bersama. Ia tahu bahwa Anna membutuhkan waktu dan ruang untuk memproses semuanya.

“Tidur yang nyenyak, Anna,” kata Alan sebelum menutup pintu kamar tamu.

“Terima kasih, Alan,” jawab Anna dengan suara pelan.

---

Hari-hari berikutnya, Alan semakin berusaha menunjukkan perubahan. Ia menjadi lebih perhatian, mendengarkan ketika Anna berbicara, dan mengurangi waktunya di luar rumah. Namun, meskipun semua itu menunjukkan kesungguhan Alan, Anna masih merasa ada sesuatu yang hilang.

“Kenapa kamu terus melakukan ini, Alan?” tanya Anna suatu sore ketika mereka sedang duduk bersama di ruang tamu.

Alan menatapnya dengan tatapan serius. “Karena aku mencintaimu, Anna. Aku tahu aku telah membuat banyak kesalahan, tapi aku ingin memperbaikinya.”

Anna menghela napas. “Aku tahu kamu berusaha, tapi kadang aku merasa ini semua terlalu terlambat.”

Alan terdiam sejenak sebelum menjawab. “Mungkin memang terlambat untuk menghapus masa lalu, tapi aku berharap tidak terlambat untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.”

---

Malam itu, Anna memutuskan untuk tidur di kamar utama bersama Alan. Meski awalnya ia ragu, ia merasa ini adalah langkah kecil yang harus diambil jika mereka ingin memperbaiki hubungan.

Ketika Anna masuk ke kamar, Alan tampak terkejut namun juga bahagia.

“Kamu yakin ingin tidur di sini?” tanyanya hati-hati.

Anna mengangguk. “Aku pikir ini saatnya untuk mencoba.”

Mereka tidur di sisi masing-masing tempat tidur, tidak ada sentuhan fisik atau keintiman. Tapi bagi Alan, kehadiran Anna di kamar itu adalah tanda bahwa ada harapan.

---

Meski perlahan, mereka mulai menemukan ritme baru dalam hubungan mereka. Alan mulai bekerja lebih banyak dari rumah untuk menghabiskan waktu bersama Anna. Mereka mulai berbicara tentang rencana-rencana kecil, seperti memperbarui taman atau mengganti beberapa perabot di rumah.

Namun, di balik semua itu, Anna masih menyimpan luka. Ada saat-saat ketika ia duduk sendirian di taman, merenungi apakah ia telah mengambil keputusan yang tepat.

“Kenapa aku masih di sini?” gumamnya pada dirinya sendiri suatu hari.

Alan, yang kebetulan melihat Anna dari jendela, mendekatinya.

“Kamu baik-baik saja?” tanyanya dengan lembut.

Anna tersentak sedikit tapi mengangguk. “Hanya merenung.”

Alan duduk di sampingnya. “Aku tahu ini tidak mudah untukmu, Anna. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku bersedia melakukan apa pun untuk membuatmu merasa nyaman di rumah ini lagi.”

Anna menatapnya, mencoba mencari kejujuran dalam matanya. “Aku ingin percaya padamu, Alan. Tapi aku juga takut. Aku takut semua ini hanya sementara, dan kita akan kembali seperti dulu.”

Alan menggenggam tangannya dengan hati-hati. “Aku tidak bisa menjanjikan bahwa semuanya akan sempurna, tapi aku bisa menjanjikan bahwa aku tidak akan pernah menyerah untuk membuatmu bahagia.”

---

Malam itu, ketika mereka sedang menonton film bersama di ruang tamu, Anna tiba-tiba menangis. Alan menghentikan film dan memegang bahunya.

“Anna, apa yang salah?” tanyanya dengan cemas.

“Aku hanya... aku merasa terlalu banyak yang telah terjadi. Aku ingin semuanya kembali seperti dulu, tapi aku tahu itu tidak mungkin,” jawab Anna dengan suara gemetar.

Alan memeluknya dengan lembut, memberikan waktu baginya untuk menenangkan diri.

“Kita tidak perlu kembali seperti dulu,” kata Alan pelan. “Kita bisa memulai yang baru, Anna. Aku tahu itu tidak mudah, tapi aku percaya kita bisa melakukannya bersama.”

Anna menatapnya dengan mata yang penuh air mata, namun ada sedikit harapan di sana. “Aku ingin mencoba, Alan. Aku benar-benar ingin.”

Alan tersenyum, meski matanya juga berkaca-kaca. “Itu saja sudah cukup untukku, Anna.”

---

Mereka tahu perjalanan ini masih panjang, tapi malam itu, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, mereka merasa bahwa mereka berada di jalur yang benar. Meski luka itu belum sepenuhnya sembuh, cinta mereka memberikan alasan untuk terus berjuang.

Tamat Bab 19.

1
Erny Manangkari
bru mulai baca ni
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!