Pembaca baru, mending langsung baca bab 2 ya. Walaupun ini buku kedua, saya mencoba membuat tidak membingungkan para pembaca baru. thanks.
Prolog...
Malam itu, tanpa aku sadari, ada seseorang yang mengikuti ku dari belakang.
Lalu, di suatu jalan yang gelap, dan tersembunyi dari hiruk-pikuk keramaian kota. Orang yang mengikuti ku tiba-tiba saja menghujamkan pisau tepat di kepalaku.
Dan, matilah aku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Misteri Dibalik Hilangnya Naya. 4
Sore harinya di hari yang sama. Pak Jatmiko kembali entah dari mana, dia membawakan makanan untuk makan malam.
"Mie Pangsit?" Tanyaku.
"Yupz. Enak lho. Ini sebagai tanda terima kasih sudah mengijinkan aku menginap di rumahmu." jawabnya.
"Anda ga perlu repot repot. Tadi pagi juga sudah di buatkan sarapan. Lagi pula, saya juga menjadi punya teman saat di rumah. Biasanya sendirian."
Mie pangsit. Baru pertama kali ini aku memakannya. Enak, dan aromanya juga menggugah selera. Lalu, tekstur Mie nya yang lembut, sangat berbeda dengan Mie instan yang biasa aku beli di depan rumahku.
"Beli di mana?" tanyaku ketika sudah menghabiskan Mie yang Pak Jatmiko belikan.
"Di turunan sana. Dekat SDN Mulyorejo 30. Yang jual mas mas ganteng. Kamu ga pernah kesana?"
"Hahaha. Saya harus menghemat uang Pak. Soalnya, beberapa bulan terakhir ini, kiriman uang dari saudara ku mulai turun jumlahnya."
"Kapan kapan kamu aku ajak kesana. Makan di sana rasanya berkali kali lipat lho. Soalnya masih panas dan bisa pakai kuah."
Nex
Pak Jatmiko tertidur pulas di jam delapan malam.
Yos!! Waktunya meng explore rumah tua itu!!
Kemarin malam, rumah itu terlihat bagus dan nyaman karena lampunya sebagai besar di nyalakan. Tapi, malam ini, rumah tua itu terlihat jauh lebih angker lagi karena lampunya tidak ada yang di nyalakan satupun.
Aku sudah mendapatkan ijin untuk memasuki rumah itu dari Pak Jatmiko, dan dia mempercayakan kunci rumah itu kepadaku. Jadi, saat ini, aku sudah berada di dalam rumah itu, dan memasukinya tanpa mengalami kesulitan sedikit pun.
Bayangan hitam kemarin adalah orang. Manusia yang hidup dan bernafas. Aku mengetahuinya ketika dia sedang mengintip di salah satu jendela yang ada di lantai dua. Saat dia bernafas, ada embun yang tertinggal di kaca jendelanya.
Lalu, yang menjadi pertanyaan ku. Sosok wanita yang di bicarakan oleh Udin dan Angga. Aku sama sekali tidak pernah melihatnya sekali pun. Dan, Pak Jatmiko pun mengenali dia sebagai Naya Rivera, istrinya yang telah menghilang lebih dari lima tahun yang lalu.
Kalau dia masih hidup, dia tinggal di mana selama ini? Kalaupun di rumah ini, bagaimana bisa aku dan Pak Jatmiko tidak bisa menemukan dia? Padahal kami sudah mencarinya di setiap sudut rumah tua ini!
Lantai dua adalah pusat dari semua misteri ini. Karena bayangan kedua sosok itu hanya terlihat, atau menampakkan diri di lantai dua. Tidak pernah sekalipun menampakkan diri di lantai satu. Aku harus menyelidiki lantai dua langsung.
Tangga berputar yang ada di ruang tengah berderit ketika aku menginjakkan kakiku di atasnya. Menambah suasana menyeramkan di dalam rumah tua itu. Langkah demi langkah, jantungku semakin berpacu. Dan nafasku seolah sesak. Ini menandakan kalau aku benar benar ketakutan. Perasaan ini sudah lama tidak aku rasakan. Terakhir kali aku merasakannya ketika berhadapan dengan Dasim. Genderuwo peliharaan Pak Bejo, Bogel, dan Pak Ponijan.
Tapi, tetap saja aku masih tidak bisa melihat penampakan setan lagi setelah sekian lama. Tapi, bukan berarti kalau aku ingin bisa melihat mereka lagi. Oi, aku tidak sudi, boy.
Lha sekarang Elu ngapain explore rumah tua itu tong?
Penasaran gaes. Penasaran.
Kangen neng Kunti? Kangen Mas Genderuwo? Atau?
Sudahlah, jangan banyak tanya. Biarkan aku menceritakan ini semua. Baca baik baik, ok?
Ok, siap laksanakan.
Nex
Lantai dua. Tiga kamar, dan satu kamar mandi di sebelah yang sama. Sebelah Timur bangunan, dan di setiap kamarnya ada dua jendela yang jaraknya dua setengah meter. Setinggi satu setengah meter. Setiap kamar susunan perabotannya hampir mirip, kecuali kamar milik Naya. Karena kamar itu satu satunya yang menghadap ke dua arah sekaligus. Selatan dan timur. Kamar mandinya besar, kerana berada paling Utara, kamar mandi itu memiliki jendela yang menghadap ke Utara.
Sama sekali tidak ada yang mencurigakan atau aneh.
Tong?
Oi?
Handycam nya sudah di siapkan?
Ooohh. Hampir kelupaan gaes. Tengkyu sudah mengingatkan!! wahahaha.. Sungkem dulu.
Nex
Aku memulai explore di ujung tangga, melakukannya sekali lagi seperti yang pertama aku ceritakan. Yang membedakan hanyalah kamera handycam Ynos yang sekarang ada di tangan kananku. Aku merekam setiap sudut kamar, mulai dari kamar mandi yang ada di Utara, kamar tidur sebelah kamar mandi persis. Kamar tengah. Dan kamar Naya.
Setelah puas dengan lantai dua. Aku menuju balkon, di salah satu sudut balkon, ada dahan pohon nangka raksasa yang menyeruak ke balkon tersebut. Aku kira, dahan pohon itu cukup kuat untuk di injak oleh orang dewasa.
Aku merekam ke arah pohon nangka raksasa itu dari bawah hingga atas. Tapi, sama sekali tidak menemukan apa apa. Bayangan hitam maupun bayangan putih.
Aku berjalan menyusuri balkon yang ada di sebelah timur. Aku menghitung ada tujuh buah jendela. Dan semuanya berbentuk sama persis. Tidak ada yang aneh.
Setelah puas, aku kembali masuk ke dalam rumah. Turun ke lantai bawah. Dan tidak lupa untuk merekam setiap jengkal rumahnya Pak Jatmiko itu.
Kamar mandinya aku kira kira berada di tempat yang sama. Lalu, kamar tidur yang berukuran kecil, aku mengira ngira itu tepat berada di bawah kamar Naya. Dan dapur rumahnya tepat di tengah-tengah antara kamar mandi dan kamar tidur. Dan ruang tengahnya cukup luas karena ada meja makan dan meja kursi untuk menonton televisi. Ruang tamunya tidak sebesar ruang tengah, berbatasan dengan kamar tidur kecil yang aku ceritakan tadi.
Gila!! Ga ada yang aneh dengan rumah ini!! Tapi, kenapa ada orang yang bisa keluar masuk kerumah ini tanpa berpapasan dengan ku malam kemarin?
Aku keluar rumah dan mulai merekam suasana halaman depan. Dimana kemarin aku duduk duduk dengan Pak Jatmiko. Lalu, menuju ke pintu gerbang. Lalu merekam ke arah kali Gimun, berharap ada penampakan sekali saja.
Ayolah, apa saja. Sapi penasaran juga ga masalah kok. Tunjukkan eksistensi kalian!! Jangan biarkan kedatangan ku ke sini berakhir dengan sia sia!!
Tapi, nihil. Tidak ada penampakan setan satu biji pun.
Ok, rekam penampakan rumah itu dari depan. Siapa tahu....
"Oi!! Siapa Elu?" Aku berteriak kencang saat melihat ada sosok pria berbaju. Bukan baju. Lebih tepatnya Berjubah serba hitam sedang mengawasi ku dari balkon rumah tua itu.
Dia tidak menjawab. Dia hanya tersenyum sinis kepadaku. Lalu dia berbalik, dan berjalan menuju pintu masuk di lantai dua.
Di saat itu juga, aku berlari masuk ke dalam rumah itu. Menuju tangga, dan....
Aku tidak berpapasan dengan siapapun padahal saat ini aku sudah berada di mana sosok tadi berdiri memperhatikan ku.
"Mustahil!!! Mustahil!!!" Aku mengumpat sedemikian rupa di sana. Dan...
"Huu... Hu..." Ada suara tangisan wanita. Buku kudukku langsung berdiri tegak. Arah suara itu dari dalam kamar Naya!!
Saat aku memeriksa kamar Naya. Suara tangisan tadi sudah tidak terdengar lagi.