Menjadi bahan taruhan untuk dijadikan mainan oleh pria terpopuler di kampusnya membuat Naina terperangkap dalam cinta palsu yang ditawarkan oleh Daniel.
Rasa cinta yang semakin berkembang di hatinya setiap harinya membuat Naina semakin terbuai akan perhatian dan kasih sayang yang pria itu berikan hingga Naina dengan suka rela memberikan kehormatannya pada pria itu.
Nasib buruk pun datang kepada Naina setelah ia mengetahui niat buruk pria itu menjadikannya kekasihnya hanya untuk barang taruhan semata. Karena setelah itu Naina pun dinyatakan hamil. Dan untuk menutupi aib anaknya, orang tua Naina pun beralih untuk megalihkan fakta jika anak Naina adalah anak mereka dan adik dari Naina.
Ikuti cerita lengkapnya di sini, yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia memang lucu
"Naina... Ayo ke kantin!" Ajak Sasa saat jam istirahat siang telah tiba.
Naina mengangguk kemudian berdiri. "Tunggu sebentar, Sasa." Ucap Naina saat mendengar ponselnya berbunyi. "Amara?" Gumam Naina saat melihat nama adiknya tertela di layar ponsel.
"Siapa, Nai?" Tanya Sasa.
"Amara. Adik aku." Ucap Naina.
"Angkat saja." Ucap Sasa.
Naina mengangguk. "Hallo..." Ucapnya saat sudah meletakkan ponsel di daun telingannya.
Tak...
"Zeline?" Ucap Naina saat mendengar suara yang sudah dirindukannya.
Tatak... Lama syekali angkat telpon, Zel. Ucapnya bersungut di seberang sana.
Naina tersenyu. "Tadi Kakak sedang bekerja. Ada apa Zel menelfon, Kakak?" Tanya Naina merasa heran.
Tangen ini... Lama lagi pulangna, Tak? Suara Zeline terdengar bersedih.
Naina terdiam. "Kakak akan pulang sore seperti kemarin." Balasnya tak tega.
Yah...
Naina pun memberi kode pada Sasa agar segera berjalan saja menuju kantin. Selama dalam perjalanan menuju kantin Naina tak melepaskan ponselnya dari daun telingannya. Ia tetap melakukan perbincangan lewat telefon dengan putrinya.
"Suara adik kamu lucu sekali, Nai?" Ucap Sasa sedikit berbisik saat berada di dalam lift.
"Dia memang sungguh lucu." Balasnya tersenyum saat mengingat wajah putrinya.
Mereka pun terus berjalan masuk ke dalam kantin yang belum terlalu ramai siang itu.
Tak... Suara Zeline terdengar sedikit berteriak karena beberapa saat Naina tak membalas ucapannya.
"Agh, iya, Dek?" Ucap Naina kembali meletakkan ponselnya di daun telinganya. Panggilan telefon pun teralihkan ke panggilan video. Naina melihat sekitarnya. Ragu-ragu untuk mengangkat panggilan videonya.
"Angkat saja, Nai. Lagi pula hanya ada kita-kita di meja ini." Ucap Sasa saat melihat Naina sepertinya merasa tidak enak pada mereka.
Naina pun segera mengalihkan panggilan telefonnya ke video.
"Tatak..." Suara Zeline terdengar mengalun. Wajah bulat Zeline pun mulai memenuhi layar ponsel Naina.
"Lucu banget sih... Baru mandi, ya?" Tanya Naina saat melihat wajah Zeline yang masih penuh dengan bedak.
"Iya... Tadi dimandiin Ibu. Soalnya badannya udah keringatan main di luar." Ucap Amara mengarahkan layar ponsel ke wajahnya.
"Tak Mala..." Sungut Zeline lalu mengarahkan kembali ponsel ke wajahnya.
"Main apa tadi, Dek? Kok keringatan gitu?" Tanya Naina merasa gemas pada putrinya.
"Main sama Tak Mala di lual, Tak..." Jawab Zeline sedikit tidak jelas.
Pembicaraan ibu dan anak itu pun menjadi pusat perhatian Sasa, Aga, Thoriq dan Dimas.
"Adik Naina lucu banget." Puji Dimas yang sedari tadi memperhatikan layar ponsel Naina.
"Iya... Mirip Naina banget ini mah..." Timpal Sasa semakin mendekatkan wajahnya pada layar ponsel Naina.
Pembicaraan mereka pun terus berlanjut. Hingga Naina pun memutuskan sambungan telefonnya saat pesanan makanan mereka telah sampai.
"Adik kamu gemes banget ya, Nai. " Ucap Sasa memperhatikan walpaper ponsel Naina yang menampilkan foto Zeline.
"Dia memang begitu menggemaskan." Balas Naina tersenyum.
*
Jam pun terus berputar, hingga tak terasa waktu pulang bekerja pun telah tiba. Naina yang sudah tidak sabar bertemu dengan putrinya itu pun nampak berjalan tergesa-gesa menuju parkiran motornya.
Brak
Tanpa sengaja Naina menabrak tubuh pria tinggi di depannya.
"Kak Aga... Maaf aku tidak sengaja." Ucap Naina sambil mengelus keningnya yang terasa sakit.
"Apa kau tidak bisa berjalan dengan benar?" Tanya Aga dengan nada dinginnya.
"Sekali lagi maafkan aku, Kak." Naina merasa tidak enak.
Aga memperhatikan sejenak wajah Naina yang terlihat merasa bersalah kepadanya. Tanpa mengucapkan satu kata pun, Aga pun segera berlalu dari hadapan Naina. Dan pergerakan mereka itu tak lepas dari tatapan pria yang sedari tadi memperhatikan pergerakan wanita yang sedang diincarnya.
***
...Selamat membaca☺...
lanjut??
Mohon beri dukungan untuk karya author dengan cara memberikan like, komen dan votenya☺
Semakin banyak dukungannya... Maka author juga makin semangat upnya, hihi☺☺
Buat mengetahui jadwal update, kalian bisa bergabung di grup chat author, ya☺