Gus Zidan, anak pemilik pesantren, hidup dalam bayang-bayang harapan orang tuanya untuk menikah dengan Maya, wanita yang sudah dijodohkan sejak lama. Namun, hatinya mulai terpaut pada Zahra, seorang santriwati cantik dan pintar yang baru saja bergabung di pesantren. Meskipun Zidan merasa terikat oleh tradisi dan kewajiban, perasaan yang tumbuh untuk Zahra sulit dibendung. Di tengah situasi yang rumit, Zidan harus memilih antara mengikuti takdir yang sudah digariskan atau mengejar cinta yang datang dengan cara tak terduga.
Yuk ikuti cerita selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34: Langkah Baru Bersama Zafran
Hari-hari berlalu, dan Zafran kini semakin aktif. Usianya yang baru menginjak enam bulan membawa perubahan besar dalam kehidupan Zidan dan Zahra. Gelak tawanya yang ceria dan tangisannya yang tiba-tiba sering kali mewarnai rumah kecil mereka. Namun, di balik kebahagiaan itu, mereka juga menghadapi tantangan baru yang terus menguji kesabaran dan ketangguhan mereka sebagai orang tua.
Setiap pagi, Zahra selalu bangun lebih awal untuk mempersiapkan segala kebutuhan Zafran. Setelah salat subuh, ia mulai mengurus bayi kecilnya dengan penuh cinta. Zidan yang menyadari bahwa tugas seorang ibu tidaklah mudah, selalu mencoba membantu sebisanya. Ia sering kali mengganti popok Zafran atau mengajak Zafran bercanda sementara Zahra menyiapkan sarapan.
“Mas, aku senang banget lihat Zafran makin aktif. Tapi kadang aku takut nggak bisa mengimbangi energinya,” kata Zahra sambil memakaikan baju pada Zafran.
Zidan tersenyum, mendekati mereka. “Kamu jangan khawatir, Sayang. Kita belajar bersama, ya. Lagipula, aku yakin kamu bisa. Aku ada di sini untuk bantu.”
Ucapan Zidan selalu menjadi penguat bagi Zahra. Ia tahu bahwa mereka sedang menjalani proses panjang, tetapi keyakinan mereka satu sama lain membuat segalanya terasa lebih ringan.
Belajar Makanan Pendamping ASI (MPASI)
Salah satu tantangan baru yang mereka hadapi adalah memulai pemberian MPASI untuk Zafran. Zahra yang sebelumnya sudah membaca berbagai referensi, merasa sedikit gugup saat harus mencobanya untuk pertama kali.
“Mas, aku harus mulai kasih bubur untuk Zafran minggu depan. Tapi aku takut salah. Banyak sekali aturan soal MPASI ini,” curhat Zahra suatu sore.
Zidan yang sedang memegang Zafran mengangguk dengan tenang. “Kamu nggak sendirian, Sayang. Kita bisa coba belajar bersama. Kalau ada yang kurang paham, kita bisa konsultasi ke dokter anak.”
Zahra mengangguk setuju. Mereka pun mulai belajar membuat menu MPASI sederhana. Suatu pagi, Zahra mencoba membuat bubur beras merah yang halus. Saat pertama kali menyuapi Zafran, bayi kecil itu menatapnya bingung sebelum akhirnya membuka mulut perlahan. Melihat Zafran mengunyah dengan lucu, Zahra merasa lega sekaligus bahagia.
“Mas, lihat deh! anak kita suka!” seru Zahra dengan mata berbinar.
Zidan tersenyum lebar. “Anak kita hebat, Sayang. Kamu juga ibu yang luar biasa.”
Selain mengurus kebutuhan fisik Zafran, Zidan dan Zahra juga berusaha membangun kedekatan emosional dengan anak mereka. Mereka sering berbicara dengan Zafran, meskipun tahu bayi itu belum sepenuhnya mengerti.
Zidan punya kebiasaan membacakan doa atau ayat-ayat pendek setiap malam sebelum tidur. Sementara itu, Zahra senang menyanyikan lagu-lagu lembut sambil mengayun Zafran dalam pelukannya.
“Aku ingin Zafran tumbuh dengan hati yang lembut dan penuh cinta,” kata Zahra suatu malam.
Zidan mengangguk sambil memandangi mereka berdua. “Mas juga. Kita harus terus memberikan contoh yang baik, Sayang. Kalau dia melihat kita saling mencintai, dia juga akan belajar mencintai.”
Dukungan Keluarga
Pada akhir pekan, Ummi Halimah dan Abi Idris sering berkunjung untuk membantu Zidan dan Zahra. Kehadiran mereka selalu membawa kebahagiaan, baik untuk Zafran maupun kedua orang tuanya.
Suatu hari, Ummi Halimah menggendong Zafran sambil bersenandung. “Anak ini bawa banyak keberkahan. Kalian harus terus menjaga amanah ini dengan baik.”
Zidan dan Zahra mengangguk penuh rasa syukur. “Kami akan berusaha, Ummi. Terima kasih selalu mendukung kami.”
Abi Idris juga memberikan nasihat kepada Zidan. “Menjadi ayah adalah tanggung jawab besar, Nak. Tapi abi yakin kamu bisa melakukannya. Jadilah pelindung untuk keluargamu, dan jangan pernah berhenti belajar.”
Kata-kata itu selalu terpatri dalam hati Zidan, membuatnya semakin semangat menjalani peran barunya.
Di tengah kesibukan mereka mengurus Zafran, Zidan dan Zahra tetap berusaha menjaga keharmonisan hubungan mereka sebagai suami istri. Mereka menyadari bahwa kebersamaan mereka adalah pondasi penting dalam membangun keluarga yang bahagia.
“Mas, kita terlalu sibuk sama Zafran sampai lupa waktu untuk kita berdua,” ungkap Zahra suatu malam.
Zidan memeluknya dengan lembut. “Jangan khawatir, Sayang. Aku nggak akan lupa. Kalau Zafran tidur, kita bisa punya waktu untuk ngobrol seperti sekarang.”
Keduanya pun selalu menyempatkan waktu untuk berbagi cerita, bercanda, atau sekadar menikmati teh bersama setelah Zafran tertidur. Kebersamaan sederhana itu membuat hubungan mereka tetap hangat dan penuh cinta.
Sebagai orang tua baru, Zidan dan Zahra terus belajar dari hari ke hari. Ada saat-saat di mana mereka merasa lelah atau bingung, tetapi cinta mereka pada Zafran selalu menjadi motivasi untuk terus berusaha.
“Mas, aku pikir kita nggak akan pernah sempurna sebagai orang tua,” kata Zahra suatu pagi.
“Tapi kita nggak harus sempurna, Sayang. Yang penting kita selalu ada untuk Zafran, dan kita mencintainya dengan sepenuh hati,” jawab Zidan sambil tersenyum.
Zahra tersenyum, merasa tenang mendengar jawaban suaminya. Mereka tahu perjalanan ini masih panjang, tetapi dengan saling mendukung, mereka percaya bisa melewati setiap tantangan.
Kehadiran Zafran dalam hidup mereka memang membawa banyak perubahan, tetapi juga memberikan kebahagiaan yang tak terukur. Bagi Zidan dan Zahra, merawat Zafran bukan sekadar tanggung jawab, melainkan sebuah anugerah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya.
Hari-hari mereka mungkin penuh dengan kesibukan dan tantangan, tetapi di balik itu semua, ada cinta yang tumbuh semakin kuat, bukan hanya untuk Zafran, tetapi juga untuk satu sama lain.
To be continued…
kirain kemarin" tu Kyai Mahfud ortu Ning Maya 🤭
ingat Maya, Adab lebih tinggi dari ilmu. sebagai putri kyai pemilik pondok ilmumu tidak diragukan lagi. tapi adabmu ??