Nandana Panesthi, seorang istri yang sempurna di mata orang-orang, terjebak dalam pernikahan tanpa cinta dengan Dimas Larung Mahdiva, pria ambisius yang lebih mencintai kekuasaan daripada dirinya. Kehidupan rumah tangga mereka yang tampak harmonis hanyalah topeng dari kebekuan yang semakin menusuk hati Nanda.
Hingga suatu hari, Sanjana Binar Rimbawa hadir seperti badai di tengah gurun kehidupan Nanda. Seorang pria dengan tatapan yang dalam dan kata-kata yang mampu menghidupkan kembali jiwa yang hampir mati. Sanjana bukan sekadar selingkuhan dia adalah pria yang menempatkan Nanda di singgasana yang seharusnya, memperlakukannya bak ratu yang selama ini diabaikan oleh suaminya.
Namun, cinta terlarang ini tak semudah kelihatannya. Di balik kelembutan Sanjana, tersimpan rahasia yang mengancam segalanya. Sementara Dimas mulai mencurigai perubahan sikap Nanda dan bertekad untuk mengungkap siapa pria yang berani merebut perhatian istrinya.
Akankah Nanda menemukan kebahagiaan sejati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NinLugas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang Sebenarnya Nanda Suka
Sejak duduk di bangku SMA, Dimas Larung Mahdiva sudah dikenal sebagai sosok yang menawan, namun juga sebagai playboy yang tak pernah kekurangan pengagum. Hampir semua anak perempuan di sekolah sepertinya terpesona dengan pesonanya. Wajah tampan, tubuh atletis, serta gaya hidup yang selalu berkelas membuatnya menjadi idola di kalangan para gadis. Namun, ada satu hal yang tidak bisa dipahami oleh banyak orang: Nanda Panesthi, satu-satunya gadis yang sepertinya tak pernah tertarik pada pesona Dimas.
Nanda bukan tipe gadis yang mudah terpengaruh oleh popularitas atau penampilan fisik. Sejak pertama kali mengenal Dimas di sekolah, dia sudah merasa bahwa ada sesuatu yang tidak tepat dengan pria itu. Meskipun Dimas sering berusaha mendekatinya, mengirimkan senyum genit, dan mencoba menjadi pusat perhatian di hadapannya, Nanda tetap bersikap biasa saja. Bahkan, ia merasa sedikit terganggu dengan cara Dimas berkelakuan, yang terkesan terlalu santai dan tidak serius.
Hal ini tentu saja menjadi bahan perbincangan di kalangan teman-teman Dimas. Beberapa dari mereka bahkan menantang Dimas untuk berusaha mendapatkan hati Nanda, merasa penasaran dengan kenyataan bahwa ada satu gadis yang tidak jatuh ke dalam pesonanya. “Coba deh, Dimas. Kamu kan selalu bisa mendapatkan siapa saja. Tapi Nanda, dia beda. Tidak mudah terpedaya,” kata salah satu teman Dimas dengan nada penuh tantangan.
Namun, Dimas justru merasa tertantang. Mungkin itu yang membuatnya semakin gigih mendekati Nanda, meski gadis itu tampaknya selalu menghindar dan tidak menunjukkan ketertarikan sedikit pun. Ia mulai memperhatikan Nanda lebih serius, mencoba mengenalnya lebih dalam, dan bahkan kadang memanfaatkan kesempatan untuk berbicara dengannya dalam situasi yang lebih santai. Dimas merasa bahwa menaklukkan Nanda bisa menjadi prestasi besar sesuatu yang bisa membuktikan bahwa tidak ada yang bisa menolaknya.
Namun, meskipun Dimas berusaha sekeras mungkin, Nanda tetap bersikap dingin dan tidak terkesan. Ia merasa Dimas hanya bermain-main, seperti biasanya. Baginya, Dimas hanyalah seorang pria yang suka mempermainkan perasaan wanita, tanpa ada niat tulus di balik perhatiannya.
Keputusan Nanda untuk tidak memberi Dimas kesempatan untuk lebih dekat adalah langkah yang benar-benar mengusik ego Dimas. Dia tidak terbiasa dengan penolakan, dan entah bagaimana, perasaan tertarik pada Nanda justru semakin tumbuh seiring berjalannya waktu. Dimas pun mulai mencoba pendekatan yang lebih serius, berusaha menunjukkan sisi dirinya yang berbeda dari citra playboy yang selama ini melekat padanya.
Tantangan yang diberikan oleh teman-temannya ternyata membawa Dimas pada jalan yang lebih gelap. Ia mulai berpikir bahwa mungkin, jika ia berhasil mendapatkan hati Nanda, ia bisa membuktikan bahwa dia bukanlah pria yang hanya bisa bermain-main dengan perasaan wanita. Tetapi tanpa ia sadari, proses untuk menaklukkan hati Nanda membawa banyak konsekuensi yang tidak ia prediksi sebelumnya.
Nanda, meskipun akhirnya menerima pinangan Dimas karena desakan keluarga, tetap merasa cemas. Perasaannya tidak pernah berubah, dan ia menyadari bahwa ia mungkin hanya menjadi 'target' dalam permainan ego Dimas. Ketenaran Dimas sebagai seorang playboy dan caranya yang sering memperlakukan wanita dengan tak hormat, mengganggu perasaannya sejak awal. Namun, di hadapan keluarga, ia merasa tidak punya pilihan lain selain menerima kenyataan.
Nanda tak pernah bisa melupakan masa-masa sekolah ketika Dimas sering menjadi pusat perhatian, dan bagaimana dia selalu mengabaikan perasaan para gadis yang tertarik padanya. Sekarang, di hadapan Dimas yang sudah menjadi suaminya, Nanda merasa semakin terperangkap dalam kehidupan yang tidak pernah ia inginkan.
Hidup Nanda yang mulai terasa semakin kosong dan penuh kepura-puraan mulai berubah ketika seorang murid baru masuk ke kelasnya. Namanya Sanjana Binar Rimbawa, seorang lelaki muda berdarah Jawa-Belanda yang menarik perhatian semua orang sejak pertama kali dia melangkah masuk ke ruang kelas. Dengan tinggi badan yang tegap, wajah tampan, dan aura misterius yang mengelilinginya, Sanjana tampaknya bukan hanya sekadar murid baru yang biasa.
Bagi Nanda, ada sesuatu yang berbeda dalam diri Sanjana. Mungkin karena ia sudah terbiasa dengan Dimas yang selalu tampil sempurna di mata orang lain namun selalu membuatnya merasa kosong, atau mungkin karena Sanjana memiliki ketulusan yang berbeda. Di balik penampilannya yang tampan, ada kedalaman dalam matanya yang seakan bercerita tentang perjalanan hidup yang tak mudah. Sikapnya yang tenang dan penuh percaya diri juga membuatnya sangat berbeda dari kebanyakan pria yang pernah Nanda temui.
Nanda tidak tahu mengapa, tapi sejak pertama kali berpapasan dengan Sanjana di aula sekolah, hatinya terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Saat Sanjana melintas, mereka sempat bertatap mata sejenak, dan tanpa alasan yang jelas, Nanda merasa ada ikatan tak kasat mata yang terjalin di antara mereka. Dia merasa seolah ada sesuatu yang menariknya untuk lebih mengenal pria ini, meskipun dia tahu bahwa dia sudah terikat dengan Dimas. Namun, perasaan itu sulit untuk disangkal.
Sanjana bukan hanya menarik perhatian Nanda, tapi juga menarik perhatian hampir semua orang di sekolah. Murid-murid lain sering berbicara tentangnya, terutama karena ketampanan dan pesonanya yang tak bisa diabaikan. Namun, Sanjana tidak tampak tertarik pada perhatian orang banyak. Dia lebih suka berjalan di lorong dengan tenang, terkadang dengan tatapan serius yang mengindikasikan bahwa ia lebih memilih untuk memikirkan sesuatu yang jauh lebih dalam dari sekadar obrolan remaja biasa.
Nanda, yang merasa hidupnya semakin terkekang oleh pernikahannya dengan Dimas, menemukan kenyamanan dalam interaksi-interaksi kecil dengan Sanjana. Mereka bertemu di beberapa kesempatan, baik di kelas maupun di luar kelas, dan setiap kali Nanda berinteraksi dengan Sanjana, dia merasa ada kehangatan yang tak dimilikinya dalam hubungan dengan Dimas. Sanjana tidak menghakimi atau membuatnya merasa kecil. Sebaliknya, dia menunjukkan sisi perhatian yang tulus, hal yang sangat langka dalam kehidupan Nanda.
Suatu hari, saat Nanda tengah berjalan keluar dari kelas, Sanjana mendekatinya. "Hei, Nanda, kamu terlihat capek," katanya dengan nada lembut namun penuh perhatian.
Nanda tersenyum kecil, sedikit terkejut karena perhatian itu datang dari Sanjana, bukan Dimas yang seharusnya lebih peduli padanya sebagai suami. "Aku baik-baik saja, San. Hanya sedikit lelah dengan banyak tugas sekolah," jawab Nanda sambil menghindari tatapan mata San yang dalam.
Namun, Sanjana tidak langsung pergi begitu saja. Dia tetap berdiri di samping Nanda, dengan senyum yang lebih hangat dari sebelumnya. "Kamu tahu," katanya, "kadang kita butuh waktu untuk diri sendiri. Jangan biarkan terlalu banyak hal menguras energi kamu. Kamu pantas bahagia."
Kata-kata itu begitu sederhana, namun dalam hati Nanda, rasanya seperti ada yang tergerak. Dia merasa dihargai, sesuatu yang hampir tidak pernah dirasakannya sejak menikah dengan Dimas. Sanjana tidak tahu betapa besar dampak kata-katanya, namun bagi Nanda, itu adalah angin segar yang sangat dibutuhkan.
Setiap pertemuan dengan Sanjana semakin membuat Nanda merasa lebih hidup. Walaupun dia tidak pernah mengatakan hal tersebut langsung kepada Sanjana, perasaan itu semakin mengusik hatinya. Setiap kali Nanda melihatnya, perasaan kosong yang sering menghantuinya mulai terisi sedikit demi sedikit. Di dalam hatinya, Nanda tahu bahwa dia tengah terjebak dalam perasaan yang tidak seharusnya dia miliki
Sanjana mungkin tidak tahu bahwa perhatiannya mulai mengusik hati Nanda yang sudah lama terkekang. Namun, Nanda pun tidak bisa menyangkal bahwa kehadiran Sanjana dalam hidupnya telah memberi rasa yang hilang selama bertahun-tahun. Meskipun dia tahu bahwa hubungan ini tidak seharusnya terjadi, Nanda merasa semakin terhubung dengan Sanjana, baik melalui percakapan singkat maupun tatapan mata yang tak pernah menghakimi.
Di sisi lain, Dimas semakin jauh dari Nanda. Kehidupannya yang penuh dengan kegelisahan, kebohongan, dan sikap tidak peduli, semakin membuat Nanda merasa terasing di rumahnya sendiri. Setiap kali Dimas pulang dalam keadaan mabuk, Nanda merasa semakin terjebak dalam kehidupan yang bukanlah pilihan hatinya. Sementara itu, Sanjana datang dengan segala ketulusan dan perhatian yang Nanda dambakan, meski dia tahu bahwa jalan ini penuh dengan resiko.
Namun, seiring berjalannya waktu, Nanda mulai mempertanyakan batasan-batasan dalam hidupnya. Apa yang seharusnya dia lakukan jika hati dan perasaannya tak bisa lagi menahan perasaan terhadap seseorang yang bukan suaminya? Dan bagaimana jika perasaan itu bisa menjadi jalan untuk kebahagiaan yang telah lama dia impikan, meskipun itu berarti harus berhadapan dengan kenyataan pahit tentang pernikahannya yang hancur?
Dari sini, Nanda harus menghadapi dilema besar dalam hidupnya. Antara mempertahankan status quo yang sudah mapan namun kosong, atau mengambil langkah berani menuju kebahagiaan yang selama ini ia cari, meski itu berarti harus melawan banyak hal, termasuk dirinya sendiri.