Anggista Anggraini, yang lebih akrab di sapa dengan nama Gista, mencoba menghubungi sahabatnya Renata Setiawan untuk meminjam uang ketika rentenir datang ke rumahnya. Menagih hutang sang ayah sebesar 150 juta rupiah. Namun, ketika ia mengetahui sahabatnya sedang ada masalah rumah tangga, Gista mengurungkan niatnya. Ia terpaksa menemui sang atasan, Dirgantara Wijaya sebagai pilihan terakhirnya. Tidak ada pilihan lain. Gadis berusia 22 tahun itu pun terjebak dengan pria berstatus duda yang merupakan adik ipar dari sahabatnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Hubungan Sugar Daddy Dan Sugar Baby?
Ramainya pengunjung kafe membuat Gista dan teman-temannya tidak sempat beristirahat untuk makan malam. Sebab itu, setelah pulang kerja ia pun mampir membeli pecel ayam di warung tenda dekat apartemen.
Gadis itu meletakan bungkusan nasi pecel ayam di atas meja makan. Kemudian memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dulu.
Lima belas menit kemudian, Gista kembali keluar dari dalam kamar dengan memakai setelan piyama tidur berwarna coklat, berbahan rayon dengan motif biji kopi.
“Pak Dirga.” Gumam Gista saat melihat sang atasan duduk di meja makan, dengan sebatang rokok yang menyala di sela telunjuk dan jari tengah tangan kanannya.
Gista tau jika Dirga seorang perokok, sebab ia sempat mendapati asbak berisi puntung rokok di dalam kamar pria itu.
Mendengar suara langkah kaki mendekat, Dirga pun mematikan gulungan tembakau itu.
“Kamu belum makan?” Tanya pria itu saat Gista sudah berada di dekat meja makan.
“Belum, pak. Apa pak Dirga sudah makan?” Tanya Gista.
“Sudah. Tadi dengan teman-teman saya.”
Gista mengangguk pelan. Setelah mengantar pesanan minuman ke meja Dirga tadi, gadis itu memilih membawa pesanan ke bagian luar kafe. Ia tidak mau berurusan dengan teman-teman atasannya itu lagi.
Tangan Gista terulur untuk meraih bungkus nasi pecel ayam di hadapan Dirga. Tadinya ia mau makan di meja itu, namun keberadaan Dirga membuatnya canggung.
“Makan disini saja.” Ucap Dirga.
“Tapi, pak—
“Biasakan diri kamu, Anggista.” Suara Dirga terdengar tegas dan tak terbantah.
Gista menghela nafas pelan. Kemudian pergi ke dapur untuk mencuci tangan serta mengambil air minum.
“Tolong ambilkan juga untuk saya.” Ucap Dirga.
Gista tidak mengerti. Ia menatap Dirga untuk memastikan. Pria itu memberikan isyarat dengan melihat ke arah dispenser air minum di hadapan Gista.
Gadis itu pun mengangguk pelan.
“Silahkan, pak.” Gista meletakkan segelas air putih dihadapan Dirga.
Dengan gerak ragu, gadis itu duduk di salah satu kursi meja makan.
“Makanlah.” Ucap Dirga saat Gista tidak kunjung membuka makanannya.
“Iya, pak. Saya makan dulu.” Gadis itu membuka bungkus nasi beserta pecel ayamnya dengan pelan.
Paha ayam dan sambal goreng yang tadinya menggugah selera, kini terasa sangat hambar. Semua ini karena kehadiran Dirga di meja makan itu.
Gista bahkan mengunyah makanannya dengan pelan. Dan menelan dengan susah payah.
“Biasakan dirimu, Anggista.” Ucap Dirga sembari meneguk sisa air putih di dalam gelas.
Bagaimana bisa Gista bersikap biasa saja, jika Dirga terus memperhatikannya?
“Ingat. Saat di dalam apartemen ini, kita memiliki hubungan lain. Jadi, biasakan diri kamu.” Ucap Dirga lagi.
Gista menghela nafas pelan. Pada suapan terakhir, ia langsung bangkit dan mencuci tangan sembari membuang bungkus makanannya.
Mumpung Dirga mengingatkan tentang hubungan mereka. Gadis itu ingin menanyakan kejelasannya.
“Pak, apa saya boleh bertanya sesuatu?” Tanya Gista setelah meminum air putihnya.
“Hmm.” Dirga mengangguk pelan. “Katakan.”
“Tentang hubungan kita. Maksudnya, ketika kita berdua di dalam apartemen ini, apa itu berarti kita sepasang kekasih?” Gista bertanya dengan ragu. Ia lantas merutuki dirinya, karena Dirga tidak menjawab pertanyaan itu.
“Kamu mengerti hubungan antara Sugar daddy dan Sugar baby?” Tanya pria itu.
Gista mengangguk ragu. “Saya tau dari novel online yang saya baca, pak.” Jelasnya agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
“Saya tidak tau, seperti apa dan sejauh mana pemaparan hubungan itu di dalam novel yang kamu baca. Tetapi, intinya hubungan kita seperti itu.” Ucap Dirga kemudian.
“Hubungan saling menguntungkan dua orang lawan jenis, tanpa cinta. Hanya demi kesenangan dan kepuasan masing-masing.” Imbuh Dirga lagi.
Ia sudah pernah gagal dalam hal percintaan. Untuk saat ini, pria itu sangat membentengi hatinya agar tidak jatuh cinta pada lawan jenisnya.
Gista pun menganggukkan kepala pelan.
“Jika kamu mengerti, mulai sekarang biasakan diri kamu. Lakukan apapun dengan santai, meski saya ada di apartemen ini.”
“Iya, pak. Saya mengerti.” Ucap gadis itu sembari tersenyum.
“Dan ingat. Seperti tadi di kafe. Ketika di luar apartemen ini, hubungan kita hanya sebatas atasan dan bawahan. Tidak lebih.” Dirga kembali mengingatkan.
“Iya, pak.” Gista mengangguk lagi.
“Dan saya harap, kamu tidak menjalin hubungan dengan pria lain selama masih dengan saya.” Ucap Dirga kemudian.
Ia teringat dengan pengakuan Gista di kafe tadi, saat di tanya soal kekasih oleh Rocky.
“Pak Dirga tenang saja, saya juga belum pernah berpacaran selama ini.” Ucap Gista dengan jujur.
Dirga menganggukkan kepalanya. Itu artinya ia memang pria pertama dan satu-satu untuk Gista.
Pria itu kemudian beranjak dari tempat duduknya.
“Langsung tidur jika kamu sudah selesai.” Ucap Dirga sebelum pergi meninggalkan meja makan.
“Hmm, pak?”
Dahi Dirga sedikit berkerut mendengar panggilan Gista.
“Ya?”
“Itu, mmm.— Gista tak melanjutkan ucapannya. Ia seolah sedang memikirkan sesuatu.
“Tidur, Anggista. Saya tidak akan menganggu kamu.” Ucap Dirga kemudian. Pria itu pun pergi meninggalkan meja makan.
Sebenarnya, Dirga sangat ingin menghabiskan malam bertukar peluh dengan gadis itu. Mengingat sudah dua malam mereka tidak bertemu.
Namun, melihat Gista yang sangat sibuk di kafe hingga melewatkan makan malamnya, membuat Dirga mengurungkan niatnya. Pria itu masih memiliki hati nurani. Gadis itu pasti sangat kelelahan saat ini.
Dan Dirga masih bisa menuntaskan keinginannya dengan air dingin seperti sebelum kehadiran gadis itu di apartemen ini.
Gista masih terpaku di tempatnya. Melihat punggung Dirga yang semakin menjauh, kemudian menghilang di ujung tangga.
Ia dapat bernafas lega. Dan mengistirahatkan tubuhnya dengan baik malam ini.
\~\~\~
“Kamu membuat sarapan apa, Anggista?”
Gista yang sedang memanggang roti tawar di atas wajan, pun terlonjak mendengar suara Dirga di belakang tubuhnya.
“Saya mau membuat sandwich, pak.” Jelasnya sembari menunjuk ke arah roti.
Dirga menganggukkan kepalanya. Pria itu kemudian beralih ke arah mesin pembuatan kopi.
“Apa kamu bisa menggunakan alat ini?” Tanya Dirga pada gadis itu.
Gista yang tengah mengolesi roti yang sudah di panggang dengan mayonaise, pun menoleh ke arah Dirga.
“Bisa, pak. Saya belajar di kafe.” Ucap Gista sembari menyusun selada, irisan tomat, dan daging ayam yang sudah di panggang terlebih dulu, di atas roti.
“Baguslah. Mulai besok, buatkan sarapan beserta kopi untuk saya.” Perintah pria itu.
Dan Gista pun menganggukkan kepalanya.
Lima menit kemudian, sarapan pun telah siap. Gista membawanya ke atas meja makan, dimana Dirga telah menunggu di sana.
Dahi Gista sedikit berkerut ketika melihat dua cangkir kopi diatas meja.
“Bapak minum dua cangkir kopi?” Tanya Gista sembari meletakkan satu piring di hadapan Dirga.
Pria itu mencebikkan bibirnya sembari menggeleng. Ia mendorong satu cangkir ke hadapan Gista.
“Untuk kamu.”
Pipi Gista seketika memanas. Jika hubungan mereka nyata, sudah pasti gadis itu akan cepat jatuh cinta karena perlakuan manis Dirga.
“Saya ingin kamu mencicipi, rasa kopi kesukaan saya. Takarannya sudah tercatat di samping mesin kopi.” Jelas pria itu lagi.
Gista pun mengangguk paham. Mereka kemudian menikmati sarapan dengan tenang.
“Hmm, pak. Sepertinya persediaan bahan makanan di kulkas banyak yang sudah habis.” Beritahu Gista saat mereka telah selesai sarapan.
Dirga mengangguk paham. Kemudian merogoh ponsel pada saku celananya.
“Kamu bisa ‘kan pergi berbelanja setelah pulang kuliah?” Tanya pria itu.
Dan Gista pun menganggukkan kepalanya.
“Saya sudah mentransfer uang untuk kamu gunakan.” Ucap Dirga sembari bangkit dari atas kursi.
Gista menganga mendengar ucapan pria itu.
“Pak, kenapa mengirim uang lagi? Saya bisa menggunakan uang yang kemarin pak Dirga kirimkan.” Ucap gadis itu.
“Itu uang jajan kamu, Anggista. Dan yang saya kirim sekarang itu untuk membeli segala kebutuhan di apartemen ini. Tolong periksa juga perlengkapan mandi saya.” Setelah mengatakan hal itu, Dirga pun kembali ke kamarnya tanpa menunggu jawaban Gista.
Gista dengan cepat memeriksa ponselnya yang ia letakkan di atas dispenser air minum.
“Lima puluh juta lagi.” Ucapnya tak percaya.
...****************...
semoga kamu bisa cepet bayar utang ke Dirga
pergi dan carilah kebahagiaan kamu sendiri
syukur2 Dirga merana di tinggal kamu
tetap semangat ya gistaaaa💪😊