Berjuang sendirian sejak usia remaja karena memiliki tanggungan, adik perempuan yang ia jaga dan ia rawat sampai dewasa. Ternyata dia bukan merawat seorang adik perempuan seperti apa yang dirinya sangka, ternyata Falerin membesarkan penghianat hidupnya sendiri.
Bahkan suaminya di rebut oleh adik kandungnya sendiri tanpa belas kasihan, berpikir jika Falerin tidak pernah memperdulikan hal itu karena sibuk bekerja. Tapi diam-diam ada orang lain yang membalaskan semua rasa sakit Falerin. Seseorang yang tengah di incar oleh Faldo, paparazi yang bahkan sangat tidak sudi menerima uangnya. Ketika Faldo ingin menemui paparazi itu, seolah dirinya adalah sampah yang tidak pantas di lihat.
Walaupun Falerin terkesan selalu sendiri, tapi dia tidak sadar jika ada seseorang yang diam-diam melindunginya. Berada di saat ia membutuhkan pundak untuk bersandar, tempat untuk menangis, dan rumah yang sesungguhnya. Sampai hidupnya benar-benar usai.
"Biarin gw gantiin posisi suami lo."
Dukungannya ya guys
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angel_Enhy17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
⋇⋆CHAPTER 18 : JAGA PUTRI KU YA⋆⋇
Di sana dia pulang dalam keadaan linglung, apa yang baru saja ia alami bagaikan sebuah mimpi buruk yang terasa sangat nyata. Ia berharap untuk segera bangun dari tidurnya yang sangat menyerukan itu. Pria itu berjalan ke arah ruang tengah dengan ekspresinya yang sangat lelah, sampai di mana salah satu pekerja di rumahnya datang kepadanya dan tiba-tiba juga dia memberikan sebuah amplop coklat yang entah apa isinya.
"Apa itu?" Tanyanya dengan kebingungan, dengan badannya yang kembali tegak.
"Dari nona Falerin, tuan. Nona bilang jika ini harus di serahkan kepada anda secara langsung, agar anda benar-benar menerima ini." Ucapnya, walaupun kebingungan Faldo tetap menerima surat itu.
Ia berusaha agar tidak berpikir yang lainnya, berusaha agar tetap yakin jika Falerin akan tetap bersamanya. Tapi kenyataan yang pahit, surat di dalam amplop itu adalah surat anuan cerai dari istrinya. Pertama kalinya perempuan itu melakukan ini, walaupun tidak ada satu katapun yang mengatakan jika dia ingin berpisah tapi dengan segala tindakannya sekarang, itu mungkin sudah cukup.
Faldo seketika lemas, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang ini. Secara tiba-tiba saja notifikasi muncul secara keras dan terus menerus. Ternyata ada satu topic trending yang membuat akun bisnisnya terus di tag dan di hujat habis-habisan oleh orang-orang di luar sana. Memakinya, mengatakan jika dia adalah pria bermuka dua paling sempurna yang pernah ada.
Mungkin Faldo tidak pernah menyadari akan itu, bukan orang terdekat yang akan mengerti, melainkan orang luar yang lebih teliti dalam hal menilai sikap seseorang. Maka orang-orang itu benar, Faldo adalah pria bermuka dua yang paling sempurna.
Dengan segala karir yang dia junjung tinggi, nama baik dan reputasinya yang baik di segala industri membuat orang-orang terkecoh. Selama ini, pria itu menduakan istrinya bahkan selingkuhannya adalah adik perempuan istrinya, yang tidak lain adalah adik iparnya sendiri.
Kejam, perselingkuhan yang biasanya di lakukan oleh orang luar justru ada di dalam lingkungan sendiri dan bahkan sedarah. Dunia ini entah tengah ada masalah apa sampai-sampai kejadian yang bahkan tidak terpikirkan sama sekali ini terjadi dan menimpa perempuan cantik dengan reputasi tinggi. Jangankan adiknya, orang mana pun tidak akan menandingi Falerin yang memiliki segalanya dalam hal di dunia ini. Walaupun dia seorang wanita bersuami, dia tetap menjunjung tinggi akan derajat seorang perempuan. Tidak melakukan apa pun, melainkan orang lain yang melakukan pembalasannya.
"Apa-apaan ini?"
...♡♡♡...
"Jangan pikirkan apa pun, fokuslah dengan ibu mu-"
"Ibu? Aku rasa aku tidak punya itu... Bahkan orang lain yang justru berhak atas sebutan itu dari pada dia... " Falerin menatap ke arah jendela ruangan pribadinya dengan tatapan kosong, air mata yang tidak bisa ia tahan berakhir menetes juga. Bukan tangisan yang menjerit, melainkan diam tanpa suara apa pun di sana.
Harka hendak melangkah mendekat, tapi ada sesuatu yang menahannya agar tetap di sana. Sadar akan posisinya sekarang, ia bukanlah apa-apa untuk seorang perempuan yang memimpin perusahaan besar itu. Bahkan ia seorang pria yang tengah minder dengan kesuksesan seorang perempuan.
Tapi di satu sisi Harka berusaha melampaui semua itu, bertekat akan melampaui Falerin dalam waktu dekat nantinya. Kesuksesannya sekarang yang akan menuntunnya ke era di mana ia akan menjadi seorang pemimpin, tapi sepertinya tidak sekarang. Melihat Falerin sekarang, ia tidak bisa membiarkan perempuan itu seorang diri tanpa pendamping.
"Aku akan keluar, menangislah sesuka hati mu... Jangan di tahan, aku tahu apa yang kamu alami itu melebihi tembakan puluhan peluru sekali pun. Menangis saja, aku akan pergi... "
Setelah dia mengatakan itu, Harka pun berbalik arah dan benar-benar pergi dari ruangan itu, menyisakan Falerin yang seorang diri di sana. Air matanya yang terus turun begitu deras membuat nafasnya terasa sesak, bohong jika Falerin masih mampu menahan tangisannya sendiri.
Kenyataannya semua masalah hidup bagaikan serangan bertubi-tubi, wanita itu berakhir ambruk di atas lantai dan menangis di sana. Mengeluarkan segala gejala di dalam hatinya yang membuatnya begitu sangat sakit, seandainya saja semua ini tidak dapat ia ketahui. Mungkin sekarang ia masih tidak akan tahu jika di tengah kesibukannya sekarang, berusaha membahagiakan keluarganya. Diam-diam adiknya sendiri yang menggantikannya sebagai peran seorang istri yang seharusnya.
Hati wanita mana yang tidak akan sakit? Wanita mana? Sekuat-kuatnya seorang wanita, sebaik-baiknya seorang wanita akan ada kalanya kebaikan itu akan tertutupi oleh embun ego yang akan semakin menebak, balas dendam akan tetap ada di dalam pikirannya. Tapi rasanya akan sia-sia saja, mau orang-orang itu mati di depannya sekalipun, hatinya tetap tidak akan merasa puas.
"AAAGGHHH!!!!!! "
Di lain tempat, Harka tidak benar-benar pergi. Dia hanya ada di luar ruangan itu, dan melihat tangisan keras yang begitu menusuk hatinya secara bertubi-tubi. Bahkan Harka tidak kuat menahan kepedihan yang Falerin rasakan sekarang, kedua tangannya mengepal kuat di sana membuat ada sebuah gejolak akan kemarahan yang tidak bisa di tahan.
...♡♡♡...
"Terimakasih karena sudah membawa Erin pulang kemari, nak. Tapi apakah ada sesuatu yang terjadi saat ini?" Tanya Amri kepada Harka yang baru saja keluar dari kamar Falerin.
Setelah kepedihan itu, Erin ia temukan tidak sadarkan diri karena terlalu banyak meminum obat tidur. Yang di mana ia sudah tahu jika obat-obat itu berfungsi untuk menenangkan perempuan itu di kala hatinya tengah kacau seperti sekarang.
Harka tidak menjawab, atau lebih tepatnya ia masih tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya tersenyum, berusaha bersikap normal seolah tidak akan ada yang terjadi. Di depannya wanita itu menatapnya dengan tatapan penuh harapan yang begitu penuh.
"Tidak, dia hanya kelelahan setelah mengurus debut ku nanti. Maafkan jika aku yang membuatnya begini-"
"Jangan anak muda, kamu tidak salah. Mungkin Erin memang begini, dia suka memaksakan dirinya di saat tidak stabil. Tapi bisakah aku percaya kepada mu nak?" Di sana wanita itu mulai gelisah, dia menarik Harka ke sudut ruangan seolah-olah ia tidak mau ada yang tahu.
"Kamu jaga Erin ya? Hanya kamu yang bisa aku percaya, aku tahu apa yang sudah terjadi. Jujur saja... Aku sebagai seorang ibu juga merasakan kesakitan yang sama, walaupun aku bukan ibu biologis Falerin. Dari cara dia menatap aku sudah tahu kesulitan apa yang dia alami, aku harap kamu tidak bicara kepada ayahnya Erin. Aku tidak mau jika ada pertengkaran hebat nantinya, karena aku-"
"Istriku? Kenapa kamu lama sekali? Aku akan berangkat ke kantor lagi, bisakah siapkan bekal makan malam untuk ku?!" Teriak pria anak dua itu dari bawah sana, Amri seketika diam di sana dan menatap ke arah Harka.
"Kamu mengerti kan?" Harka mengangguk, menyetujui ajakan Amri saat ini. Mungkin saran itu bisa ia jalani, pria itu terdiam di sana sedangkan Amri yang pergi dari sana menghampiri suaminya.
Di sana percakapan singkat terjadi, beberapa candaan gurau suami istri itu sibuk memenuhi rumah. Shonji melihat keberadaan Harka yang ada di depan pintu putrinya tersenyum, entah kenapa ketika ia melihat Harka. Ada kalanya di mana ia akan merasa lega, tidak khawatir karena ia percaya kepada Harka akan mampu menjaga putrinya.
"Nak Harka? Jangan berdiri di sana saja, kalau kamu mau menemani Erin saya akan mengizinkan mu, jaga putri ku... " Seketika itu Harka menoleh dan tersenyum ke arah Shonji.
"Saya akan melakukannya, tuan besar... "