Rama Abimana, seorang pengusaha mudah yang di khianati oleh tunangannya sendiri. Dia dengan sengaja berselingkuh dengan sekretarisnya karena alasan yang tak masuk akal.
Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membalas dendam dengan menikahi seorang wanita secepatnya.
Siapakah wanita yang beruntung di nikahi oleh seorang Rama Abimana?
Seorang pengusaha muda terkaya sekaligus pewaris tunggal perusahaan besar Abimana Corporation.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
David segera berlari kecil menghampiri setiap ibu-ibu yang sedang beraktivitas disekitar rumahnya.
Ia menanyakan keberadaan Istrinya pada mereka namun semuanya hanya dijawab dengan gelengan kepala.
Hingga akhirnya ia kembali berjalan gontai kembali kerumah, ia sudah pasrah kalau ternyata istrinya sudah lelah hidup susah bersamanya dan memilih kembali pada Rama.
Namun bibirnya seketika mengukir senyum saat mendapati Vika kini sudah berada diteras rumah bersama dengan Bu Darmi.
Ia segera berlari lalu memeluk Istrinya dengan erat.
“Kamu dari mana aja? Aku nyariin kamu dari tadi, aku pikir kamu.. “
“Kembali sama Rama?” Vika sudah bisa menebak isi pikiran Suaminya.
Sementara David hanya bisa mengangguk lirih.
“Denger ya Mas, sesulit apapun hidup aku sama kamu, aku gak akan pernah kembali sama Rama, terlebih kini sudah ada dia diantara kita.” Vika meraih lengan David lalu meletakan tangan itu diperutnya.
“Terus kalian habis dari mana tadi?” David menyeka ujung matanya yang sempat basah.
“Kami tadi habis belanja dari kampung sebelah, mulai besok aku mau buka warung jajanan kecil-kecilan depan rumah dibantu sama Bu Darmi, disini lumayan ramai anak-anak, jadi cocok buat buka warung jajanan.” Vika mengembangkan senyum penuh semangat.
“Tapikan kamu lagi hamil sekarang, aku takut nanti kamu malah kecapean, udah biar aku aja yang kerja ya?” David meraih kedua tangan Vika lalu menggenggamnya erat.
“Gak papa Nak David, kan ada Ibu yang bantu, lumayan buat nambah pemasukan kalian, buat nyicil beli pakaian sikecil nanti.” Bu Darmi mengusap pelan punggung David.
“Benar apa kata Bu Darmi Mas, aku janji gak akan cape-cape.” Vika mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.
“Ya sudah kalau kamu memang bersikeras, tapi janji ya jangan cape-cape, kalau kamu udah cape, cepat bilang sama Bu Darmi.”
“Iya Mas aku janji”
“Ya sudah kalau gitu saya pamit dulu ya, besok saya kembali lagi kesini pagi-pagi buat bantu-bantu.” Bu Darmi pamit undur diri lalu segera melangkah keluar pagar.
Sementara David menggiring Istrinya untuk masuk sambil membawa barang berlanjaan yang dibeli Vika tadi.
*****
Kediaman Rama.
Rama nampak gelisah karena sudah hampir seharian Syarin tak kunjung keluar dari dalam kamar.
Sudah berulang kali ia mengetuk pintu kamar itu namun sama sekali tak ada jawaban dari dalam sana, Syarin tak mungkin kabur dari rumah ini karena letak kamar Syarin berada dilantai 3, jadi tak mungkin Syarin nekat melompat dari jendela kamar.
“Sya jangan gini dong, aku benar-benar minta maaf atas perlakuanku semalam, aku mohon jangan menyiksa diri seperti ini, kamu butuh makan sama minum Sya.” suara Rama menggema diluar pintu namun sama sekali tak ada jawaban dari dalam sana.
Sehari
Dua hari
Hingga tiga hari Syarin masih tetap mengurung dirinya didalam kamar, Rama yang mulai khawatir akhirnya meminta salah satu security untuk mendobrak kamar Syarin.
Setelah pintu kamar itu berhasil didobrak terlihat Syarin yang terkulai lemas diatas ranjang dengan bibir pucat serta kelopak mata yang mulai menghitam.
Ia bahkan tak merespon saat Rama melangkan beberapa pertanyaan.
Rama yang panik segera mengangkat tubuh Syarin yang kini terasa seringan kapas untuk segera dibawa kerumah sakit.
Namun kepanikan itu masih belum hilang meski ia sudah berada dirumah sakit, ia belum bisa tenang jika belum melihat kondisi Syarin kembali pulih.
Jujur saja ia benar-benar merasa bersalah saat ini, ia tak menyangka jika perbuatannya akan berakibat fatal seperti ini.
Rama segera mengikuti para perawat yang mendorong tubuh Syarin diatas ranjang sakit untuk segera mendapatkan perawatan.
Ia sempat mendapat teguran dari para dokter karena sudah membuat seseorang menderita seperti ini, terlebih ia berstatus sebagai Istrinya sendiri.
Hampir saja ia terjerat hukuman pidana karena dianggap sudah menyiksa Istrinya sendiri.
"Bangun Sya, aku benar-benar minta maaf, aku berjanji tak akan mengulangi hal seperti itu lagi, jadi aku harap kamu segera pulih Sya." Rama meraih lengan Syarin lalu meletakkannya dipipi.
Hatinya benar-benar terasa teriris saat melihat kondisi Syarin yang benar-benar mengkhwatirkan.
Bukan hal yang mudah untuk bertahan selama tiga hari tiga malam tanpa makan dan minum kecuali jika jiwa orang itu dalam keadaan tak baik-baik saja.
Ia berjanji akan benar-benar melupakan cintanya pada Vika mulai detik ini juga jika Syarin sudah kembali pulih.
Karena sudah tak ada lagi harapan baginya untuk kembali pada Vika sekarang, namun dirinya tak akan melupakan jasa Vika yang sudah menemaninya sejak kecil.
Ia akan tetap membantu Vika meski menggunakan prantara orang lain.
*****
Sementara Vika dan Bu Darmi kini tengah disibukan oleh beberapa anak yang membeli jajanan buatan Vika.
Rupanya Vika ternyata cukup berbakat dalam hal membuat makanan, banyak anak-anak yang datang kembali untuk membeli jajanan Vika.
Bibir Vika mengukir senyum saat melihat dagangannya sudah mulai habis meski baru setengah hari berjualan.
Uang bulanan dari David yang sempat dibelanjakan Vika kini sudah balik modal meski untungnya tak seberapa.
Ia merasa bangga bisa menambah penghasilan Suaminya meski tak banyak.
Sejak pertengkaran Vika dan David tempo lalu kini David mulai memberi uang bulanan untuk sebulan sekaligus agar Vika tak merasa kesulitan jika uang belanjanya kurang.
Tapi David tetap memintanya membatasi pengeluaraannya cukup 20 ribu saja perhari itu pun kalau tak ada tambahan.
David berjanji akan kembali menambahnya jika uang bulanan itu kurang.
"Alhamdulilah dagangannya laris ya Neng." Bu Darmi berdiri disamping Vika yang sedang membereskan dagangannya.
"Iya Bu Alhamdulillah, dagangannya belum abis aja udah balik modal walau belum banyak."
"Syukurlah kalau gitu Neng, jangan lupa uangnya ditabung dulu ya buat bekal sikecil nanti." Bu Darmi mengusap lembut punggung Vika.
Ia tau betul seperti apa dulu Rama memanjakannya, namun ia merasa salut melihat Vika yang masih bertahan meski dalam kondisi sulit.
"Iya Bu, makasih banyak ya Bu, selama ini Ibu selalu bantuin aku meski aku bukan siapa-siapanya Ibu. Aku gak tau apa aku bisa bertahan disini kalau bukan karena bantuan Ibu." Vika meraih tangan Bu Darmi lalu mencium punggung tangannya beberapa kali.
"Ibu senang bisa membantu, Ibu sudah menganggap Neng Vika seperti anak kandung Ibu sendiri. Jadi, kalau Neng Vika butuh apa-apa, jangan sungkan bilang sama Ibu ya." Bu Darmi membelai lembut puncak kepala Vika.
Saat mereka tengah asyik mengobrol terlihat David sudah memarkirkan motornya dihalaman, ia segera melangkah lebar menghampiri Istri tercintanya.
"Loh kok Mas David tumben udah pulang?" Vika meraih lengan David lalu mencium tangannya.
"Aku cuma pengen liat aja gimana perkembangan jualan kamu? Kamu gak kecapean kan? Gimana jualannya? Laris? Kebetulan aku juga dapet rezeki lebih tadi, ini aku beli nasi padang buat kita makan bertiga." David menyodorkan sebuah kantong kresek berwarna hitam pada Vika.
"Alhamdulilah Mas, daganganku laris manis, Mas liat aja sendiri, baru setengah hari saja dagangannya udah tinggal segini, Mas David tenang aja, sejak pagi Bu Darmi sudah disini nemenin aku." Vika menjawab sambil meraih kantong kresek yang diberikan David.
"Syukurlah kalau gitu, kita makan siang dulu yuk Bu, terima kasih sudah menjaga Istri saya seharian ini." David menggiring dua wanita didepannya untuk masuk.
Vika segera membuka tiga bungkus nasi tadi, meletakannya dipiring lalu menatanya diatas meja.
Ketiganya kini sudah duduk melingkar dimeja makan.
Namun baru saja Vika hendak menyuapkan sesendok nasi kemulutnya sudah terdengar teriakan beberapa orang anak dari luar sana.
*************
*************
jadi penisirin.