NovelToon NovelToon
Hijrah Cinta Sang Pendosa

Hijrah Cinta Sang Pendosa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintamanis / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:7.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Desy Puspita

Demi menghindari kejaran para musuhnya, Azkara nekat bersembunyi di sebuah rumah salah-satu warga. Tanpa terduga hal itu justru membuatnya berakhir sebagai pengantin setelah dituduh berzina dengan seorang wanita yang bahkan tidak pernah dia lihat sebelumnya.

Shanum Qoruta Ayun, gadis malang itu seketika dianggap hina lantaran seorang pemuda asing masuk ke dalam kamarnya dalam keadaan bersimbah darah. Tidak peduli sekuat apapun Shanum membela diri, orang-orang di sana tidak ada satu pun yang mempercayainya.

Mungkinkah pernikahan itu berakhir Samawa sebagaimana doa Shanum yang melangit sejak lama? Atau justru menjadi malapetaka sebagaimana keyakinan Azkara yang sudah terlalu sering patah dan lelah dengan takdirnya?

•••••

"Pergilah, jangan buang-buang waktumu untuk laki-laki pendosa sepertiku, Shanum." - Azka Wilantara

Follow ig : desh_puspita
Fb : Desy Puspita
tiktok : Desy puspita

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 05 - Dia Halal Bagiku

Shanum tidak menjawab, dia masih terpaku bingung karena hingga detik ini Azkara masih setia dengan posisi yang sama, tidur sembari menggenggam tangannya.

"Tuh? Nggak bisa jawab, 'kan?" Sabila tersenyum miring, dia merasa berhasil membuat Shanum semakin tertekan.

Padahal, Shanum tidak menjawab bukan karena tidak bisa, tapi tidak mau karena merasa percuma berdebat dengan seorang Sabila. Sebagaimana yang Shanum ketahui, di mata pembencinya dia tetap akan terlihat hina.

"Dulu gaya pacarannya gini ya, Kak? Atau lebih?"

"Eeuugh berisik!!" Ucapan Sabila terpotong tatkala Azkara yang tadi terlelap kini mengangkat kepalanya.

Wajah ngantuk dan suara serak Azkara sukses membuat yang di depannya berdebar tak karuan. Tidak bisa Sabila tampik, wajah kakak iparnya sangat tampan.

Hidung bangir, alis tebal dan rahangnya begitu tegas. Terlebih lagi, kini wajahnya sudah semakin bersih, definisi sempurna dan karena hal itu Sabila sampai tidak berkedip.

Azka menatap datar ke arah wanita tak seberapa yang kini duduk di depannya. Sesaat, tak lebih dari tiga detik sebelum kemudian beralih menatap ke arah istrinya.

"Sayang maaf, aku ketiduran," ujar Azkara sesantai itu dan lagi membuat Shanum ketar-ketir.

Sayang, dengan sangat jelas Azkara meloloskan kalimat itu. Tidak di hadapan Shanum seorang, tapi ada Sabila yang dia ketahui sebagai adik Shanum. Jika dilihat sekilas, dapat Azka simpulkan mereka tidak sedarah karena tidak ada mirip-miripnya.

"Iya, cuci muka dulu, Mas, biar nggak ngantuk," titah Shanum berusaha menghindari tatapan sang suami dan menarik tangannya segera.

Azka sudah terbangun, tapi tangan Shanum masih dia genggam juga. Begitu diperintahkan, Azka menurut dan segera menuju kamar kecil di belakang. Sebenarnya Shanum bermaksud menemani, tapi Azkara dengan lembut menolak dan meminta istrinya tetap di sana.

Melihat kesempatan itulah, Sabila lagi-lagi menyerang Shanum setelah sebelumnya sempat terhenti akibat ulah Azkara.

"Kalian manis juga ternyata ... sudah berapa lama pacarannya?"

Lagi, Sabila melontarkan pertanyaan yang membuat Shanum muak sekali. Jika boleh jujur, salah-satu alasan kenapa dia ingin menemani Azka ke belakang sebenarnya ingin menghindari Sabila.

Karena jika berdekatan, Sabila terus-terusan mencari perkara. Shanum bukannya tidak berani, sejak remaja dia sudah terbiasa dengan sikap Sabila dan setiap kali dia bertindak, Sabila akan menangis dan merasa tersakiti hingga Shanum yang dipaksa meminta maaf.

"Jika pertanyaanmu masih tentang itu saja, maka lebih baik diam, Sabila."

"Apa salahnya? Kita saudara, Abi bilang kita harus saling berbagi layaknya suadara kandung ... aku penasaran dengan percintaan kakakku yang katanya solehah ini."

Shanum melayangkan tatapan super tajam ke arah Sabila yang kini seolah sengaja memancing emosinya. Shanum sejak tadi sudah sabar, dan jelas tidak bisa diam begitu saja.

"Seingatku, abi selalu berusaha mencari uang halal untuk membesarkan kita," ucap Shanum sejenak terhenti untuk kemudian melanjutkannya lagi. "Tapi kenapa kapasitas otakmu secetek ini ya? Sesulit itu kah memahami bahasa manusia?"

Deg

Mata Sabila membulat sempurna tatkala mendengar pertanyaan Shanum. Rahangnya mengeras bahkan giginya bergemelutuk saking marahnya.

"Maksudmu aku bodoh?!"

"Aku tidak bilang, tapi kalau sadar ya bagus."

"Kurang ajar!! Kam_" Di tengah percekcokan itu, Azkara muncul dengan wajah yang terlihat lebih segar.

Tidak hanya wajah, tapi pria itu tampak sengaja membasahi rambutnya. Seolah sudah terbiasa, mereka bisa terlihat berpura-pura damai dan berhenti bertikai begitu ada yang datang.

Sabila kembali duduk manis di tempat, sementara Shanum memang sejak tadi tidak berpindah dari tempatnya.

"Kalian kenapa?" tanya Azka menatap kedua wanita itu bergantian.

Walau sebenarnya dia bukan termasuk tipe yang ingin tahu urusan orang lain, tapi saat ini yang bertikai adalah istrinya dan jelas menjadi urusan Azkara.

"Ah tidak, aku hanya tanya berapa lama kalian pacaran ... tapi ternyata Kak Shanum marah, padahal aku tidak bermaksud lain," jelas Sabila yang juga tetap berani bersilat lidah.

Jelas-jelas yang memulai perkara adalah dirinya, tapi di hadapan Azka Sabila justru berlagak bahwa Shanum sekasar itu padanya.

"Soal itu, kami memang tidak pacaran." Tanpa ditanya, Azka menjelaskan dan caranya bicara terlihat seakan bersahabat hingga membuat Sabila salah kaprah.

"Oh iya? Tapi aku lihat kamu sangat dekat dengan kakakku, rasanya mustahil tidak pacaran tapi tidur sambil cium tangan seperti tadi." Seolah tak puas karena menyerang Shanum, kini Sabila berusaha menyerang Azkara.

Tentu saja hal ini menarik bagi Azkara. Menghadapi manusia sejenis Sabila sangatlah mudah, kecil baginya.

"Memangnya kenapa?" tanya Azka menaikkan satu alisnya, tak lupa tersenyum miring lantaran tertantang untuk menuai keributan bersama adik iparnya. "Walau memang tidak pacaran, tapi sekarang dia istriku, hakku, halal bagiku jadi terserah aku ... mau kucium tangannya atau kucip-pok sambil tidur juga tidak dosa, kenapa kamu yang sewot? Iri?"

"Mas!!"

Bukan main terkejutnya Shanum begitu mendengar pertanyaan yang lolos dari bibir Azkara. Agaknya bukan hanya Sabila yang terserang mentalnya, tapi Shanum yang merupakan istrinya sampai gelabakan dan wajahnya seketika memerah.

Shanum menunduk dalam, dia sungguh shock dan tidak habis pikir. Padahal, selama bicara dengannya setelah akad Azkara sangat sopan, tampak hati-hati dan lembut sekali.

Anehnya, begitu bicara pada Sabila mulutnya bahkan lebih pedas dari kaum hawa sampai-sampai lawannya ciut dan tidak berani mengatakan apa-apa.

.

.

Diamnya Sabila ternyata berlanjut cukup lama, hingga setelah abinya kut bergabung Sabila masih diam saja. Menikmati makan sahur dengan tangan gemetar karena baru saja mendapat lawan yang seimbang setelah selama ini selalu menang.

Hendak mengadu juga percuma, abinya terlihat akrab dengan Azkara sementara Umi Martika tidak ikut sahur dengan alasan sakit kepala. Tinggal lah kini Sabila yang merasa bak orang asing di sana.

"Makan yang banyak ... semoga masakan Shanum sesuai dengan seleramu," ucap sang mertua yang kemudian Azkara angguki.

"Suka, Abi, lebih enak dari masakan Mama," puji Azkara sama sekali tidak berbohong, masakan Shanum sangat memanjakan lidahnya sejak suapan pertama.

Caranya makan benar-benar seperti anak manis, rapi dan besar kemungkinan bukan orang sembarangan.

Kiyai Habsyi tersenyum, semalam memang dia sempat murka pada pemuda ini. Akan tetapi, sejak Azkara begitu tegas menyambut uluran tangannya sebagai wali Shanum, hati pria itu dapat menangkap kebaikan di balik mata bening Azkara. "Alhamdulilah jika suka, Shanum belajar masak dari kecil ... uminya dulu juru masak di pesantren, Abi jatuh cinta sama masakannya dulu baru sama orangnya."

"Sama, Abi, aku juga," sahut Azkara menganguk-angguk tanpa mendengar dengan lebih teliti ucapan mertuanya.

Terlalu fokus menikmat cita rasa dari masakan istrinya, Azkara hanya mendengar sekilas pembicaraan sang mertua dan sebenarnya memang belum memungkinkan untuk diajak bicara.

"Sama?" tanya Kiyai Habsyi mengerutkan dahi.

"Iya sama."

"Kalau boleh tahu, sejak kapan kamu mencintai putriku?"

Uhuk!!

.

.

- To Be Continued -

1
Happyy
👊🏼👊🏼👊🏼👊🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💖💖💖
Rapa Rasha
kenal mental itu umi dan anaknya
Mol Yono
Biasa
Anisa Dwi riona
hah
Rapa Rasha
mungkin Azka akan........
Rapa Rasha
azka Azka akal akal kmu aja
Rapa Rasha
moga aja Azka akan slalu setia ke shanum ya
Tiara_Arka2410
ini tuh prank bukan siih 😭😭
Rapa Rasha
waduh kak jangan ada orang ketiga dong kak
EllAJAA🗿?
pake akun ini biar bisa setor vote aja buat dede numnum bacanya udah pake akun 1 lagi.. leganya hati ini dede numnum udah bangkit lagi dari kematiannya ekhh bukan itu deng tp matisuri mungkin ya.. akhirnya Azka gak jadi Duda
takut rebutan sama netizen kalo jdi mas duda skrg ehehehe 🤭🤗😂
Rapa Rasha
kok Sampek pendarahan sih Azka aduh shanum cepet sembuh ya
Yuan
jam 00.18 aku nangis 😭😭
mommy neng
aku udh nangiisss loh iniii.. ternyata azkara berhasil negosiasi sama malaikat maut
Tiara_Arka2410
lanjut azka dulu aja thor sampe beranak pinak😅😅terus kisah huzdai,kisah onad sama jihan juga mau boleh bikin thorr...yaa salam serakah nya aku🤣🤣
Rapa Rasha
waduh shanum kenapa
Rapa Rasha
waduh shanum percaya aja kalau ada musang dan itu 2 Tante duh kepo nya
Rapa Rasha
akhirnya bisa masuk juga
R_Aarale
kak desiii tanggung jawab jam 12 malem aku terisak huaaaa
Rapa Rasha
kira2 apa ya
Rapa Rasha
lanjut pokoknya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!