Menceritakan seorang wanita yang memiliki perasaan cinta kepada suaminya sendiri. Penikahan paksa yang di alami wanita itu menyebabkan tumbuhnya beni cinta untuk sang suami meskipun sang suami selalu bersikap dingin dan acuh kepadanya.
Wanita yang bodoh itu bernama Andin. Wanita yang rela suaminya memiliki kekasih di dalam pernikahannya, hingga sebuah kecelakaan terjadi. Andin mengalami koma dan ketika sadar semua tidak seperti yang di harapkan oleh sang suami.
Apakah cinta Andin tetap bertahan meskipun ia menderita amnesia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Eliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Andin
Andin seorang gadis yang cantik jelita dengan perawakan seperti seorang gadis keturunan Turki dengan hidung mancung, gigi kelinci, rambut ikal kecoklatan dan manik mata coklat yang disertai bulu mata lentik menyebabkan sempurnanya kecantikan Andin.
Sore itu tepatnya hari sabtu, Andin bertemu seorang kakek sedang menangis di makam orang tuanya. Andin mendekat kearah sang kakek untuk bertanya apa hubungan sang kakek dengan orang tuanya.
"Permisi" ucap Andin pelan namun tetap terdengar di telinga sang kakek.
Kakek menolehkan pandangannya kearah Andin. Sebuah senyuman dia persembahkan untuk Andin yang berada di hadapannya.
"Kamu Anak Ashraf?" tanya sang kakek sambil memandang wajah Andin.
"Kamu begitu mirip dengan Ashraf" ujar Kakek yg berdiri dari posisi duduk.
Kakek memandang wajah Andin dengan senyuman yang tak di kendurkan meski sebentar saja.
"Maaf, apakah kakek mengenal Ayah saya?" tanya Andin.
Sang kakek hanya tersenyum mendengar pertanyaan Andin.
"Ceritanya panjang, jika boleh aku ingin berbicara denganmu?" ucap sang kakek.
Andin hanya mengangguk meng-iyakan ajakan dari sang kakek. Andin dan kakek duduk berdua di sebuah taman yang berada di seberangan makam. Pandangan mereka jelas memandang makam yang ada di seberang sana.
"Aku tidak tahu siapa kakek!" ujar Andin membuka pembicaraan.
"hhhh" sang kakek membuang nafas.
"Kamu tidak mungkin tahu siapa aku, Aku hanya kenangan" ujar sang kakek.
Andin menatap wajah sang kakek yang dia yakini bahwa sang kakek bukan penduduk asli negara ini.
"Apa yang ingin kakek sampaikan?" tanya Andin dengan tegas.
"Di istambul zainab adalah kekasihku, Aku sangat mencintainya dan cinta kami terlarang karena dia berasal dari kalangan bawah." ujar sang kakek yang mulai melepaskan kacamata dan mengusap air mata yang mengalir deras di pipinya.
"hhh" sang kakek membuang nafas memberikan ruang didadanya yang mulai sesak.
"Malam itu aku dijebak oleh seorang gadis suruhan ayahku agar aku bisa meniduri seorang gadis pilihan ayahku, namun jebakan itu tidak berjalan semestinya. Karena saat itu aku masih mampu mempertahanan kesadaranku hingga aku sampai di penginapan Zainab dan akhirnya Aku merebut kehormatan Zainab." suara tangisan sang kakek terdengar sangat pilu.
"Sejak kejadian itu Zainab tidak ingin berjumpa denganku dan beberapa tahun kemudian aku berhasil menemukanya kembali dan ternyata Zainab telah melahirkan anak lelaki bernama Ashraf." ujar sang Kekek lalu mengusap lembut kepala Andin.
Andin tidak pernah tahu cerita keluarga sang ayah pasalnya semua keluarga sang ayah tinggal di turki.
"Aku kakekmu Andin" ujar sang kakek lalu memeluk Andin yang mematung mendengar penuturan sang kakek.
"Apa yang membuat anda yakin bahwa ayah saya adalah anak anda?" tanya Andin yang mendorong pelan sang kakek. Ada keraguan dari tatapannya.
"Aku sudah tes DNA ke ayahmu. Dan alasan ayahmu pindah ke negara ini dari turki adalah menghindari kehadiranku." ujar sang kakek.
"Wajar ayah membenci anda karena engkau bukan lelaki baik-baik" ujar Andin yang mulai mengenang apa ucapan sang ayah untuk mencari lelaki bertanggung jawab yang mencintainya.
"Aku tahu kamu akan membenciku sebagai mana ayahmu membenciku, tapi aku tulus mencintai Zainab, aku tidak sengaja menghancurkan masa depannya dan dirinyalah yang menghilang dari diriku. Ashraf tumbuh tanpa aku, dan aku telat menemukannya karena saat itu Zainab telah sekarat dan tidak mampu untuk membujuk Ashraf kembali kepelukan aku, Ayahnya" suara tangisan terdengar jelas di telinga Andin. Kini Andin tahu alasan kenapa sang ayah pergi ke negara Indonesia karena menghindari sang kakek.
"Andin... Aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang telah aku buat dulu. Semua datamu sudah aku temukan beberapa bulan yang lalu setelah aku mengetahui Ashraf mendapatkan serangan jantung karena kabar kecelakaan yang menimpa Santi, ibundamu" ujar sang kakek.
Andin masih mematung mendengar sebuah fakta yang mengejutkannya. Andin merasa bahagia karena bisa menemukan keluarganya karena Andin hidup sebatang kara didunia ini.
"Aku sangat bahagia bisa berjumpa dengan kakek."ujar Andin kemudian.
"Apakah kamu tidak marah seperti ayah kamu?" tanya sang kakek.
"Aku tidak marah kek. Aku bisa merasakan ketulusan kakek" ujar Andin sambil terseyum.
"Boleh kakek bertanya sesuatu?" tanya sang kakek.
"Apa kek?" ucap Andin dengan senyuman.
"Apa kamu sudah mempunyai seseorang yang kamu sukai atau seorang kekasih?" tanya sang kakek.
Andini hanya menggilingkan kepalanya menandakan tidak ada. Sebenarnya ada seorang lelaki yang ia kagumi dulu ketika masa SMA namun kontak mereka sudah lama terputus.
"Syukurlah... Apa boleh kakek memohon satu pemohonan kepadamu?" tanya sang kakek.
"Apa kek?" tanya Andin dengan wajah penasaran.
"Maukah engkau menikahi cucu kakek?" tanya sang kakek penuh dengan hati-hati.
"Kakek punya cucu selain aku?" tanya Andin.
"Bukan seperti itu. Kakek punya saudara kandung perempuan satu-satunya bernama Arum dia memiliki seorang putri dan putri semata wayangnya sekarang koma dan kakek yg mengurusnya. Arum menitipkan anak dan cucunya kepada kakek, karena sampai sekarang kakek tidak menikah sejak kejadian malam itu" ujar sang kakek menatap Andini penuh keyakinan.
"Sungguh kakek adalah lelaki yang paling tanggung jawab yang aku temui" ujar Andin kagum dengan kisah cinta sang kakek.
"Jadi, kamu bisakan menjadi istri untuk Rian? Karena kakek yakin kamu satu-satunya perempuan yang pantas bersanding dengan Rian" ujar sang kakek.
"Tapi apa Rian mau denganku?" tanya Andin polos.
Andin tidak pernah berkenalan dengan lelaki, karena dirinya tidak punya waktu untuk lelaki. Waktunya di habiskan untuk mengedukasi anak-anak di TK dan menjadi pelayan kedai roti sebagai tambahan untuk menghidupi dirinya.
"Aku yakin awalnya kalian harus saling mengenal dan lama kelamaan akan saling mencintai" ujar sang kakek lalu memeluk Andin.
"Kamu ikut kakek pulang ya" ajak sang kakek namun di tolak oleh Andin.
"Aku tidak akan ikut kakek pulang karena aku tidak ingin mengganggu ketenangan di rumah kakek. Lebih baik kita berjumpa di luar. Aku sudah nyaman dengan kehidupanku ini kek" ujar Andin yang menghindar dari masalah yang rumit jika ia tiba-tiba masuk dalam keluarga konglomerat itu.
"Aku tahu kamu belum siap, tapi jika kamu masuk ke rumah kakek dengan status cucu mantu, kamu maukan?" tanya kakek dengan wajah memohon.
"Iya mau kek" ujar Andin yang berpikir mengalah karena ingin memiliki keluarga.
"Jika begitu, kamu mau kan menikah dua hari lagi dengan cucu kakek? Nanti orang-orang kakek akan menjemputmu dan akan membawamu untuk kepelaminan" ujar sang kakek.
"Kenapa secepat itu kek?" tanya Andin heran.
Ada ketakutan di hatinya karena dirinya tidak tahu siapa calon suaminya dan karakternya bagaimana.
"Kamu tidak perlu takut Andin, dia orang baik dan penuh tanggung jawab. Kakek lakukan ini karena kakek tidak tahu usia kakek bertahan sampai kapan" ujar sang kakek dengan wajah yang penuh kesedihan.
"Kakek jangan bicara begitu. Andin siap kok" ujar Andin mengiyakan keinginan kakeknya.
Andin menolak ajakan kakek untuk mengantarnya ke kontrakan dan dirinya memilih untuk berjalan kaki kekontrakannya karena lokasinya tidak jauh dari tempat kontrakannya.