Tak kusangka aku bisa jatuh cinta.
Sebuah cerita hidup perjuangan Daniah, seorang yang rela menjadi gadis penebus hutang orang tuanya. Terpaksa Menikahi tuan muda kaya raya yang bisa melakukan apa saja.Dia memasuki pernikahan tanpa membawa cinta ataupun berharap dicintai.
Apakah dia berhasil lepas dari cengkraman tuan muda yang melemparkan kontrak pernikahan padanya, atau semakin terjerat dan tidak bisa lari kemana-mana. Karena tuan muda itu mulai mengikatkan rantai cinta di lehernya. Dibumbui dengan cerita manis bagaimana tuan muda berusaha menunjukan cintanya dan kisah lucu serta mengharukan yang membuat hati bergetar.
Jangan lupakan Han, sekertaris misterius yang akan selalu berdiri di belakang tuan muda. Seseorang yang akan melakukan apapun agar segala sesuatu berjalan dengan semestinya untuk tuan mudanya.
Update : Rabu
IG : tulisan_lasheira
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Menyusun Buku
Malam panjang belum berakhir bagi Daniah. Sebelum mata laki-laki itu terpejam sepertinya dia pun tidak boleh lengah sedikit pun.
“Mana hpku?”
Daniah menyerahkan hp dari tangan Pak Mun. Seperti halnya Daniah, Pak Mun mengikuti langkah kaki Saga menuju ruang kerjanya. Saga menyuruh Pak Mun tidak ikut masuk, kepala pelayan itu menundukkan kepala lalu beranjak pergi. Sekarang hanya ada Daniah, seperti digiring menuju lubang neraka dia masuk ke dalam ruang kerja Saga.
“Carikan buku di rak yang judulnya ini!”
Daniah menerima selembar kertas tulisan tangan Saga, sebuah judul buku. Dia mencari-cari di rak judul buku yang dimaksud. Sepuluh menit berlalu, dia belum menemukan buku yang dicarinya.
“Apa kau tidak bisa membaca?”
“Maaf.”
Dia sadar dia sedang dikerjai habis-habisan oleh laki-laki di depannya. Walaupun sambil mengutukki Saga sepanjang ia melakukan perintah, dia tetap tersenyum sambil menyelesaikan tugasnya. Hebat ya, tolong beri dia penghargaan untuk akting terbaik.
Akhirnya buku yang dicari ia temukan, bergegas ia menyerahkan buku.
“Sepertinya kalau ada perubahan suasana di rak buku akan terlihat lebih bagus.”
Apa ini, kenapa aku sudah merinding duluan. Daniah mengusap tengkuknya.
“Susun buku sesuai warna cover, sepertinya kelihatan lebih bagus kalau disusun sesuai warna.”
Benar kan, benar dugaanku kan. Sudah gila ya, kamu pikir ini baju. Dia menaikan level mengerjaiku.
“Aku mau membaca buku di kamar. Selesaikan sebelum waktunya tidur.”
“Baik Tuan.”
Saga berjalan keluar, diikuti sorot tajam mata Daniah. Laki-laki itu sadar, kalau Daniah sudah sangat kesal. Dia tergelak di belakang pintu yang tertutup.
Kenapa mengerjainya membuatku bersemangat begini ya.
Daniah mengambil foto setiap sudut rak buku yang akan dibongkarnya. Dia tahu laki-laki gila itu akan menyuruhnya menata ulang buku-buku ke tempatnya semula lagi setelah dia menyusun sesuai warna.
Kau pikir aku bodoh, aku sudah kau kerjain berulang kali setelah masalah meluruskan rambut. Kau pernah menyuruhku mengganti seprei tempat tidur dengan warna yang tidak biasa kau pakai. Tapi setelah aku selesai mengganti seprei, kau bilang matamu sakit melihat warna mencolok itu. Haha, aku tidak bisa kau kerjain lagi.
Daniah sudah menyelesaikan separuh pekerjaannya.
Dia mau istirahat dulu, duduk di lantai, dia meluruskan kakinya, lalu menarik tumpukan buku untuk dijadikannya bantal. Persetan dengan si gila itu pikirnya. Kalau perlu dia akan tidur di sini dan tidak kembali ke kamar.
Daniah mengambil hp, dia memandang foto di layar depan hpnya. Fotonya dan Raksa. Rasanya kalau tidak memikirkan adiknya dia juga ingin lari dari tempat ini. Tapi kalau memikirkan adiknya yang bahkan belum lulus kuliah sudah harus hancur terpuruk membuatnya harus kuat bertahan.
“Hallo Dek, sedang apa?” Daniah menelepon adiknya.
“Kak Niah, sedang belajar untuk ujian. Kak Niah sedang apa?”
“Istirahat di rumah.”
Aku sedang menyusun buku di ruang kerja laki-laki gila itu.
“Bagaimana perusahaan ayah Dek, semua berjalan dengan lancar kan?”
“Semua sudah stabil, Kak Niah tidak perlu mengkhawatirkan kami. Ayah dan ibu hidup dengan sangat baik.”
“Kamu juga harus begitu donk.” Suara Daniah dibuat seceria mungkin.
“Kak Niah baik-baik saja?” Namun suara Raksa di sebrang sana terdengar getir.
“Ia, Kak Niah baik-baik saja di sini. Aku bisa makan enak dan tidur nyenyak. Bisa bekerja seperti biasa, kamu jangan khawatir.”
Kalau perusahaan ayah sudah stabil artinya laki-laki itu tidak bisa menggunakannya untuk selalu mengancam kan. Dia nggak mungkin bisa membuat perusahaan ayah bangkrut dalam sekejap kan.
Tapi tiba-tiba sebuah slide tergambar jelas di pikiran Daniah. “Aku bisa menolong keluargamu, tapi aku juga bisa menghancurkannya seperti serpihan debu.”
Ternyata dia bisa melakukan semua itu ya.
“Maaf Nona Muda.”
Daniah terlonjak, dia bangun dari posisinya tiduran. Melihat apa Saga juga muncul. Dia bernafas lega karena hanya Pak Mun. Bergegas dia matikan hp, adiknya di sana pasti kebingungan.
“Saya bawakan makanan dan minuman untuk Nona.”
“Terimakasih Pak Mun. Bapak baik sekali.”
“Tuan muda yang memberikan untuk Nona”
Dia belum benar-benar kehilangan nurani di situasi seperti ini rupanya.
“Tuan muda juga berpesan.”
“Apa?” Daniah seperti sudah bisa menebak kata-kata selanjutnya Pak Mun.
“Nona diminta mengembalikan buku ke tempat semula, menyusun sesuai warna cover akan membuat tuan muda bingung kalau mau memilih buku. Begitu pesannya.”
“Sialan!”
Pak Mun terkejut mendengar kata-kata Daniah.
“Haha, maaf Pak, saya tidak memaki Tuan Saga, sumpah.”
Aku bakar kata-kataku tadi yang mengatakan dia punya hati nurani.
“Nona Muda diminta segera menyelesaikan pekerjaan di sini dengan segera. Karena tuan muda juga sudah mau tidur.”
Terus apa hubungannya denganku, aku masih banyak pekerjaan yang harus aku lakukan. Bahkan sampai pagi aku akan tidur di sini.
“Tolong Pak Mun layani Tuan Saga ya, saya mau menyusun ulang buku-buku ini ke tempatnya semula. Mungkin saya juga nggak akan kembali ke kamar malam ini.”
“Baik Nona. Tapi apa Nona tidak mau meminta bantuan pelayan lain untuk membantu Nona.”
“Eh memang boleh.” Wajah Daniah berbinar.
“Tentu saja, setahu saya tuan muda tidak mengatakan kalau Nona harus mengerjakannya sendirian kan.”
Daniah seperti mendapatkan oase setelah perjalanan panjangnya. “Kalau gitu Bapak bisa tolong panggil pelayan yang lain.”
Pak Mun terdiam. Kenapa lagi ini pikir Daniah.
“Kenapa Pak?”
“Tapi masalahnya tidak ada yang boleh masuk ke ruangan ini tanpa izin tuan muda.”
“Bunuh saja saya Pak!” Daniah berteriak kesal. “Terimakasih makanan dan minumannya ya Pak, silahkan keluar saya mau melanjutkan pekerjaan saya.”
Pak Mun dengan wajah tanpa ekspresinya keluar ruangan.
Daniah ambruk duduk lagi mengutuki Pak Mun, apa laki-laki itu sudah sama tidak warasnya seperti majikannya. Suka melihatnya menderita karena kesal. Kenapa juga sudah memberinya angin segar, lalu membantingnya jatuh ke lantai keras.
Awas kamu ya Pak Mun.
BERSAMBUNG...................