Maritsa tidak pernah menyangka jika nasibnya akan berubah menjadi janda..
Setelah kehilangan suaminya, Maritsa menemui beberapa rintangan dalam kehidupannya.
Bagaimana jika keluarga dari pihak mantan suami yang terus mengusik kehidupannya?
bahkan dia di tuduh merebut calon suami dari kakak iparnnya.
Mampukah Maritsa melewati semua itu?
Siapakah yang akan tetap bertahan disampingnya?
Yuk ikuti kisah Janda kuat yg satu ini..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zi_hafs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penuh Kejutan
Waktu pun berlalu.. Hari ini tepat dimana Maritsa memiliki janji dengan Mutiara. Dia berpamitan kepada Bu Lek Hawa dan minta tolong untuk menjaga Zyan. Mungkin sekitar 2 jam saja dia akan pergi.
"Bu Lek, Maritsa pergi dulu ya. apa Bu Lek mau nitip sesuatu? Nanti Maritsa belikan."
"Bu lek pengen cilok sultan yang ada di jalan T. Tolong nanti bungkusin ya, sama siomay kubisnya juga sekalian."
"Ahsiap Bos."
Sebelum pergi, Maritsa mencium pipi dan kening anaknya.
"Bunda tinggal sebentar ya, Zyan gak boleh rewel sama Nenek."
kemudian dia mencium tangan Hawa dan langsung menyambar tas beserta kunci mobilnya.
Dia melaju sangat pelan. Hingga sampai di Restoran S sesuai perjanjian. Dia segera menelpon Mutiara.
"Halo assalamualaikum Bu Tiara. Apa Ibu sudah sampai?"
"Waalaikum salam. Iya nak Ibu sudah duduk di meja nomor 8. Kamu langsung kesini saja."
Maritsa kemudian masuk ke restoran dan menuju meja nomor 8. Disana Mutiara sudah menyambutnya dengan senyuman yang merekah.
Maritsa langsung mencium tangan Mutiara.
"Assalamualaikum Ibu. Maaf menunggu lama."
"Waalaikumsalam, ah enggak, Ibu juga baru nyampe. Ayo silahkan duduk."
"Terimakasih."
"Kamu mau pesan apa. Ayo dipilih dulu menunya. Jangan sungkan-sungkan."
"Baik Bu, saya mau salad sayur saja bu, minumnya jus alpukat. Ibu mau pesan apa?"
"Ibu mau steak sama greentea saja."
Kemudian Mutiara memanggil pelayan dan langsung memesan menu yang mereka pilih.
sambil menunggu makanan itu datang, mereka mengobrol.
"Nak, beneran kamu tidak lagi sibuk kan?"
"Tidak bu, Maritsa libur."
"kamu kuliah dimana? "
Maritsa kaget. Pasalnya dia berfikir apakah dia masih pantas jadi anak kuliahan? Mungkin wajahnya yang imut membuat dia terlihat awet muda.
"Saya sudah bekerja Bu." jawab Maritsa lembut.
"Oh ya? kirain masih kuliah. hihihi. Kamu terlihat sangat imut. Jadi wajahmu sangat menipu. Usia kamu berapa Nak?."
"Usia saya 29 tahun bu, mau jalan 30."
"hah apa? Kamu sudah mau kepala 3? Ya Allah, Ibu gak nyangka." Mutiara terkekeh karena dia merasa kalau tebakannya salah.
"Kalau boleh tau kamu kerja dimana?"
"Saya bekerja di PT. Dxx yang bergerak di bidang fashion dan design."
"Oh iya Ibu tau, yg export ke luar negeri itu kan?."
"Iya betul bu."
Tak lama kemudian Makanan yang mereka pesan datang.
"Nak, kamu memang kenyang hanya makan salad saja?"
"Kebetulan tadi saya sudah sarapan bu, lagi pula sayur ini baik untuk kesehatan dan mempelancar asi."
"Hah maksud kamu? Memperlancar asi?"
"Oh iya bu, maaf saya belum cerita. Saya sudah memiliki bayi sekarang. Usianya hampir dua bulan."
"Haaah apaaa??" Mutiara kaget sampai menutup mulutnya. Tak disangka ternyata gadis yang dia temui ternyata sudah menikah dan mempunyai anak.
Dia kecewa karena dia sangat mengharapkan Maritsa bisa menjadi menantunya.
"Maafkan saya bu, membuat ibu kaget. Saya benar-benar tidak mau menyembunyikan status saya."
"I..iya tidak apa-apa nak. Mungkin Ibu sedikit syok. Tapi ibu suka kejujuran kamu. Jadi sudah berapa lama kamu menikah?"
"Saya menikah baru 2 tahun bu. Memang tergolong telat ya kalau dilihat dari segi umur." ucap maritsa sambil tersenyum manis.
"Ah tidak apa apa nak, tiap orang juga ketemu jodohnya beda-beda. Kayak dulu ibu ketemu suami ibu malah pas usia 19 tahun hehehehe."
"Wah benarkah? Jadi ibu nikah muda?"
"Iya. Ibu nikah muda. Suami ibu bucin banget sama ibu, mangkanya pas lulus SMA, ibu langsung di pinang. Jadi ibu saat itu kuliah sambil mengandung anak ibu."
"Kisah ibu lucu juga ya. Maritsa jadi gak bisa bayangin dulu ibu setegar apa. Masih muda tapi sudah mengurus suami dan anak, hehehe." Maritsa tertawa pelan.
Obrolan mereka sangat seru seputar Design. Karena mereka sama sama bergerak dalam bidang itu meskipun Maritsa yang berada di departemen keuangan setidaknya sedikit paham soal Design dan fashion.
Setelah selesai makan, mereka kembali mengobrol.
"Suami kamu satu perusahaan sama kamu Sa? atau beda?"
"Suami saya bekerja di perusahaan yang bergerak dibidang olahan makanan cepat saji bu. Tapi sekarang sudah tidak lagi."
"Maksud kamu, suami mu di PHK?"
"Bukan bu, suami saya sudah meninggal."
Mutiara yang meneguk greentea nya itu langsung tersedak.
"Uhuk Uhuk Uhuk."
"Astagfirullah bu, pelan pelan minumnya. Maafkan saya buat ibu kaget lagi. Sekali lagi saya minta maaf." Maritsa panik sambil memegang tangan Mutiara.
Mutiara yang senang tangannya di pegang, dia langsung memegang balik tangan Maritsa.
"Tidak apa-apa nak. ibu sudah enakan. Oh ya berarti kamu sekarang ..... Maaf....." Mutiara mengelus telapak tangan maritsa dengan lembut.
"Iya bu, sekitar 6 bulan yang lalu suami saya kecelakaan." Ucap Maritsa sendu.
"Maaf, bukan maksud ibu mengungkitnya. Berarti kamu saat itu sedang hamil?"
"Iya bu. Tapi Maritsa sudah ikhlas kok. Maritsa sudah bahagia sekarang."
"Terus, anak kamu sekarang di rumah apa dititipkan?"
"Kebetulan saya tinggal dengan Bu Lek, adik dari Ibu saya."
"Memang orang tua kamu kemana?"
"Orang tua saya sudah meninggal saat saya kuliah Bu."
"Ya Allah nak, malang sekali nasibmu. Sama seperti Ibu, Ibu kehilangan suami ibu saat anak ibu kuliah."
Ketika asyik mengobrol, tiba-tiba HP Mutiara berdering.
"Iya waalaikumsalam Moza, ada apa? Oh iya kalau begitu saya segera ke Butik. Tolong bilang ke Jeng Christine agar menunggu sebentar. Paling sekitar 15 menit saya sampai. Waalaikumsalam."
Mutiara sedang ada tamu dadakan. Jadi mau tidak mau dia harus kembali ke butik.
"Nak, maaf ya, Ibu harus segera balik ke butik. Lain kali kita bisa ketemu lagi kan? Ibu ingin ketemu sama anak kamu. lain kali kita ke Playground saja ya."
"Iya Bu, nunggu anak saya gedean dikit ya, nanti kita bisa main sama-sama."
"Kalau gitu saya pamit ya Sa." Mutiara harus beranjak meskipun sebenarnya dia ingin lebih banyak mengobrol sama Maritsa.
Maritsa mencium tangan halus Mutiara, dan Mutiara menyambutnya dengan pelukan sebelum berpisah.
"Kamu hati-hati dijalan, Ibu pergi dulu, Assalamualaikum."
"Waalaikum salam, Ibu juga hati-hati dijalan." mereka berdua saling tersenyum.
Maritsa pun keluar restoran dan segera menuju tukang cilok sultan langganan Bu Lek nya. setelah memarkirkan mobilnya, Maritsa mulai memilih dan memesan beberapa varian. Maklum namanya cilok sultan, banyak pilihan isian yang menggugah selera.
Ketika menunggu sejenak, Ada yang memanggilnya dari belakang.
"Maritsa, kamu disini?" Sapa orang itu.
Maritsa menoleh dan..
*Jeng jeng jeng...
Mampir di karyaku jg ya