*Juara 1 YAAW 9*
Tiga tahun mengarungi bahtera rumah tangga, Vira belum juga mampu memberikan keturunan pada sang suami. Awalnya hal ini tampak biasa saja, tetapi kemudian menjadi satu beban yang memaksa Vira untuk pasrah menerima permintaan sang mertua.
"Demi bahagiamu, aku ikhlaskan satu tanganmu di dalam genggamannya. Sekalipun ini sangat menyakitkan untukku. Ini mungkin takdir yang terbaik untuk kita."
Lantas apa sebenarnya yang menjadi permintaan ibu mertua Vira? Sanggupkah Vira menahan semua lukanya?
Ig. reni_nofita79
fb. reni nofita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Maaf, Maaf dan Maaf
Yudha menyusul Vira masuk ke kamar. Tampak istrinya yang menangis, duduk di sofa menghadap ke jalan. Pria itu langsung memeluknya.
"Jika kamu ikhlas, kenapa ada air mata?" tanya Yudha pelan.
Vira membalikkan badan menghadap suaminya itu. Menghapus kasar air mata yang jatuh membasahi pipi. Memandangi suaminya dengan intens.
"Apa yang Mas ingin aku lakukan? Tertawa bahagia dan ikut melamar wanita calon istri kedua suamiku?" tanya Vira.
"Bukan begitu, Sayang. Jika kamu terus menangis aku akan merasa sangat bersalah. Bukankah kamu telah menyetujuinya."
"Mas, hatiku ini bukan batu, yang sangat keras. Aku juga manusia biasa. Sedih saat membayangkan suamiku akan membagi semua kasih dan cintanya. Walaupun aku ikhlas, bukan berarti aku tidak sedih."
Yudha terdiam mendengar ucapan istrinya itu. Tanpa mereka sadari, ibu Desy menguping omongan mereka. Wajahnya tampak cemberut.
"Mas, Demi bahagiamu, aku ikhlaskan satu tanganmu di dalam genggamannya. Sekalipun ini sangat menyakitkan untukku. Ini mungkin takdir yang terbaik untuk kita. Aku tidak bisa menggenggam kedua tanganmu, karena akan sulit untukmu berjalan menatap masa depan. Biarlah ku ikhlaskan satu tanganmu di dalam genggamannya, untuk kita jalan bertiga menuju ridho-Nya. Namun, aku juga butuh waktu untuk menerima semua ini," ucap Vira pelan.
Yudha membawa Vira ke dalam dekapan dadanya. Pasti sangat sulit bagi istrinya buat menerima semua ini.
"Jika kamu keberatan, aku akan batalkan rencana ini. Biar aku katakan pada ibu. Kita angkat saja anak untuk menemani hari tua kita nantinya," ucap Yudha.
Di balik pintu Ibu tampak mengeram mendengar Yudha yang akan membatalkan pernikahan keduanya. Ibu ingin menerobos masuk, tapi diurungkan saat mendengar ucapan Vira.
"Jangan dibatalkan, Mas. Aku tidak mau ibumu kecewa dan makin membenciku. Menikahlah, Mas. Aku akan belajar ikhlas seikhlasnya. Aku akan terus bersabar, bahkan sampai kesabaran itu sendiri merasa lelah dengan diriku."
Yudha memeluk erat tubuh istrinya. Terasa lebih kurus. Pria itu mengecup rambut Vira.
"Maaf jika aku banyak mengecewakanmu, dan maaf aku terlalu memaksamu. Maaf juga karena aku belum bisa membahagiakanmu. Maafkan aku yang udah bikin kamu kecewa dan sedih. Aku nggak bermaksud buat kamu marah, Sayang." Yudha melepaskan pelukannya. Mengecup kedua pipi Vira.
"Aku mencintaimu dan berjanji akan berusaha keras untuk membuat hubungan kita lebih kuat. Membuatmu kecewa sungguh bukan keinginanku, maaf terkadang aku tak seperti yang kamu harapkan. Aku tahu kata maaf ini nggak mampu untuk menebus kesalahanku. Tapi satu hal yang perlu kamu tahu, kalau apa yang aku lakukan ke kamu itu demi kebaikan kita bersama. Maaf, maaf, dan maaf. Aku akan ucapkan terus kata maaf ini hingga kamu benar-benar ikhlas menerima semua keputusanku," ucap Yudha lagi.
Ibu Desy yang mendengar putranya meminta maaf berulang kali menjadi semakin geram. Dia berjalan menjauh dari kamar putranya itu. Duduk di sofa dengan mmegepalkan kedua tangan, tampak sekali dia menahan semua amarah.
Ibu Desy takut jika Yudha putranya berubah pikiran. Dia telah sampai dititik ini, tidak mungkin mundur lagi. Kemarin Ibu Desy juga telah bicara dengan Weny saat keduanya pergi makan malam.
Ibu Desy meminta Weny datang. Meminta wanita itu jujur akan perasaannya pada Yudha. Weny mengatakan jika dia telah menyukai Yudha sejak awal bertemu.
Saat ibu Desy mengatakan niatnya, meminta kesediaan Weny untuk menjadi istri kedua putranya, tanpa di duga wanita itu langsung bersedia.
"Mas, jangan meminta maaf denganku seperti itu. Aku rela membagi cintamu, tapi aku juga mohon pengertian darimu. Tidak mudah bagiku untuk langsung menerima semua ini. Aku harus belajar untuk membagi dirimu, cintamu dan juga perhatian darimu. Untuk itu beri aku waktu untuk menyesuaikan semuanya."
"Aku juga akan belajar tidak lagi bergantung denganmu. Belajar melupakan cintamu. Di saat aku telah bisa tampamu, mungkin aku juga akan pergi dari kehidupanmu," ucap Vira dalam hatinya.
...****************...