Andah, adalah mahasiswi yang bekerja menjadi penari striptis. Meskipun ia bekerja di hingar bingar dan liarnya malam, tetapi dia selalu menjaga kesucian diri.
Sepulang bekerja sebagai penari striptis.Andah menemukan seorang pria tergeletak bersimbah darah.
Andah pun mengantarkannya ke rumah sakit, dan memaksa Andah meminjam uang yang banyak kepada mucikari tempat dia menari.
Suatu kesalahpahaman membuat Andah terpaksa menikah dengan Ojan (pria amnesia yang ditemukannya) membawa drama indah yang terus membuat hubungan mereka jadi semakin rumit.
Bagaimana kisahnya selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CovieVy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Lenanda
"Geon tidak pernah begitu kepada orang lain. Geon tidak mengenal wanita lain selain aku. Ya, wanita di sisinya hanya aku."
Suara Lenanda semakin lama terdengar semakin lambat. Air matanya terus terjatuh dengan jumlah yang sangat banyak. "Kenapa? Hiks."
Sementara itu, mata Andah telah dibanjiri oleh mutiarq bening terus membasahi pipinya. Dia terlihat lega, saat menemukan lelaki yang ditinggalkannya dengan temannya, tetapi tidak dikenalinya.
"Kamu ke mana aja?" tangis Andah.
"Ojan nyari Andah." ucap pria itu mengusap kepala Andah.
"Kenapa mencariku ke sini? Aku kan udah menitipkan kamu sama temenku."
"Tapi Ojan nggak suka," rengeknya kembali. "Andah pergi nggak ngajak-ngajak Ojan. Apalagi Ojan tidak kenal dengan teman-teman Andah."
"Maafkan aku ya?" sesal Andah memeluk suaminya itu.
Beberapa mahasiswa yang lewat melirik mereka berdua. Andah pun sadar mereka tengah jadi bahan perhatian, sehingga segera melepaskan diri dari pelukan yang tidak pada tempatnya ini.
Ojan beberapa kali mengusap kepala Andah. "Yang penting sekarang udah ketemu sama Andah. Lain kali kalau Andah mau ke sini, Ojan nggak ikut lagi. Lebih baik Ojan nyari uang buat Andah."
Andah yang tadinya masih dibanjiri air mata, seketika tertawa mendengar ucapan Ojan yang menghalau rasa harunya. Andah menepuk lengan Ojan. "Bisa nggak sih, kali ini kita tidak membicarakan uang?"
"Bukan kah Andah sangat menyukai uang?"
"Iya, aku sangat menyukai uang. Uang yang banyak. Bukan yang receh." tawanya merasa sedikit gemas karena tingkah Ojan ini.
"Iya, Andah yang sabar ya? Nanti Ojan akan mencarikan, uang yang sangaaat banyak untuk Andah. Ojan juga akan membelikan Andah mobil yang bagus. Andah mau punya berapa mobil?"
Andah tertawa dan menarik suaminya itu pulang. "Nggak punya mobil juga tidak apa. Asal aku sama kamu aja udah cukup."
"Kata Bang Ali, membahagiakan istri itu harus dengan uang yang banyak. Belikan mobil, belikan rumah, dan belikan semua yang Andah mau. Tapi upah nyuci mobilnya belum bisa mencukupi biaya kita ya?"
Andah tersenyum manis. "Tidak apa, Ojan. Bagi Andah, bersama kamu saja telah membuatku bahagia." Andah terus menggandeng tangan pria imut itu.
"Ojan juga bahagia jika bersama Andah. Ojan sayang sama Andah."
Andah merasa bahagia mendengar apa yang diungkapkan oleh Ojan. Namun, dia mencubit pinggang Ojan.
"Aaaww! Sakit." ringisnya mengusap cubitan Andah.
"Sejak kapan kamu pintar menggombal?"
"Kata Bang Ali, kalau kita ingin sama istri terus, itu tandanya kita sayang sama dia. Ojan kan pengen sama Andah terus. Itu berarti Ojan sayang sama Andah. Andah kan istri Ojan."
Mereka berdua berjalan bergandengan tangan, merasakan indahnya kasmaran.
Sementara itu di sisi lain Lenanda meangis sesegukan mengenang masa lalu bersama Geon. Ponsel Lenanda berdering menandakan datangnya panggilan.
Pada layar datar tersebut tertulis panggilan yang datang dengan kontak bernama Jonathan. Lenanda menggeser lambang bewarna hijau.
"Halo, kamu lagi apa?" tanya seeorang di seberang panggilan.
Lenanda tidak menjawab panggilan tersebut. Dia terus sesegukan meneteskan air mata di dalam ruang kerjanya yang sedang terkunci.
"Lenanda, kenapa kamu menangis?"
Lenanda tidak mengatakan apa-apa. Dia terus menangis dan membuat Jonathan menutup panggilannya.
Dari balik pintu, terdengar sebuah suara ketukan. Lenanda masih ingin menyendiri membiarkan ketukan tersebut berharap terhenti dengan sendiri.
Namun, ketukan di balik pintu tersebut tak kunjung berhenti. Akhirnya, Lenanda menarik tisu yang ada di atas meja dan mengusap air mata beserta air hidungnya.
Setelah itu, dengan sedikit malas Lenanda bangkit dan segera membuka pintu. Wajah Lenanda datar tanpa ekspresi melihat siapa yang gigih mengganggu acara tangisannya.
Lenanda membiarkan pintu terbuka. Ia berpindah kembali pada kursi kerjanya mengambil agenda dan pulpen.
"Kamu kenapa? Siapa yang membuatmu menangis?"
Lenanda tak menghiraukan keberadaan pria yang memakai pakaian eksekutif dengan jas dan dasi. Rambutnya tersisir rapi kebelakang dengan wax yang membuat helaian rambut tersebut tidak berpindah posisi meski badai menghantam dirinya.
Jonathan membawa sebuah kantong berwarna putih. Di dalamnya berisi makanan yang sengaja dibelinya untuk Lenanda. Pria itu meletakkan makanan tersebut di atas meja kerja gadis yang berprofesi sebagai dosen itu.
Tanpa permisi Jonathan menarik kursi yang berada tepat di hadapan Lenanda. Dia duduk menangkupkan kedua tangannya pada dagu menatap luruh Lenanda yang terlihat sibuk.
"Matamu sembab, riasanmu rusak, dan hidungmu merah. Kamu tidak bisa berpura-pura di hadapanku."
Namun, Lenanda tanpa suara terus sibuk dengan kegiatannya, seakan tak melihat keberadaan Jonathan.
Karena merasa gemas, Jonathan menarik agenda yang ditulis oleh wanita cantik itu. Lenanda mengerutkan keningnya, mencoba merebut kembali benda yang sedari tadi membuatnya sibuk.
"Kembalikan!"
Namun, Jonathan dengan tenang dan datar memutar agenda yang ia rebut dari Lenanda. Pria itu mulai membaca apa yang tertulis di agenda tersebut.
"Geon mulai menghilang setelah pertunangan tanggal 9 September 2022."
Jonathan memejamkan mata dan pelipisnya terlihat sedikit bergetar. "Sekarang sudah bulan November ya? Waah, udah hampir dua bulan dia menghilang."
Lenanda menyandarkan tubuhnya pada sandaran empuk kursi yang bisa membuat tubuhnya berputar.
"Tanggal sepuluh dilakukan pencarian, tetapi belum ditemukan keberadaan Geon." Bola mata Jonathan bergerak dari kiri ke kanan, dan berlanjut lagi ke kiri bawahnya.
Dia membaca catatan yang dituliskan akan pencarian yang masih sia-sia.
"Karena terlalu memikirkan dia, sampai-sampai aku melihat semua orang seperti Geon." ucapnya sendu.
Jonathan terus memperhatikan tingkah Lenanda. "Apakah kamu sangat mencintainya?"
"Apa masih perlu ku katakan bagaimana perasaanku terhadapnya? Dia itu adalah hidupku, cinta matiku, separuh dari jiwaku—"
"Stop! Aku bosan mendengarnya!" rutuk Jonathan.
"Huuuffftt." Lenanda menghela nafas panjang.
"Aku harus bagaimana lagi agar bisa menemukan keberadaannya? Dia bagai hilang ditelan bumi dalam semalam. Dia pergi ke mana tanpa mengatakan apa-apa kepadaku?"
Jonathan tersenyum tipis, meskipun hanya sekilas. "Bagaimana jika dia memang telah ditelan bumi?"
Lenanda yang tadinya tertunduk layu, tiba-tiba menegakkan kepalanya. "Apa maksudmu?"
"Sudah hampir dua bulan kita mencari keberadaannya, tetapi hingga saat ini belum juga ada kabar mengenai keberadaannya. Jika seandainya, dia memang telah pergi untuk selamanya kamu akan bagaimana?"
Suara hentakan yang cukup keras, yang dibuat Lenanda setelah memukul meja kerjanya, membuat Jonathan terperanjat kaget.
"Tega sekali kamu berkata semikian!"
"Aku ini hanya bertanya. Jika seandainya memang demikian, kita harus bagaimana?" elak Jonathan.
"Dia masih hidup! Jika dia memang meninggal, dia pasti sudah menemuiku di alam mimpi." Mata Lenananda kembali berkaca-kaca.
"Sudah, kamu jangan menangisi dia terus! Sekali-kali kamu menangisi keadaanku gimana?" seloroh Jonathan yang terus mengambil perhatian Lenanda.
takut lo brkl bpkmu smpe dipecat???