NovelToon NovelToon
Awan Hitam Di Hidupku

Awan Hitam Di Hidupku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Percintaan Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Trauma masa lalu
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rickaarsakha

Kesalah pahaman dua sahabat lama membuat putri salah satu di antara mereka harus menanggung derita. Ratia, putri dari keluarga Atmojo yang trus di kejar dan harus di habisi oleh keluarga Baskoro.
Ratia kecil terpaksa di sembunyikan di sebuah negara, di mana hanya kakeknya saja yang tau. Bertahun-tahun di cari, keberadaan Ratia tercium. Namun dengan cepat kakeknya menikahkan Ratia pada keluarga yang kaya dan berkuasa. Ternyata hal itu membuat Ratia semakin menderita, Aksara memiliki banyak wanita di hidupnya. Perlakuan tidak menyenangkan trus Ratia dapatkan dari suaminya itu. Dengan kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Ratia dia berhasil meluluhkan hati sang suami, namun Ratia terlanjur membenci suaminya Aksara. Rasa benci Ratia pada sang suami dan keluarganya membuat dia ingin mengakhiri hidup. Namun dengan segala cara Aksara mencegah hal itu, dan membuat Ratia luluh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rickaarsakha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ratia

Di meja makan malam ini, wajah Hanggoro dan Dewi nampak begitu tegang. Tidak terlihat antusias sedikitpun. Hanya terdengar helaan nafas yang amat berat dari keduanya.

"Bagaimana pekerjaan mu Hanggoro?" Kusuma memulai pembicaraan malam ini, Kusuma tahu betul jika mereka sudah menunggu apa yang akan ia katakan mengenai Ratia.

"Lancar yah, semua terkendali," jawab Hanggoro sekenanya saja.

"Apa yang ingin ayah katakan malam ini?" Kartika nyonya besar di rumah itu langsung bertanya, karna ia nampak sudah sangat tidak sabar untuk mengetahui kabar apa yang akan mereka dengar kali ini.

"Habiskan isi piring kalian terlebih dahulu!" tanpa basa-basi semua anggota keluarga dengan cepat menghabiskan makanan yang sudah mereka masukkan kepiring.

"Kenapa terburu-buru sekali, ini bukan kabar buruk!" kali ini bibir Kusuma sedikit terangkat membentuk sebuah senyum.

"Ayah katakan saja sekarang," kali ini Hanggoro terpaksa melayangkan protesnya. Rasa yang berkecamuk di dadanya sudah tidak dapat di bendung lagi.

"Lihat ini siapa?" Kusuma langsung menyerahkan hpnya kepada Hanggoro.

"Ayah, apakah ini putri ku?" Kusuma hanya menggangguk. Tanpa aba-aba dan bicara lagi, air mata Hanggoro dan istrinya membasahi meja makan.

Saat sedang memandangi foto-foto secara bergantian, hp milik Kusuma berdering. Terlihat di layar nama Erina memanggil.

"Ayah Erina menelpon!"

"Angkat saja."

"Hallo tuan, selamat malam," terdengar suara di sebrang telepon.

"Hallo Erina, mana anakku?" Hanggoro yang sudah tidak sabar mendengar suara putri kecilnya.

"Nona silahkan bicara," kata-kata Erina terdengar begitu lembut saat iya menyerahkan hp pada Ratia.

"Pak aku harus bicara apa?"

"Apa saja, tanya kabar atau tanya sudah makan apa belum juga boleh," pembicaraan mereka terdengar jelas di saluran telepon. Suara yang begitu mereka rindukan sejak lama, akhirnya terdengar.

Hanggoro dan yang lainnya tak mampu mengeluarkan kata-kata untuk memulai bertanya, hanya isak tangis terdengar jelas oleh mereka yang di seberang telepon.

"Ayah, ibu ini aku Ratia," tak ada jawaban dari yang di panggil, suara tangisan kian memenuhi ruangan. Karena mereka tidak ada yang mampu menguasai diri dengan terpaksa Kusuma mengambil alih pembicaraan.

"Hallo sayang, ini kakek. Ayah dan ibumu belum mampu bicara,"

"Apa ayah dan ibu menangis kek?"

"Iya tapi hanya sedikit saja, oh iya Ratia bagaimana apa betah di sana?"

"Betah kek, di sini tidak ada yang jahat." ada kelegaan yang begitu besar di hati Kusuma namun ada rasa sedih yang begitu dalam mendengar apa yang di ucapkan sang cucu.

"Oh iya, paman Wira sama nenek mana?"

"Semuanya ada di sini, sedang mendengar suara Ratia,"

"Oh, kenapa mereka diam saja kek?"

"Katanya, besok Ratia langsung menelpon kenomor mereka saja.''

"Kek, apa kakek gak Rindu sama Ratia?" ingin rasanya Kusuma ikut menangis sekuat-kuatnya, bagaimana mungkin ia tidak rindu.

"Sayang, kakek sangat merindukan mu." melihat sang ayah yang mulai menangis, Wira segera merebut hp yang di pegang sang ayah.

"Ratia ini paman, Ratia paman rindu,"

"Paman, kenapa lama sekali menelpon ku?"

"Ratia maafkan paman," hanya kata maaf dan rindu yang berulang kali Wira mampu ucapkan.

"Paman besok apa Ratia boleh menelepon lagi?"

"Tentu saja paman akan menunggu besok ya."

"Baik kalau begitu, ini pak Muh katanya mau bicara sama kakek atau ayah juga boleh."

"Tuan, saya mau bicara,"

"Iya ada apa pak?, ini saya." Kusuma dengan cepat menguasai diri kembali.

''Apakah sudah aman untuk menelepon ke keluarga Hadinata tuan?"

"Tidak masalah, sekarang Birawa masih belum begitu sehat. Mereka nampaknya akan fokus pada perusahan saja,"

"Baik tuan, mungkin itu saja. Besok atau lusa kami akan menelepon kembali."

Raut wajah bahagia begitu terpancar di wajah Hanggoro pagi ini, setelah sekian tahun tidak pernah terlihat begitu ceria.Bahkan tadi pagi, siulan di bibir Hanggoro terdengar.

"Selamat pagi tuan."

"Selamat pagi juga pak." tidak biasa seorang Hanggoro membalas sapaan dari satpam yang membukakan pintu untunya. Ucapan selamat pagi dari semua karyawan pun tidak ada yang tak di balas oleh Hanggoro.

''Ada apa dengan tuan Hanggoro ya, ada yang aneh hari ini?"

"Iya, jujur saja saya sedikit merinding. Sekian tahun saya bekerja disini belum pernah bos kita itu senyum." Bisik-bisik dari para karyawan yang sangat bingung dan merasa aneh, tapi tentu saja mereka berani bicara seperti itu setelah Hanggoro sudah menjauh.

Setelah memasuki ruangannya, Hanggoro hanya duduk dan menatap benda pipih di tangannya itu terus menerus. Tidak ada tanda-tanda ia akan memulai pekerjaan yang sudah menumpuk di meja kerja.

Ketukan di pintu membuat Hanggoro tersentak.

"Masuk!"

"Maaf tuan, apa berkas sudah anda tanda tangani?"

"Apa harus selesai hari ini?"

"Iya tuan."

"Baik-baik akan segera selesai.", dengan cepat Hanggoro memulai bekerja, sesekali iya melirik foto Ratia yang di kirim oleh Erina pagi ini.

Di kediaman Keluarga Suharjo Hadina, suasana bahagia juga begitu terasa. Erina juga sudah menelepon dan mengirim beberapa Foto, membuat kesehatan Suharjo langsung pulih dengan begitu cepat.

"Mana yah, foto Ratia?" Cipto yang langsung berkunjung ke rumah orang tuanya, sesat setelah di kabari bahwa Ratia sudah bisa di hubungi.

"Lihat, dia sangat cantik bukan?" Suharjo menunjukkan beberapa foto Ratia dengan bangga. Tidak ada kata-kata yang mampu Cipto ucapkan, hanya senyum penuh dengan kebahagian yang trus terlihat di wajahnya.

"Ayah harap kita segera bisa bertemu dengannya." Kerinduan Suharjo pada cucu yang ia rawat sejak bayi bersama istrinya itu sudah menggunung. Tidak ada kata-kata yang sanggup menggambarkan kepedihan dan kerinduannya.

"Yang penting kita sudah tau yah, bahwa Ratia baik-baik saja. Suatu saat kita pasti akan bertemu." ucap Cipto yang tau bahwa sang ayah masih di liputi kesedihan.

Hari, bulan dan tahun pun berganti, Ratia tetap belum bisa kembali ke tanah air. Beruntung komunikasi antara Ratia dan keluarganya terjalin begitu baik. Hanggoro trus mengembangkan prusahaan mereka dengan semaksimal mungkin. Begitupun dengan Wira, ia bahkan sudah berpikir untuk memiliki anak dengan proses bayi tabung.

Malam ini Hanggoro dan Wira tidak dapat pulang untuk makan malam bersama. Dewi dan Istri Wira juga sedang pulang ke rumah orang tua mereka masing-masing. Begitu pun dengan Rama, ia memilih untuk ikut serta bersama ibunya. Hanya menyisahkan Kusuma dan sang istri bersua saja di rumah yang sangat besar ini.

"Apa kita hanya akan berdua saja di rumah ini mas?" ucap Kartika.

"Mau bagaimana lagi, anak cucu kita akan punya kehidupan masing-masing." ucap Kusuma dengan santai. Ditengah-tengah obrolan Kusuma dan sang istri Erina menelepon.

"Tuan, ada sedikit masalah." nada bicara Erina terdengar begitu takut.

"Masalah?" bayangan hal buruk mengenai keadaan Ratia datang menyerbu pikiran Kusuma.

1
Neneng Dwi Nurhayati
buat latia pergi kak
Ricka Arsakha: uda pergi dia kak, uda ketabrak kereta malah. sekali lg trimksih sudah membaca karya pertama ku, semoga kk sehat sllu ya
total 1 replies
Neneng Dwi Nurhayati
lanjut Kak
double up
Neneng Dwi Nurhayati: /Smile/
Ricka Arsakha: oke kk
trimaksih bnyak sdh membaca tulisan ku
total 2 replies
Yami CB
Beberapa hari sudah bersabar, tolong update sekarang ya thor!
Ricka Arsakha: baik kk, trimaksih banyak sudah membaca
total 1 replies
Legato Bluesummers
Setiap adegan makin bikin penasaran, jangan berhenti thor!
Ricka Arsakha: alhmdllh terimksih bnyak kk sudah membaca
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!