Memiliki latar belakang yang tidak megah membuat Angrek tidak terlalu banyak berharap pada hubungan asmara. Tapi sesuai namanya Angrek, pesonanya memukau banyak orang yang memandangnya. Mungkin bagi setiap wanita mendambakan pesona tang Angrek miliki.
Wajah cantik , putih, tinggi semampai dan menonjol di tempat yang tepat tentu impian setiap wanita, dan itu ada pada diri Angrek. Angrek tentu saja sangat mensyukuri kelebihan yang Allah berikan padanya. Tapi siapa sangka wanita cantik itu bernasip malang.
Tepat di hari pernikahannya dengan salah seorang anak pengusaha terpandang di negerinya. Anggrek harus menerima pahitnya sebuah cinta. Bahkan pada saat bahtera rumah tangga itu baru di mulai, pelaminan yang seharusnya menjadi saksi akan kebahagiaan mempelai malah harus menyaksikan kisah pilu seorang Anggrek.
Penasaran? Yuk ikuti kisah perjalanan Anggrek dengan judul cerita Luka di Pelaminan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tindek_shi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanpa Masa Depan
Setelah tidur lumayan lama, Arjuna terbangun dari tidur lelapnya. Pria tampan itu beranjak dari tempat tidurnya dengan perlahan karena wanita cantik yang sekarang adalah istrinya tengah tertidur lelap di sampingnya.
Arjuna berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tidak membutuhkan waktu lama dia selesai membersihkan diri. Arjuna mengenakan celana training dan baju kaus santai yang membuat tubuhnya terlihat cool dan juga lengan baju yang mencetak otot-otot kekarnya.
Arjuna keluar dari kamarnya dan berpapasan dengan sang Mamah yang tengah membawa segelas kopi hangat di tangannya.
"Tumben Mah minum kopi di pagi hari?" tanya Arjuna yang heran dengan sang Mamah yang tidak biasa meminum kopi malah minum kopi di siang bolong begini.
"Ini bukan pagi lagi tapi udah siang Arjuna! Ngak jadi ke kantor?" tanya Nyonya Besar heran melihat Putranya berpakaian kasual ala rumahan.
"Ngak deh Mah, aku ambil cuti saja satu minggu ke depan. Rencananya aku mau mengajak Anggrek pergi berbulan madu, aku akan ikuti rencana Mamah dan Papah," kata Arjuna dengan wajah lesu.
"Mau bulan madu kok wajahnya lesu begitu, yaudah ikut Mamah ke ruang kerja Papah!" perintah Nyonya besar seraya berjalan mendahului Arjuna.
"Papah memangnya ngak ke kantor Mah?" tanya Arjuna yang merasa heran sang Papah ada di rumah siang-siang bolong begini.
"Papah kamu itu sudah tua, tidak sehatusnya terlalu memforsir tenaga buat bekerja, andai aja kamu sudah sepenuhnya bisa menerima Anggrek, pasti Mamah akan ajak Papah kamu hidup menepi di Villa kita yang masih sangat asri karena terletak di pedesaan," kata Mamah tanpa menoleh.
"Arjuna juga lagi belajar Mah, ngak semuanya bisa mau dalam sekejap. Arjuna butuh ruang dan waktu untuk bisa menerima Anggrek dalam hidup Arjuna, Mah!" jelas Arjuna masih membuntuti sang Mamah.
"Udah kamu ngak kreatif, masa kalimat sederhana begitu harus meniru lirik lagu!" ejek Mamah tepat tiba di depan ruangan Papahnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Loh, kamu ngak jadi kerja rodi di kantor?" tanya Sang Papah saat melihat anak semata wayangnya ada di rumah.
"Ngak Pah, Arjuna ikut saran Mamah dan Papah saja! Arjuna akan ambil waktu untuk berbulan madu bersama Anggrek tapi Arjuna akan tetap menerima file-file penting prusahaan via email melalui sekretaris Arjuna ya Pah! Biar urusan kerja ngak numpuk!" putus Arjuna.
"Huft ini nih! Asli tahu ngak Pah, keturunan kamu banget! Memang jagonya bikin Mamah naik darah! Mana ada orang Honeymoon bawa-bawa kerjaan coba! Makanya kamu itu jangan terlalu lurus-lurus jadi laki-laki! Isi otak kamu kerja-kerja aja, bini kamu iyu cantik Arjuna! Kalau kamu Anggurin jadi janda sekali lagi juga banyak laki-laki yang rebutan mau sama dia!" peringat si Mamah kesal.
"Mah, Papahkan udah taubat Mah! Sekarangkan juga udah ada Arjuna yang ngurusin kantor!" kata Papah membela diri.
"Capek Mamah kalau ngomong sama kamu Pah! Sekarang apalagi sudah dua kubu begini, Mamah mah bisa apa?" kata Si Mamah yang ngambek dan keluar dari ruangan si Papah.
Lama keduanya saling diam, Arjuna sibuk dengan ponsel di tangannya seraya melihat email yang masuk di kirim oleh bawahannya di kantor dan si Papah sibuk dengan berkas-berkas.
"Apa yang Mamah kamu bilang benar Arjuna! Mamah dan Papah bangga sekali punya anak yang bisa di andalkan seperti kamu! Tapi sekarang kamu sudah memiliki pasangan, meski kamu menikahinya secara terpaksa setidaknya belajarlah menerimanya dengan ikhlas..." Papah menjeda ucapannya.
"Mungkin saja kegagalanmu menjalin hubungan bersama wanita-wanita pilihanmu sebelumnya adalah dampak baik untuk ini semua! Kamu tahu bukan takdir tidak pernah salah, jika memang sudah jalannya begitu maka akan tetap terjadi sekeras apapun kamu menolaknya!" kata Papah menasehati sang Anak satu-satunya seraya menarawang jauh mengingat masa suramnya yang gelap.
"Kenapa Papah bilang begitu? Papah senang banget ya aku ngak jadi sama Jessika?" tanya Arjuna dengan nada kesal pada sang Papah.
"Papah yakin tanpa Papah jawabpun kamu tahu mana yang terbaik dan karena apa Papah dan Mamah ngelarang hubungan kamu sama Jessika! Kita sama-sama tahu, karir model baginya adalah segalanya dan dia selalu menunda saat kamu mengajak menikah. Belum lagi saat pemotretan, mantan kamu itu tidak pernah pilih-pilih jenis pemotretan! Walau kata pakaian yang dia gunakan layaknya telanjang dia tetap ikut pemotretan itu!"
Papah menarik nafas panjang, sungguh jika mengingat bagaimana Arjuna begitu berkeras hati ingin menikahi wanita J*lang itu tanpa mau menghiraukan peringatan yang di berikan oleh dirinya dan sang istri. Papah bukan orang bodoh yang membiarkan dengan siapa saja Arjuna menjalin hubungan, pria tua itu mencari tahu semua yang berhubungan dengan Jessika ketika sang anak mengenalkan Jessika pada mereka sebagai kekasih.
Setelah mengetahui latar belakang dan sepak terjang seorang Jessika, sungguh Jessika adalah jenis minantu yang paling mereka hindari.
"Sudahlah, jangan bahas lagi mengenai wanita itu! Lama-lama Papah naik darah juga gara-gara mengingat mantan-mantan kamu yang ngak jelas itu!" kata si Papah.
"Anggrek kemana?" tanya Papah pada anaknya.
"Anggrek masih terlelap Pah," kata Arjuna enteng.
Si Papah tersenyum mengingat jika anak dan menantunya bisa saling menerima.
"Sudah terpikirkan akan membawa Anggrek berbulan madu? Sudah tahu tempat mana yang akan di tuju?" tanya Papah pada Arjuna.
Arjuna menghela nafas, sungguh dia sebenarnya tidak terlalu menginginkan melakukan bulan madu. Bagaimanapun dirinya dan Anggrek masih pada tahap saling mengenal. Tapi Arjuna tidak ingin lagi jika Anggrek kembali mengatakan hal-hal yang tidak dia inginkan. Dengan mengikuti permintaan Anggrek setidaknya Arjuna tidak membuat Mamah dan Papahnya terlalu memikirkan permasalahan rumah tangganya.
"Ya sudah Pah, aku mau mengerjakan pekerjaan kantor yang masuk via email yang di kirim sekretarisku," kata Arjuna berlalu pergi.
Clek
Suara pintu terbuka dengan suara pelan, si pemilik kamar yang tengah terlelap tidak menyadari sama sekali jika ada seseorang yang memasuki kamarnya.
"Wajahmu teramat indah dan tidak pernah puas mata ini memandang wajah cantik mu," lirih pria itu seraya menatap dalam wanita yang tertidur lelap itu.
"Meski ini bukan rencanaku tapi tidak bisa aku pungkiri jika ada rasa bahagia bisa memiliki dirimu! Tapi maafkan aku, untuk sebuah cinta dan kisah yang manis aku sudah enggan mengulanginya," lirinya kembali.
"Kepercayaan dan rasa cinta sudah aku kubur dalam-dalam bersama hancurnya hatiku karena perselingkuhan orang terkasih ku. Jika suatu hari nanti keadaan sudah jauh lebih baik aku pasti akan melepaskan dirimu. Maafkan aku, karena aku yang membuatmu terkurung dalam penjara gelap ini. Aku harap kau segera bertemu pangeran berkuda putih yang bisa segera memberikan kebahagiaan padamu,"
"Jika saat itu tiba aku akan dengan ikhlas menepi dari hubungan tanpa masa depan ini," lirih pemuda itu
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...