Yoooooo.... my Family, welcome back to my story. Sesuai permintaan, aku lanjut nulis Zandra. Dan ini adalah Zandra season 6, semoga kalian suka yaaa.❤️❤️❤️
Kembalinya penerus Zandra, yang mana semua anggota keluarganya harus berpencar. Setelah kematian sang legendaris Yumi, dan alasan lain harus memimpin perusahaan di setiap kota dan negara.
Keturunan Zandra, yang memilih untuk tetap tinggal di rumah utama. Ternyata mendapatkan petualangan misteri, dan tentunya berhubungan dengan MEREKA (si makhluk halus)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fakta Mengejutkan dan Kematian Tiga Sahabat
"Kiyai, bila mas Rizal sudah meninggal satu tahun lalu. Jadi, yang menikah dan tinggal dengan saya selama satu tahun ini siapa?" tanya Bunga, ia mulai ketakutan.
Blank... Bunga benar-benar merasa gelap saat ini, apa selama ini ia tinggal dengan arwah seseorang yang telah tiada?
Air matanya menetes, yang semakin lama. Tetesan itu, berubah menjadi aliran yang cukup deras.
Sederas air terjun Niagara, anjay🤣🤣
"Kalau boleh tau, nak Rizal meninggal karena apa?" tanya pak Narto
"Rizal meninggal saat perjalanan hendak pulang ke kota, bis yang ia naiki mengalami kecelakaan dan masuk jurang. Tak ada satupun yang selamat, termasuk Rizal." jawab pak kiyai, yang mana membuat Bunga semakin histeris.
Ki Umar terdiam, ia menundukkan kepalanya dan menghembuskan nafas pelan. Ia kembali menegakkan kepalanya, menatap lama Bunga.
Lalu ki Umar menutup mata, ia menerawang apa yang terjadi? Setelah beberapa menit, beliau kembali membuka mata dan menatap Bunga juga pak Narto, secara bergantian.
"Pria yang selama ini tinggal dan bercampur dengan nak Bunga, adalah seseorang dari bangsa Jin"
DEG
Bunga menggeleng kan kepalanya, tangisannya semakin menjadi.
"Ki... Apa yang harus kami lakukan sekarang? Saya tidak mau, putri saya seperti ini terus menerus." tanya pak Narto
"Apa disini ada yang bisa mengaji?" tanya ki Umar
"Ada banyak ki" jawab pak Narto
"Saya lihat di belakang rumah ada kolam ikan, apa nak Narto bisa membawa orang-orang tersebut ke sana?" pinta ki Umar
"Bisa, sangat bisa ki." pak Narto segera keluar rumah, ia pun meminta tolong pada para pemuda di desanya. Untuk segera datang ke rumahnya dan berkumpul, di belakang rumah.
Meski heran, namun mereka semua setuju. Para pemuda yang berjumlah 17 orang itu, gegas mengikuti pak Narto. Mereka langsung ke belakang rumah, di sana sudah ada ki Umar dan Bunga yang tengah menggendong putranya.
Sedangkan ki Umar terus menatap tajam, pada bayi yang ada dalam pelukan Bunga.
"Ki Umar, mereka sudah berkumpul." ucap pak Narto, yang menyadarkan ki Umar.
"Alhamdulillah, kalau begitu saya minta kalian duduk mengelilingi kolam." pinta ki Umar
Para pemuda tersebut, menurut. Mereka segera mencari posisi, setelah siap. Mereka semua duduk sila, menghadap kolam.
Bunga dan pak Narto, hanya diam menyimak. Ki Umar meminta para pemuda tersebut, untuk memulai membaca Alquran yang mereka bawa. Dengan surat yang sebelumnya, beliau sebutkan.
Terdengarlah ayat-ayat suci menggema di tempat tersebut, dibacakan nyaring sesuai permintaan ki Umar.
"APAPUN YANG TERJADI, KALIAN TIDAK BOLEH BERHENTI MEMBACANYA" teriak ki Umar
Awalnya masih terlihat tenang, namun lama-lama. Terdengar jerit tangis, yang berasal dari gendongan Bunga. Semua mengalihkan tatapannya, namun tak berhenti mengumandangkan ayat-ayat tersebut.
Saat Bunga hendak menenangkan bayinya, dengan maksud memberikan ASI. Ki Umar berteriak dan segera merebut bayi tersebut, menyebabkan tangisan bayi semakin kencang.
"JANGAN"
"Pak Kiyai, apa yang aki lakukan? Saya harus segera menenangkannya, kenapa aki ambil?" tanya Bunga dengan rasa marah, karena ki Umar merebutnya secara kasar.
"TIDAK, ANAK INI BUKAN BAYI MANUSIA" teriak ki Umar, mengejutkan semua orang.
"JANGAN BERHENTI" para pemuda itu tersadar, bila mereka berhenti. Segera mereka melanjutkan, membaca Alquran kembali.
"Apa maksud kiyai, kembalikan putra saya" pinta Bunga
Namun bukannya di kembalikan, ki Umar malah berjalan menjauhi Bunga dan mendekati kolam.
Tanpa aba-aba, ki Umar melemparkan sosok yang disebut 'anakku' oleh Bunga.
"TIDAAAAKK" teriak Bunga, saat ia hendak mendekati kolam
Hal diluar nalar terjadi, air di kolam tersebut membentuk pusaran air. Pusaran yang tadinya kecilnya dan pelan, makin lama semakin besar dan cepat.
Tentu saja hal tersebut membuat semua orang terbengong, menyaksikannya. Namun ki Umar kembali meminta, mereka untuk melanjutkan bacaannya.
Bacaan yang semakin lama, semakin kencang. Dan semakin kencang pula pusaran air tersebut...
Hal yang membuat semua orang terkejut adalah, di dalam pusaran air tersebut muncul seekor lintah. Lintah yang sangat besar, saking besarnya. Membuat para pemuda mundur ketakutan, ada beberapa orang yang menghentikan bacaannya.
Tentu saja membuat mereka ketakutan, karena ukuran lintah tersebut sangat tidak normal. Ukuran lintah tersebut, mungkin mendekati 2 meter.
Brugh
Tubuh Bunga dan pak Narto jatuh terduduk, menyaksikan hal tersebut.
Lama-lama lintah tersebut, semakin besar dan....
DUAAARR
YA... tubuh lintah tersebut meledak, membuat semua orang terdiam. Diam sediam-diamnya, darah bermuncratan kemana-mana. Tetapi pusaran air, masih ada dan belum berhenti.
Tanpa mereka sadari, ada satu sosok yang berjalan marah mendekati Bunga. Sosok yang menyerupai Rizal selama ini datang, dengan wajah memerah.
Seperti yang dilakukan oleh Ki Umar, sosok itu menarik tubuh Bunga yang masih dalam keadaan terduduk di lantai. Dan melempar Bunga, ke dalam pusaran air tersebut.
"BUNGA" teriak pak Narto
'SI*LAN KALIAN SEMUA' teriak sosok tersebut
Bersamaan dengan kembali tenangnya air kolam, dan menghilangnya sosok tadi. Yang membuat semua kembali terheran adalah, hilangnya tubuh Bunga.
Pak Narto berteriak histeris, putrinya hilang. Ia tak kembali, putrinya dibawa pergi oleh sosok yang menyerupai Rizal selama ini.
Selama dua minggu pak Narto, masih menangisi hilangnya Bunga. Ia terus meratapi kepergian Bunga, yang secara tiba-tiba dan tak wajar tersebut.
Lambat laun, pak Narto bisa menerima. Dengan bantuan ki Umar, pak Narto bisa meng ikhlaskan putrinya. Meski hati kecilnya masih menolak kenyataan ini, jasad putrinya tak ada.
Orang tua mana, yang bisa menerimanya. Kalau pun harus meninggal, bukankah seharusnya ada tanah pemakaman yang bisa di datangi. Bila dirinya merasa rindu, tetapi bagaimana dengan dirinya?
Dan selama dua minggu itu juga, Maya dan Ratna meninggal secara bergantian.
Minggu pertama, Maya yang saat itu hendak mengambil wudhu. Untuk melaksanakan shalat pertamanya, setelah kembali dari dukun.
Terkejut karena air yang tadinya mengalir jernih, berubah saat berkumpul di telapak tangannya. Menjadi sekumpulan lintah, dalam jumlah yang tidak sedikit.
"kyaaaaaaa..... Lintaaaahhh, ibuuuu" teriaknya
Maya yang terkejut, ia segera berlari keluar dari kamar mandi. Namun karena lantainya yang licin, membuat dirinya terpeleset dan jatuh. Dengan kepala belakang, membentur bak. Sehingga membuat Maya, tewas seketika.
Di Minggu kedua, dimana Ratna yang tengah mencuci piring. Dengan posisi berjongkok, karena tidak memiliki wastafel. Ratna yang menampung air, ke dalam baskom besar.
Langsung bangun dari jongkoknya, karena terkejut dengan apa yang ia lihat. Air yang susah terkumpul di dalam baskom, berubah menjadi sekumpulan lintah seperti yang terjadi pada Maya.
"Kyaaaa.... Bapaaaakkk, ada lintaaaahh". teriaknya
Mirip dengan kejadian Maya, Ratna juga terpeleset sabun cuci piring yang berceceran akibat ulahnya sendiri. Sehingga menyebabkannya dirinya jatuh, dan kepalanya membentur kera air.
Ratna pun tewas seketika, tak adanya orang dirumah. Membuat tubuhnya yang sudah bersimbah darah, terlambat ditemukan.
Dan terakhir, di hari ini. Dimana korban selanjutnya adalah Keyla, terjadi saat ia akan mandi.
Keyla yang berendam di dalam bethub, saat dirinya sedang merilekskan tubuhnya di dalam air hangat.
Tiba-tiba terdiam mematung, sedikit berbeda dengan kematian Maya dan Ratna. Air di dalam bethub berubah, menjadi lintah-lintah kecil.
Yang membedakan nya adalah, lintah kecil tersebut. Bergabung menjadi satu, sehingga membentuk lintah dalam bentuk yang sangat besar.
Lintah tersebut melilit tubuh Keyla, sampai dirinya meninggal karena kehabisan nafas. Lintah itu pun berubah wujudnya, menjadi Bunga.
Sampai dimana warga melihat arwah Bunga, melayang ke rumahnya.
FLASHBACK OFF
...****************...
Jangan lupa jadiin Favorit dan tinggalkan jejak, like, komen, vote dan gift 🥰🥰🥰
...Happy Reading All...
itu sosok siapa perempuan yg bantu luna ghava y🤔 lanjutttt ,,,,
btw siapa yah wanita yg muncul mmbantu..... 😊😊😊