Kihana Betaria Lutfi terpaksa menerima perjodohannya dengan pria yang sangat ia benci.
Ayahnya mengatakan jika keluarga nya memiliki hutang pada keluarga Dude yang tidak bisa di lunasi dan keluarga Dude menginginkan Hana menjadi istri dari anak pertama mereka bernama Reynan Dude yang juga merupakan guru di tempat Hana sekolah.
Pernikahan mereka di rahasiakan dari seluruh guru dan pihak sekolah karena Hana tidak ingin di keluarkan dari sekolah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Pagi hari Hana dan Rey bersiap menuju ke sekolah. Hari ini adalah hari Senin hari pertama Hana untuk menjalani tryout.
Sebelum masuk ke kelas para siswa dan guru mengikuti upacara pagi hari. Setelah upacara mereka semua masuk ke kelas dan bersiap menunggu pengawas.
Entah kenapa pagi ini Hana merasa sangat mual. Padahal biasanya ia bisa menahan rasa mualnya setelah meminum obat mual. Tapi saat upacara tadi beberapa kali Hana tidak bisa menahan mual.
Sepanjang mengerjakan soal, Hana mengerjakan soal tryout dengan menahan mual.
Setelah pengawas pergi dari kelas dengan membawa lembar jawaban hasil tryout. Hana menghubungi Rey untuk membelikannya permen mint.
Sepertinya makanan itu bisa meredakan mualnya. Rey memanggil Sean untuk memberikan bungkusan permen yang ia bawa pada Hana. Karena ia tak ingin membuat sang istri tidak nyaman jika dirinya yang memberikan sendiri.
"Ada apa pak Rey panggil saya?" tanya Sean.
"Saya mau titip ini untuk Hana. Tolong kasih Hana ya Sean."
"Oh, baik pak. kalo gitu saya kasihkan ke Hana."
"Terimakasih Sean."
"Iya pak!"
Sean berjalan meninggalkan Rey yang masih berdiri di bawah tangga melihat kepergian Sean.
Setelah Sean masuk ke dalam kelas, Rey kembali ke ruangannya.
"Hana, ada titipan dari pak Rey." Sean mendekati meja Hana dan meletakkan bungkusan plastik putih di atas meja Hana.
Hana yang sedang menelungkupkan wajahnya langsung mendongak.
"Terimakasih ya Sean."
Sean tersenyum dan mengangguk. "Sama-sama." jawabnya. Lalu kembali duduk di mejanya.
Hana cepat-cepat membuka bungkusan permen mint tersebut dan mengambilnya satu buah lalu memakannya.
Ia menghembuskan nafas lega setelah memakan permen itu. Ternyata benar dugaannya jika permen mint bisa meredakan mualnya.
"Bagi geh, makan sendiri aja." kata Laura langsung mencomot permen milik Hana.
"Ish, ambil aja kenapa sih."
"Kenapa pak Rey ngasih permen beginian. sebungkus gede lagi. Dia mau bikin Lo sakit gigi ya?" tanya Laura sambil mengemut permennya.
"Gw yang minta."
"Haah, edan. Ngapain minta permen sebanyak ini? Pengen diabetes apa gimana?"
"Pengen aja makan permen. Memang nggak boleh?"
"Hiis, menyebalkan."
Hari pertama tryout sudah usai. Hana dan teman-temannya masih betah di kelas. Beberapa dari temannya ada yang sudah pulang ke rumah ada juga yang masih berkumpul di basecamp mereka di sekolah ini. Seperti Sean, Anton, Roby dan Leo. Mereka berkumpul di basecamp mereka yang berada di belakang gedung sekolah.
"Guys, gw mau pipis dulu ya." pamit Hana pada teman-temannya.
Mereka semua masih asik mengobrol dan membiarkan Hana pergi. Hana menyusuri koridor kelas menuju toilet di lantai 3. Namun saat berada di sana tolet penuh.
Ia memutuskan untuk menuju ke toilet sang suami. Hana mendatangi ruangan Rey dan langsung masuk tanpa mengetuknya.
Saat Hana masuk ke dalam ruangan Rey, Maura tidak sengaja melihatnya. Ia akan memarahi Hana karena sudah lancang masuk ke ruangan wakil kepala sekolah tanpa mengetuk pintunya terlebih dulu.
Tapi saat akan membuka kembali pintu ruangan Rey Maura mengerutkan keningnya karena ia tidak bisa membukanya.
"Kenapa pintunya di kunci. Anak tadi bukannya anak 12 IPA 1 kan, ada kepentingan apa dia masuk ke ruangan pak Rey. Dan kenapa pintunya di kunci?" Maura bertanya sendiri.
Di dalam ruangan. Rey yang sedang menatap layar komputer di depannya terkejut saat melihat kedatangan istrinya.
"Sayang,-" belum sempat Rey melanjutkan pertanyaannya Hana sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar mandi di ruangannya.
Brak
"Astaga, kebiasaannya nggak berubah juga." Ret menggelengkan kepalanya dan kembali pada pekerjaannya.
Setelah mengosongkan kandung kemihnya Hana keluar dari toilet dengan perasaan lega.
"Sayang kenapa?" tanya Rey penasaran.
"Kebelet pipis hehe." Hana tersenyum dan mendekati Rey. Ia duduk di pangkuan Rey dan menghirup dalam-dalam aroma maskulin milik sang suami yang menenangkan.
"Hmmm, wangi."
Reynan mengusap-usap punggung Hana. "Apa masih mual hmm?"
Hana mengangguk tanpa mengalihkan wajahnya dari ceruk leher Reynan. "Masih, permennya habis mual lagi."
"Tapi jangan kebanyakan makan permen."
"Ya mau gimana, anak Abang aneh. Mual nya nggak ilang-ilang. Giliran cium wangi Abang baru mualnya hilang."
Reynan terkekeh mendengar perkataan Hana. Ia lalu menggendong Hana menuju sofa. "Berarti dia memang anak Abang. Abang pengen nengok ah."
"Abang, ish. Modus! Tau gini Hana nggak kesini tadi."
"Habis Abang suntik nanti kamu pasti nggak mual lagi. Percaya deh." jawab Reynan sambil membuka satu persatu kancing seragam Hana.
Hana hanya bisa pasrah membiarkan sang suami menikmati tubuhnya. Reynan senang karena Hana melenguh saat bibirnya menyesap bagian-bagian tubuh sang istri.
Setelah puas mereguk kenikmatan dari Hana. Rey bangkit dari atas tubuh Hana. Ia menciumi perut Hana yang sedikit membuncit.
"Baby senang kan Daddy tengok. Jangan bikin Mommy mual lagi oke." kata Rey berusaha mengajak kecebongnya yang tumbuh di rahim Hana berkompromi.
Hana hanya mengulum senyum mendengar Rey mengajak anak mereka di dalam perut berbicara. Hana belum merasakan gerakan apapun dari dalam perutnya karena baru menginjak 4 bulan. Hanya kedutan yang terkadang ia rasakan.
Hana mengusap-usap rambut Reynan dan sesekali menjawab pertanyaan Reynan saat Rey bertanya pada anaknya.
"Sudah Abang, Hana mau balik ke kelas. Takutnya mereka ninggalin Hana."
"Memangnya mau kemana?" Tanya Rey lalu bangkit dari atas perut Hana. Ia kembali merapihkan pakaiannya yang sempat ia lepas setelah itu juga membantu Hana memakai kembali pakaiannya.
"Oh iya, Hana mau izin. Hari ini ke mall. Mau nonton boleh ya." kata Hana di sela-sela Rey memakaikannya baju.
"Sama siapa aja?"
"Sama Laura, Lusy, Sarah." jawab Hana.
"Jangan pulang sore-sore. Dan perginya sama Rury. Ingat kamu sedang membawa kecebong Abang, kalau sampai terjadi sesuatu sama kecebong Abang, nggak akan lagi Abang izinin kamu pergi."
"Siap bos." kata Hana dengan senyum mengembang. Ia merasa geli mendengar Rey menyebut kecebong.
"Ya sudah."
"Tapi Hana minta uang cash. Hana nggak punya uang cash."
"Kan bisa ambil di ATM."
"Hana nggak bawa ATM nya bang, ATM nya Hana tinggal di rumah."
"Ya sudah." Reynan merogoh saku celananya untuk mengambil dompet. Ia lalu menyerahkan beberapa lembar uang merah pada Hana.
"Segini cukup?"
"Hehe, cukup kok. Makasih Abang." Hana mencium pipi Rey dengan senang hati setelah diberikan sejumlah uang.
Saat tinggal bersama kedua orang tuanya. Saat akan pergi bersama teman-temannya. Hana hanya di berikan uang seratus ribu. Jadi Hana sangat bahagia ketika Reynan memberikan uang yang lumayan banyak. Ia sudah membayangkan akan membeli apa saja dengan uang pemberian sang suami.
"Ingat jangan pulang sore, Abang nanti pulang malam. Karena ada pertemuan sama papa dan beberapa koleganya."
"Iya Abang. Tapi Abang juga pulang jangan malem-malem. Kalo lewat jam 10 belum pulang. Hana kunciin Abang di luar."
"Hmm, ngancem ya! Abang usahakan pulang sebelum jam 9."
"Ya udah, Hana keluar sekarang." Hana kembali mengecup pipi Reynan. Lalu keluar ruangan dengan perasaan bahagia.
Sudah di puaskan batinnya juga di berikan uang dan tidak di larang saat akan pergi bersama teman-temannya. Membuatnya merasa senang bukan kepalang.