Gania Anjasmara, ialah putri tunggal dari pasangan Arya Anjasmara dan Miranda. Di usianya yang baru menginjak usia 3 tahun, Gania harus kehilangan sang Mama untuk selama-lamanya. Kini 15 tahun telah berlalu, Gania telah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan tangguh pastinya karena sejak kecil ia hanya hidup berdua bersama Papanya. Terkadang ia juga dititipkan dirumah Neneknya karena Papanya sibuk bekerja. Bagaimanakah kelanjutan ceritanya? Penasaran? Simak terus ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delatama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Papa mempercayakan Gibran
Malam itu, Gania tidak turun untuk makan malam. Ia meminta Bi Asih mengantarkan makanan ke kamarnya karena ia akan menonton drama yang tidak bisa dilewatkan.
"ini Non makan malamnya" Bi Asih menyerahkan makan malam Gania
"makasih ya Bi"
"iya Non sama-sama"
Kemudian Gania menutup pintu kamarnya, tak lupa juga ia menyalakan LED Proyektor milik Papa Arya yang akan ia gunakan untuk menonton dramanya.
"ahh nikmat mana lagi yang akan kamu dustakan Gania haha tinggal matiin lampu nih biar kaya di Bioskop"
Lalu Gania mematikan lampu kamarnya, setelah itu ia segera memutar drama favoritnya. Tanpa sadar, sesuap demi sesuap makan malamnya sudah ia habiskan.
"ahhh kenyang banget nih"
***
Papa Arya hanya makan makanan rebus malam ini, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak makan makanan berminyak lagi.
"Bi, Gania ngga makan?"
"Nona muda sudah makan Pak, tadi saya antar ke kamarnya. Sepertinya Nona sedang sibuk"
"hmm apa Gania marah" Papa Arya menebak
Setelah selesai makan, Papa Arya mencoba menemui Gania di kamarnya
*tok tok*
Papa Arya mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban, malah terdengar Gania tertawa terbahak-bahak.
Papa Arya kaget kemudian membuka pintu kamar Gania.
"hah Papa"
"oh lagi nonton film ya, kirain kenapa"
"haha iya Pa sini Pa"
Kemudian Papa Arya duduk di dekat Gania
"emm Papa udah ngga kambuh lagi kan sekarang?" tanya Gania seraya memakan camilan
"engga kok sayang, semoga Papa semakin membaik ya"
"aamiin"
Gania tidak terlalu fokus ngobrol dengan Papanya karena ia sibuk menonton drama.
"Ga, besok nganter Papa olahraga di luar mau ngga?"
"mau Pa"
"hmm ya sudah Papa kembali ke kamar dulu ya. Tidurnya jangan malem-malem"
"siap Papa"
Kemudian Papa meninggalkan Gania yang sedang asik menonton drama.
***
Pukul 06.00
*tok tok* suara ketukan pintu di kamar Gania
"Gania, jadi nganterin Papa olahraga engga?" tanya Papa dari luar
"iya Pa sebentar"
Tak lama kemudian Gania keluar dari kamarnya, ia sudah siap untuk olahraga bersama Papa.
"oh Gania mau ikut olahraga juga, kirain cuma mau nganter Papa"
"haha engga dong Pa. Kali aja Papa tambah semangat kalo Gania ikut olahraga"
"yaudah ayo keburu siang"
Papa Arya dan Gania pun segera berangkat.
Mereka berdua olahraga di taman yang tak jauh dari rumah, Papa Arya merasa bosan karena selama ini ia hanya berolahraga di taman belakang rumah.
Di taman
"Pa, Gania ijin lari muter taman dulu ya"
"iya Ga, hati-hati ya. Papa cuma jalan santai di sekitar sini aja kok"
"oke Pa"
Kemudian Gania mulai lari lari kecil keliling taman, tak lupa juga ia memasang headset dan mulai memutar musik favoritnya.
"Ga" panggil seorang lelaki yang juga sedang berlari mengelilingi taman, tapi musik yang didengar Gania lebih keras daripada suara seseorang itu.
Karena tidak ada jawaban, seseorang itu berlari lebih kencang untuk mensejajari Gania. Gania langsung menengok dan melotot
"hah Kak Gibran" ucap Gania dalam hati dengan mata yang masih melotot
"kok melotot sih? haha"
"bodoamat gue ngga denger"
Karena gemas, Gibran menarik headset Gania hingga terlepas. Gania menghentikan langkahnya
"ngapain sih? emang kamu ngga ada kerjaan?" ucap Gania
"kerja Kak Gibran tuh jagain kamu"
"ihh gue bisa jaga diri"
"kamu kenapa sih Ga kok galak banget?"
"Gania itu memang cuek Gi. Apalagi sama cowok, galaknya minta ampun" jawab Papa Arya yang tiba tiba berada di belakang mereka
"eh Om hehehe"
"oh mungkin Gania udah punya pacar Om, mungkin pacarnya posesif jadi dia galak gini sama semua cowok hahah" Gibran meledek Gania
Gania hanya melirik Gibran
"haha engga mungkin Gi, Gania itu belum pernah sekalipun punya pacar"
"ya kali aja dia diem-diem Om"
"diem!" Gania kembali memelototi Gibran
"Pa udah yuk pulang, panas nih"
Gania menarik lengan Papanya agar Papa segera ikut pulang
"Gi, duluan ya" Papa melambaikan tangan ke Gibran
"iya Om"
Di dalam mobil
"Papa nyuruh dia ngikutin aku ya?" tanya Gania
"dia siapa? Kak Gibran?"
"hmm"
"Gania kan tahu kondisi Papa sekarang gimana, Gania kan juga ngga punya saudara. Satu-satunya orang yang dekat dengan kita cuma Om Surya dan Kak Gibran. Papa percaya Kak Gibran bisa jaga Gania"
"Gania bisa jaga diri sendiri Pa"
"Gania, jangan bantah Papa"
Gania hanya diam dan cemberut karena Papa mempekerjakan Gibran untuk menjaganya.
Lebih real dalam penyampaian bagaimana pasutri menyikapi suatu pernikahan dan perkembangan anak
semoga novel selanjutnya tetap menarik ya Thor..tidak terjebak dg gaya novel lainnya yg terlalu ekstrim, banyak pelakor, mertua jahat, suami kejam dsb😘😘
go...semangat