NovelToon NovelToon
PACAR TARUHAN

PACAR TARUHAN

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintamanis / Office Romance / Cinta Karena Taruhan
Popularitas:3.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: HANA ADACHI

🏆 Juara 3 YAAW 2024 Periode 2🏆

"Permisi Mas, kalau lagi nggak sibuk, mau jadi pacarku?"

———

Daliya Chandana sudah lama memendam rasa pada sahabatnya, Kevin, selama sepuluh tahun. Sayangnya, Kevin tak menyadari itu dan malah berpacaran dengan Silvi, teman semasa kuliah yang juga musuh bebuyutan Daliya. Silvi yang tidak menyukai kedekatan Daliya dengan Kevin mengajaknya taruhan. Jika Daliya bisa membawa pacarnya saat reuni, ia akan mencium kaki Daliya. Sementara kalau tidak bisa, Daliya harus jadian dengan Rio, mantan pacar Silvi yang masih mengejarnya sampai sekarang. Daliya yang merasa harga dirinya tertantang akhirnya setuju, dan secara random meminta seorang laki-laki tampan menjadi pacarnya. Tak disangka, lelaki yang ia pilih ternyata seorang Direktur baru di perusahaan tempatnya bekerja, Narendra Admaja. Bagaimana kelanjutan kisah mereka?Akankah Daliya berhasil memenangkan taruhan dengan Silvi? Atau malah terjebak dalam cinta segitiga yang lebih rumit?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Apa Kabar Mantan?

Lumiere Mode merupakan perusahaan besar yang bergerak di bidang fashion. Sasaran pasarnya adalah anak-anak muda, yang biasanya suka memakai pakaian modis ala selebgram tapi harganya ramah di kantong. Tak heran, Daliya yang merupakan asisten manajer marketing di perusahaan itu selalu mengutamakan penampilannya. Bahkan saat ia terlambat seperti hari ini pun, Daliya masih sempat melirik apakah alisnya simetris atau tidak dari pantulan kaca pintu utama kantor.

Daliya menempelkan kartunya pada mesin sensor absensi untuk dapat masuk ke ruangannya. Terlambat hampir sepuluh menit, dan itu adalah rekor terburuk untuknya yang sudah menjadi karyawan teladan selama tiga tahun.

Mengabaikan pintu lift yang masih terbuka, Daliya berlari menuju tangga darurat. Ruang rapat kantor itu berada di lantai tiga, dan sepertinya lebih efektif bagi Daliya untuk berlari ketimbang naik lift.

"Huffttt..." Daliya menarik napas panjang saat ia sampai di lantai yang dituju. Tak berlama-lama, gadis itu segera masuk ke ruang meeting dimana semua karyawan telah berkumpul.

Kriett..

Sial, Daliya mengumpat di dalam hati. Kenapa pintu ruangan itu harus berdecit segala sih? Ia melirik takut-takut ke dalam ruangan, dan benar saja, saat ini semua orang sedang menatap ke arahnya!

"Daliya!" terdengar suara Hani yang memanggilnya setengah berbisik. Dengan kepala tertunduk, Daliya segera bergabung dengan tim marketing. Ia meringis meminta maaf pada Hani yang menatapnya tajam.

"Baik, karena sepertinya semua sudah berkumpul, kita mulai perkenalannya," Kepala Direksi kemudian menoleh kepada pria di sebelahnya. "Silahkan perkenalkan diri Anda Pak,"

"Baik Pak," Pria tampan dengan tubuh tinggi tegap itu maju satu langkah. Ia tersenyum sembari melihat ke sekeliling ruangan. "Perkenalkan, saya Narendra Admaja, yang akan mengisi jabatan Marketing Director. Mohon bantuannya,"

Setelah pria itu mengenalkan diri, semua orang bertepuk tangan. Kecuali Daliya, karena ia merasa ada yang aneh.

"Narendra?" ia mengingat-ingat. Dimana dia pernah mendengar nama itu sebelumnya? Merasa penasaran, Daliya melongokkan kepalanya. Dirinya yang berada di barisan belakang merasa kesulitan melihat wajah direktur baru itu. Ia berusaha memanjangkan lehernya sambil berjinjit.

Tepat di saat mata Daliya menangkap sosok gagah itu, pria itu menoleh ke arahnya. Dan mulut Daliya sontak ternganga.

"REN?"

Seruan Daliya jelas membuat pandangan semua orang kembali tertuju padanya. Daliya langsung membungkam mulutnya sendiri, kemudian ia menundukkan kepala dan pura-pura tidak ada yang terjadi. Ia bisa merasakan lirikan tajam Hani yang seperti sedang mencabik-cabiknya.

Selesai rapat, Daliya buru-buru berlari keluar dari ruang meeting. Entah kenapa, tapi instingnya merasa harus melakukan itu. Ia tak peduli pada Hani yang lagi-lagi melotot ke arahnya, asalkan ia bisa segera keluar dari ruangan keramat itu secepat mungkin.

"Lo udah gila, ya?" Seperti yang sudah diduga, Daliya langsung kena semprot oleh Hani. "Asisten manajer marketing terlambat di hari pertama Direktur Marketing masuk? Wow, sangat profesional," ucap Hani sarkas.

Daliya hanya mampu menundukkan kepala menerima kemarahan manajernya itu. Ia tak mampu menjawab apapun karena menyadari itu memang kesalahannya sendiri.

"Lain kali begitu lagi, biar langsung Gue kirim ke HRD!"

Daliya bergidik. Kalau mau dikirim ke HRD alasannya cuma dua, kalau tidak dapat SP ya dipecat.

"Maaf, Bu Hani," Zafran tiba-tiba muncul, membuat Daliya langsung menghela napas lega. "Ibu dipanggil Pak David,"

Hani masih tampak marah, tapi dia tidak berkata apa-apa lagi, ia langsung mengibaskan tangan, meminta Daliya keluar dari ruangannya. Tanpa perlu disuruh dua kali, Daliya segera pergi dari ruangan itu.

"Daliya, Lo dipanggil Pak David," Beberapa saat kemudian Hani kembali muncul dan langsung menyampaikan pesan yang ia dapat dari kantor direktur. Daliya yang masih tegang karena takut akan dimarahi lagi jadi terkejut, kemudian ia menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan.

"Aku?"

"Memangnya ada Daliya lain di perusahaan ini?" tanya Hani ketus. Daliya langsung bungkam. Ia sepenuhnya lupa kalau sudah marah, Hani akan sesadis singa betina kelaparan.

Dengan langkah takut-takut, Daliya pergi menuju ruang asisten direktur. Pak David adalah sekretaris sekaligus asisten dari direktur marketing sebelumnya, dan sepertinya akan tetap sama meskipun atasannya sudah berganti orang. Makanya Daliya jadi kelimpungan sendiri. Untuk apa ya Pak David memanggilnya? Apa jangan-jangan karena Ren?

Nggak usah kegeeran, batin Daliya. Siapa tahu aku mau dimarahin karena tadi telat dateng.

Pemikiran itu malah membuat kaki Daliya terasa lemas. Bagaimana jika Pak David memang memanggilnya perkara keterlambatannya tadi? Tapi, kenapa seorang asisten direktur mengurusi keterlambatan asisten manajer seperti dirinya?

"Saya meminta kamu untuk menggantikan saya sementara waktu," ucapan Pak David sontak membuat Daliya mendelik.

"Saya Pak?" Lagi-lagi, Daliya menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan. "Kenapa Pak?"

"Memangnya ucapan saya kurang jelas? Saya kan harus cuti karena istri saya sebentar lagi melahirkan,"

"Bukan itu Pak," Daliya menggigit bibir. "Maksudnya, kenapa harus saya yang harus menggantikan bapak? Kan ada karyawan lain,"

"Karyawan lain nggak ada yang sekompeten kamu," tukas Pak David sambil mengangkat bahu. "Kalau mau cari asisten dari luar jelas akan memakan waktu. Perlu buka lowongan dulu, harus tes ini itu, nanti masih harus adaptasi lagi. Lama! Kalau kamu kan sudah jelas pasti bisa. Saya sudah minta rekomendasi dari Hani, dan kamu adalah nama pertama yang dia sebut,"

Daliya mengeluh dalam hati. Ia tidak tahu harus berterimakasih atau tidak kepada manajernya itu. Dia senang sih karena Hani menyebut dirinya sebagai karyawan yang kompeten, tapi kalau situasinya dia harus jadi asistennya Ren, sepertinya agak..canggung?

"Kamu tenang saja Daliya," Pak David menepuk pundak gadis itu lembut. "Nanti gaji kamu naik segini," Pak Daliya mengacungkan dua jarinya. Daliya meringis. Sebenarnya bukan itu yang menjadi masalah. Tapi mau bagaimanapun juga, dirinya adalah budak korporat yang masih butuh cuan.

Pada akhirnya, dengan terpaksa tapi juga senang karena dapat gaji tambahan, Daliya menyetujui tugas itu.

Pak David langsung menyuruh Daliya menemui direktur baru di ruangannya, katanya untuk berkenalan terlebih dulu. Siapa tahu ada hal-hal yang dibutuhkan oleh atasan baru mereka itu.

Daliya berdiri di depan pintu ruangan direktur sambil menghembuskan napas dalam-dalam. Sejujurnya, dia senang bertemu Ren lagi, apalagi sudah dua minggu dirinya merindukan lelaki itu. Masalahnya, punya hubungan pribadi dengan atasannya sendiri sama sekali bukan rencana Daliya.

"Kenapa aku ngerasa heboh sendiri sih?" Daliya mencibir dirinya sendiri. "Siapa tahu Ren nggak ingat aku, kan? Kamu kegeeran Daliya,"

Daliya mengepalkan tangan, ia memantapkan hati. Lagipula ini adalah urusan pekerjaan, jadi dirinya harus bersikap profesional. Setelah berdoa dalam hati, Daliya lantas mengetuk pintu itu perlahan.

"Masuk!" Terdengar suara Ren yang sudah Daliya kenal, serta sangat ia rindukan. Dengan berhati-hati, gadis itu lantas membuka pintu.

"Selamat pagi Pak," Daliya menyapa Ren dengan kepala tertunduk. "Perkenalkan, saya Daliya Chandana, asisten direktur sementara yang akan menggantikan Pak David,"

Hening. Daliya kebingungan karena tidak ada suara apapun dari lawan bicaranya. Ia mendongakkan kepala, dan sontak matanya bertatapan dengan mata Ren.

"Hai," sapa pria itu saat mata mereka bertemu satu sama lain. "Apa kabar, mantan?"

1
retiijmg retiijmg
Terima kasih kak uda bikin cerita yang bagus
🙏🫶🫶🫶
Komang Tri Arianta
Luar biasa
retiijmg retiijmg
hahahahahaha.
retiijmg retiijmg
aq pendukung ren sama daliya 😁
retiijmg retiijmg
baper tingkat dewa tiap ada ren ngomong
retiijmg retiijmg
bnr2 dibuat baper 😄
retiijmg retiijmg
jadi baper baca pertemuan ren dan daliya
xopitt 89_
Luar biasa
Sonya Bererenwarin
Renn..... Bucin akutt😂😂😂
Sonya Bererenwarin
Luar biasa
Ahmad Nashrullah
delia jadi cewek jg gampangan makanya,,,,,,,berharga dikit aja napa,,,,,,biar lelaki menghargaimu,,,,,,,biar dirimu s berharga itu tahu g
pipi gemoy
👍🏼👏🏼🙏🏼☕
Imas deemashayoe Deemashayoe
Luar biasa
Trisna
Tante Dessy sengaja deh... buat suasana panas.
punya dendam kah sama Ren
pipi gemoy
😂😂😂😂😂😂😂😂👻
pipi gemoy
hahahahaha bener itu amalan ya Bu ibu rempong 😂😂😂😂😂👻
pipi gemoy
vote Thor ✌🏼
pipi gemoy
😂👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼👍🏼
Dali ya 🌹
pipi gemoy
😂😂😂😂😂😂😂😂😂👻
kocak🌹
pipi gemoy
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!