NovelToon NovelToon
Airin & Assandi

Airin & Assandi

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Selingkuh / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: DewiNurma28

Airin dan Assandi adalah pasangan suami istri yang saling dijodohkan oleh kedua orang tuanya dari kecil. Namun Assandi sangat tidak suka dengan perjodohan ini. Dia merasa ini adalah paksaan untuk hidupnya, bahkan bisa bersikap dingin dan Kasar kepada Airin. Namun Airin tetap sabar dan setia mendampingi Assandi karena dia sudah berjanji kepada orang tuanya untuk menjaga keutuhan rumah tangga mereka. Akankah Airin sanggup bertahan selamanya? Ataukah Assandi akan luluh bersama Airin? Atau malah rumah tangga mereka akan retak?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DewiNurma28, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Khawatir

Airin menemani Nando di dalam mobil. Dia sesekali mengusap keringat dingin di wajah laki-laki itu.

"Kamu masih sama seperti dulu mas, tampan, mempesona." Gumamnya.

Senyumnya terpancar dari bibirnya, dia merasa khawatir dengan keadaan Nando saat ini.

"Oh iya, dia kan sedang sakit karena hanya memiliki satu ginjal. Sedangkan satunya ada ditubuhku."

Airin menyentuh perutnya pelan. Dia meringis mengingat perjuangan Nando dulu yang memberikan satu ginjalnya untuk dirinya.

"Aku selalu berdo'a untuk kesehatanmu mas dan keselamatanmu dimanapun kamu berada."

"Hingga sekarang, akhirnya Tuhan mempertemukan kita lagi."

Airin menatap lekat mata Nando yang masih terpejam.

Dia menyentuh lagi pipi Nando karena keringat kembali menetes membasahi wajahnya.

Airin bisa melihat leher Nando yang menelan ludahnya.

Mulutnya juga tergerak dan kelopak matanya juga bergerak akan terbuka.

Airin segera menarik tangannya dari wajah Nando. Dia mengatur duduknya untuk menyambut kesadaran Nando.

"Mas, kamu sudah sadar?" Tanya Airin.

Nando mengerjap beberapa kali untuk melihat perempuan di sampingnya.

Dia membulat terkejut karena melihat perempuan yang dia cintai sekarang berada di sampingnya.

"Airin?"

Airin mengangguk antusias.

"Ini benar kamu Airin?"

Nando mengusap matanya berulangkali. Dia masih tidak percaya jika perempuan itu adalah Airin.

"Iya mas Nando, ini aku Airin."

Tanpa banyak bicara, Nando langsung memeluk erat tubuh Airin.

Dia menangis melepaskan rindu di hatinya yang sudah lama.

Begitu juga Airin yang ikut menangis merasakan rindunya pelukan ini.

"Maafkan aku Airin, dulu aku meninggalkanmu dari panti."

Airin melepaskan pelukannya secara perlahan. Dia menggenggam erat tangan Nando.

"Nggak apa-apa mas, aku sudah tau kok kamu pergi kemana."

"Jadi ibu panti sudah memberitahumu dulu?"

Airin mengangguk, "Ibu panti memberitahuku jika kamu sudah ada yang mengadopsi. Aku sangat senang saat itu, akhirnya ada keluarga yang mau mengadopsimu."

Nando menunduk sedih, "Dulu aku sangat ingin berpamitan denganmu. Tapi, karena kedua orang tua angkatku segera pergi ke luar negeri. Jadinya aku harus ikut mereka kesana."

"Nggak apa-apa mas, sekarang aku sangat senang bisa bertemu denganmu lagi. Meski harus menunggu bertahun-tahun lamanya."

Nando tersenyum bahagia, dia mengamati wajah cantik yang dari dulu tidak pernah berubah.

"Kamu masih sama seperti dulu, masih cantik seperti Airin kecilku."

Airin tertawa kecil, "Mas Nando bisa aja."

"Serius."

Nando meraih tangan Airin untuk digenggamnya. Dia terkejut karena tangan perempuan itu sangat panas.

"Rin, kamu demam ya?"

Airin menunduk mengangguk pelan, "Iya mas, aku sebenarnya ingin ke rumah sakit. Tapi ditengah jalan aku bertemu kamu yang juga demam. Aku khawatir karena kamu sudah tidak sadar diri disini."

"Ya ampun Rin, terus kamu malah menemaniku disini?"

Airin mengangguk lagi, "Iya mas, aku khawatir jika harus meninggalkanmu pergi."

"Kenapa kamu selalu begitu sih, memprioritaskan orang lain dulu dari pada dirimu sendiri."

"Tidak apa-apa mas, aku sudah agak mendingan tadi terpejam sebentar disini."

"Ayo kita ke rumah sakit bersama, jangan seperti ini. Nanti kalau ada apa-apa denganmu bagaimana."

"Tidak usah mas, aku akan ke rumah sakir sendiri. Kamu lebih baik pulang saja."

"Nggak ada bantahan."

Nando menyalakan mesin mobilnya dan melajukannya dengan cepat.

Dia tidak ingin terjadi sesuatu dengan Airin. Karena dirinya sangat menyayangi Airin lebih dari sekedar adik sendiri.

Di sisi lain, Assandi terbangun karena merasa ada Airin di sampingnya.

Dia melirik ke sekelilingnya yang kosong. Matanya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul tiga pagi.

Assandi turun dari ranjangnya dan keluar menuju kamar Airin.

Dia mengeryit bingung, karena melihat kamar Airin yang terbuka lebar.

"Tumben pintunya dibiarkan terbuka."

Assandi berjalan mendekati kamar itu. Dia melihat ke dalam kamar yang kosong tidak terdapat Airin disana.

Assandi masuk mencari Airin dan membuka kamar mandi Airin.

"Airin, Rin..." Panggilnya pelan.

Disana dia tidak menemukan Airin. Assandi hanya menemukan kotak obat yang berserakan di atas tempat tidur Airin.

Dia juga melihat kotak obat yang dia berikan sama sekali tidak tersentuh.

"Dimana dia." Gumamnya.

Assandi berjalan keluar ke ruang tamu. Dia melirik pintu utama sedikit terbuka.

Assandi menghampiri pintu tersebut dan berjalan keluar.

Dia menyipitkan matanya melihat pagar yang tadinya terkunci sekarang tidak terkunci.

Assandi berlari kembali ke kamarnya untuk mengambil kunci motor dan jaketnya.

Rosalina yang baru saja bangun melihat putra kesayangannya berlarian dini hari merasa bingung.

Dia berjalan memanggil putranya, "Assandi, kamu mau kemana?"

"Keluar sebentar ma."

"Kemana?"

Assandi tidak menjawab, dia sudah di atas motor menyalakan mesinnya.

Rosalina menahan lengan Assandi agar tidak keluar keluyuran dini hari.

"Kamu jangan macam-macam, mama nggak akan izinkan kamu untuk bermain keluar keluyuran."

"Aku nggak keluyuran ma."

"Lah ini, kamu udah rapi pakai jaket dan pakai motor."

"Ma..."

"Nggak Sandi, kamu itu penerus perusahaan kakek. Jika kamu bertingkah nakal, yang ada fasilitas mewah kamu akan dicabut oleh kakek." Jelas Rosalina.

Assandi menghela napas pelan, "Ma, aku beneran nggak keluyuran ikut anak-anak nakal disana."

"Lah terus ini apa? Mama nggak mau kamu pergi jam segini."

"Aku nggak akan kemana-mana, mama tunggu saja di rumah."

Bremm...

Bremm...

Assandi sudah mengambil ancang-ancang untuk jalan. Tangan mamanya dia tepis pelan agar tidak terkena setir kendaraannya.

Rosalina mengusap wajahnya gusar, dia takut jika anaknya ikut balapan di luar sana.

"Assandi!!!" Teriak Rosalina.

Fandi sang suami bangun menghampiri istrinya. Dia menarik lengan sang istri menanyakan apa yang terjadi.

"Kenapa ma? Ada apa mama menangis?"

Rosalina memeluk Fandi erat, "Assandi mas, Assandi pergi keluar. Aku takut kalau dia akan ikut teman-temannya yang nakal itu."

Tangan Fandi mengusap punggung istrinya, "Kamu tenang dulu, dia sudah dewasa. Pasti dia sudah bisa membedakan mana yang baik dan buruk."

"Aku takut jika papa tau akan mencabut semua fasilitasnya, termasuk pewaris tahta untuk perusahaannya."

"Enggak akan, dia nggak akan dicabut dari ahli waris. Kan dia cucu laki-laki satu-satunya."

"Satu-satunya apaan, adik kamu juga memiliki anak laki-laki kan."

"Tapi itu hanya anak angkat ma, hanya Assandi yang cucu kandungnya."

Rosalina semakin memangis kencang, "Hwwwaaaaa, tapi papa pernah bilang mas. Kalau Assandi nakal dan nggak bisa disiplin, apalagi nilainya sampai jelek. Dia akan dicoret dari ahli waris dan diberikan kepada anak adikmu, hwwwaaaaa."

"Huss, cup, cup, kamu jangan kencang-kencang dong nangisnya. Malu di denger tetangga."

"Bodo amat!!! Aku nggak mau anak laki-lakiku lontang lantung tidak mendapat pekerjaan nanti!!!"

"Kan masih ada perusahaanku, perusahaanku nggak kalah besarnya seperti perusahaan papa."

"Apaan, hanya perusahaan cabang, bukan perusahaan pusat!!!!"

Rosalina berjalan masuk dengan menghentakkan kakinya karena kesal. Dia merasa suaminya tidak bisa diandalkan.

"Aarrggghh, dasar perempuan. Assandi masih umur segini aja udah mikir warisan. Apalagi kalau benar-benar sudah dewasa dia."

Fandi mengacak rambutnya kesal, dia merasa istrinya itu yang dipikirkan hanya kekayaan orang tuanya saja.

Dia tidak bisa memikirkan bagaimana masa depan anak-anaknya yang bukan hanya Assandi saja.

1
DewiNurma28
siappp kak, terima kasih supportnya 🥰
DewiNurma28
Coba di Refresh kak.
xiao xiao bai
sumpah thorr aku baca dari awal sampai saat ini nyesek pokoknya lanjut lagi thorr dan tetap semangat update nya
DewiNurma28: Authornya juga nyesek pas ngetik 😭

terima kasih supportnya kak, ditunggu bab selanjutnya ya 🥰😍
total 1 replies
Marifatul Marifatul
😭😭😭
risa Muawenah
lanjut thorr
DewiNurma28: siapp, ditunggu updatenya ya.

Terima kasih sudah menyukai karyaku 😍🥰
total 1 replies
DewiNurma28
Karya yang sangat luar biasa.
Kisah cinta yang cuek tetapi sebenarnya dia sangat perhatian.
Alurnya juga mudah dipahami, semua kata dan kalimat di cerita ini ringan untuk dibaca.
Keren pokoknya.

The Best 👍
Elain
Terima kasih penulis, masterpiece!
DewiNurma28: Terima kasih kak 🙏 ditunggu part selanjutnya ya...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!