Shofiyah yang memiliki kekasih yang mapan dan baik akhirnya berjodoh dengan lelaki sederhana bernama Ahmad pilihan ayahnya, lika liku pernikahan yang dia alami menjadikan perjalanan rumah tangganya kian kuat dan bisa tetap langgeng hingga tua dan memliki 7 orang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lelah hati Seorang Istri 2
Suamiku pun datang dan langsung menyalimi ayahku dengan takzim. Ayahku tersenyum menyambut menantu kesayangannya tanpa membahas tentang apa yang kamu bicarakan beberapa waktu lalu. Seolah-olah tidak terjadi pembahasan serius diantara kami.
Beliau pun mengajak suamiku masuk dan berbincang-bincang tentang kesehatan dan keadaan rumah beliau banyak menasehati dan sangat memperlakukan suamiku seperti anak sendiri walaupun suamiku belum menafkahi aku secara layak tapi ayahku tak pernah menuntutnya. Menurut nya rejeki Allah yang mengatur apalagi kami akan punya anak pasti kami akan mendapatkan rejeki dari hadirnya buah hati kami.
Kami pun pulang kerumah dan langsung disambut pembahasan yang betul-betul membuatku muak hanya tak menampakkan karena biar bagaimanapun ini adalah rumah mertuaku dan aku harus mengerti memang keadaan ekonomi mertuaku ini tidak seperti keluargaku yang cukup.
Bagaimana sudah ada solusinya?? bapak cape bayar motor terus-menerus". Kesal Mertuaku dengan berapi-api.
"Sudah pak tenang saja ayahku akan membantu pembayarannya sampai lunas. Mereka tidak akan membiarkan aku susah apa lagi mengataiku yang tidak -tidak. Hanya saja aku malu kepada ayahku karena meminta bantuannya padahal selama aku berusia 15 tahun sampai usia 25 tahun, saya sangat jarang meminta uang kepadanya, hanya betul-betul mendesak saja baru aku meminta".
Sekarang saat saya sudah menikah malah merepotkan nya dengan menanggung biaya yang seharusnya bukan urusannya, karena yang awal mencicil dan mengambil motor bukan saya, tapi anak bapak".
Ya mungkin kata-kata ini terdengar kasar dan menyindir tapi inilah kenyataannya. Bukankah jika seorang laki-laki belum mampu maka itu menjadi tugas keluarga pihak lelaki karena nafkah memang dari laki-laki bukan perempuan.
Aku dengan terus terang mengatakan apa yang selama ini mengganjal karena sikap mertuaku kali ini keterlaluan.
"Bapak selalu pergi untuk jaulah saat memiliki uang, tapi urusan seperti ini seolah-olah aku yang menjadi benalu disini padahal aku juga selalu memenuhi kebutuhan ku, apalagi ketika kalian seenaknya meninggalkan aku dengan suamiku dalam keadaan tak ada uang. Tentu saja aku harus menggunakan tabunganku lagi".
"Apa maksudmu berkata seperti itu??, bukan karena kamu tau sendiri kehidupan kami disini seperti ini". Ucap Bapak Mertuaku tidak terima.
"Maaf pak jika bapak tersinggung dengan kata-kata ku tadi, tapi yang kukatakan memang sesuai dengan ajaran agama, bukankah bapak sendiri paham akan hal itu??, kenapa bapak bersikap seolah-olah semua ini adalah kesalahanku. Yang memutuskan berhenti bekerja adalah anak bapak, padahal dia tau kalau sudah menikah bahkan saat tidak punya uang bapak Menyuruhnya pergi jaulah, aku mengiyakan dan mengeluarkan uang dan biaya ku selama disni dan ditinggalkan sendiri pun aku yang mengeluarkan nya melalui tabunganku".
"Aku tidak protes tapi saat bapak memperlakukan aku ditelfon dan itu kedengaran ayahku, aku sangat malu, aku berusaha menutupi keadaanku agar suamiku tak rendah diri dihadapan keluarga ku, tapi kata-kata bapak ucapkan ditelepon menyakitkan dan kedengaran oleh ayahku. Dan sekarang mereka tau kondisiku. Apa bapak tidak malu seandainya suamiku dan keluarganya ini dicap sebagai orang tidak tau bertanggung jawab kepada anak perempuan orang padahal kalian orang yang paham dengan agama".
"Jika bapak memiliki uang selalu dipakai untuk pergi keluar, padahal didalam rumah ada anak yang membutuhkan dorongan dana dan moril dari keluarga. Bukan kah sedekah terbaik adalah kepada keluarga terdekat yang membutuhkan. Bukankah bapak dan mama paham itu".. Ucapku dengan marah lalu pergi meninggalkan suami dan kedua mertuaku memasuki kamar.
Suamiku pun menyusul ku dan meminta maaf atas sikap orangtuanya selama ini padaku. Mereka tersinggung dengan ucapanku dan yang paling menyakitkan mama mertuaku selalu menceritakan apapun yang terjadi dirumah ini kepada anak kesayangannya itu lebih parahnya lagi dengan keluarga intinya seperti nenek, saudara dan keponakannya.
Bukankah ini keterlaluan, kadang aku berpikir apa benar mertuaku ini paham dengan agama jika seperti ini. Aku selalu berusaha menjadi menantu yang baik tidak sekalipun aku membantah walaupun tidak suka tapi kenapa seperti ini. Bahkan suamiku pun memiliki sikap yang sama dalam menghadapi sesuatu, dia selalu dengan gamblang menceritakan apapun kepada orang tuanya bahkan tentang apa yang kumiliki padahal aku selalu memberitahunya untuk tidak memberitahu siapapun..
Walaupun begitu aku menerimanya dengan lapang dada ya permasalahan motor pun beres, mertuaku semakin sering meninggalkan aku dirumah dengan suamiku sejak kejadian itu. Aku tidak terlalu memusingkan, toh aku senang jika mereka tidak ada karena rumah pasti rapi berbeda jika mereka ada dirumah pasti rumah akan seperti kapal pecah.
Saat aku sendiri kadang aku termenung bukan kah kami semua orang yang memiliki pengetahuan agama. Kenapa kami tak pernah lepas dari permasalahan yang sama setiap harinya.. Sekalipun mertuaku baik memang alangkah baiknya jika kita memiliki rumah sendiri.. Inilah yang selalu menjadi konflik antara mertua menantu sepaham apapun orang tentang agama dia tetaplah manusia.
Agamanya tidak salah tapi pribadi dan manusianya lah yang bermasalah karena manusia memang tempatnya salah karena manusia itu bukan malaikat. Jadi jika ada orang yang beranggapan bahwa orang yang memakai cadar dan ustad dengan pemahaman agama yang bagus tidak memiliki sisi buruk itu semua salah besar karena nyatanya mereka hanyalah manusia biasa.
Beberapa bulan pun berlalu dan akhirnya aku akan melahirkan anak pertama kami tapi Sebelum melahirkan saat itu aku sempat keguguran, anak didalam kandungan ku kembar dan aku harus kehilangan salah satunya, aku sangat beruntung. Kejadian itu terjadi saat aku menuju ke makassar untuk memenuhi undangan pernikahan temanku.
Aku mengendarai motor dar Takalar ke Makassar tetapi dijalan ada insiden orang yang ugal-ugalan membawa motor dan ku mengerem mendadak hingga perutku terbentur. Aku membawa diriku ke puskesmas dalam keadaan sakit perut sekalipun. Dokter mengatakan kalau aku kehilangan bayiku tapi ketika diperiksa ulang ternyata masih tersisa satu bayi yang selamat dalam perutku aku sangat bersyukur