Bella gadis berusia 17 tahun, terpaksa harus menikah dengan majikan tempat ibunya (Rosma) bekerja, demi untuk membuat ikatan antara keluarganya dan si majikan. Ibunya sudah bekerja selama 8 tahun menjadi pembantu rumah tangga di tempat sang majikan, sejak ayahnya meninggal.
Barata Wirayudha, pemilik BW Group, seorang duda cerai tanpa anak, 35 tahun. Perceraiannya 8 tahun silam mengguncang kehidupannya, sehingga dia memilih meninggalkan Jakarta dan merintis kantor cabang BW Group di Surabaya.
Di kota Surabaya dia dipertemukan dengan Bu Rosma yang dipekerjakannya sebagai pembantu rumah tangga. Bu Rosma banyak berjasa untuknya. Karena itu. akhirnya Bara meminta Bu Rosma dan kedua putrinya untuk tinggal bersamanya sekaligus membiayai sekolah putri-putrinya.
8 tahun tinggal di Surabaya, Bara harus kembali ke Jakarta untuk mengurus perusahaannya yang mengalami masalah. Untuk tetap menjaga hubungan dengan Bu Rosma, akhirnya Bara memutuskan menikahi salah satu putrinya.
Setelah menikah Bella ditelantarkan Bara selama 2 tahun, tidak diperlakukan selayaknya istri. Bahkan Bara seolah menghilang begitu saja. Ikuti perjalanan rumah tangga keduanya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Menemui Ricko
“Mas, aku izin sebentar. Mau bertemu Kak Ricko di depan,” ucap Bella ragu, menunjuk ke arah depan kampus.
Bara terkejut, pandangannya tertuju pada arah tangan Bella. Sebuah bangunan tidak terlalu besar dengan banyak jendela lebar di bagian depannya. Bara bisa melihat jelas, banyak kursi dan meja yang tertata di dalamnya.
“Aku tidak lama, cuma berpamitan dengan Kak Ricko sebentar. Aku tidak enak, pergi tanpa meninggalkan pesan dan kesan padanya,” ucap Bella, setengah bercanda.
Dengan ragu, Bara mengangguk, tetapi hatinya sedikit tidak rela. Entah karena rasa egonya sebagai seorang suami atau ada rasa lain di hatinya. Ia sendiri tidak paham perasaannya. Yang ia tahu, hatinya tidak sepenuhnya tulus mengizinkan Bella menemui laki-laki bernama Ricko.
Bara hanya mengangguk, berusaha menarik kedua ujung bibirnya. Memberi sedikit senyum di wajahnya pada Bella. Ia menatap punggung Bella yang semakin menjauh pergi, kemudian menghilang masuk ke dalam bangunan kaca.
5 menit, 10 menit, 15 menit, waktu terasa lama berlalu. Bara menatap pergelangan tangannya berulang kali. Ia sudah tidak bisa berkonsentrasi menjaga Issabell yang mulai rewel dan merengek di pangkuannya.
Entahlah. Gadis kecil itu sudah mulai bosan atau karena di acuhkan oleh daddy-nya. Bara hanya diam tanpa kata sejak Bella meninggalkannya. Pikirannya sebagian ikut bersama istrinya.
“Issabell, kita susul Mommy, ya,” ajak Bara, menggendong putri kecilnya turun dari mobil dan bergegas menyusul Bella.
***
“Kak Ricko," panggil Bella pada laki-laki tampan yang sedang memakai seragam kafe tempat Ricko bekerja. Terlihat pemuda itu sedang membersihkan meja yang baru saja ditinggalkan seorang tamu.
“Bell, kamu datang,” sahutnya sambil tersenyum.
“Kita bisa bicara sebentar. Aku tidak lama,” pinta Bella.
“Baik, aku izin dengan Bos dulu,” ucap Ricko, meraih botol pembersih dan kain lap dari atas meja, kemudian membawanya masuk ke dapur kafe.
Tak lama, Ricko sudah muncul kembali dengan senyum cerah menghiasi wajah tampannya.
“Kita mengobrol di sini saja, Kak Ricko,” pinta Bella, sudah menarik salah satu kursi.
“Ya, ada apa?” tanya Ricko ikut duduk di depan Bella.
“Aku mau pamitan. Aku akan ke Jakarta, menyusul Kak Rissa dan melanjutkan kuliah di sana,” cerita Bella, menunduk.
“Oh ya ....” Hanya kata ini saja yang keluar dari bibir Ricko. Pemuda itu terkejut, walaupun sudah bisa menduga sebelumnya. Pasti Bella juga akan menyusul sang kakak, mengadu nasib ke ibu kota.
“Titip salam untuk Rissa,” ucap Ricko setelah lama terdiam.
“Kak Ricko tidak mau menghubungi Kak Rissa?” tanya Bella.
Ricko menggeleng. “Kami sudah selesai. Sejak lulus SMA, kami tidak memiliki hubungan lagi.”
“Kak Rissa masih sendiri. Tidak berniat mengejarnya kembali?” tanya Bella.
Ricko menggeleng. “Dia sudah membuangku, untuk apa aku mengejarnya,” balas Ricko.
Sebenarnya ia tidak tertarik lagi dengan Rissa. Rasa cinta yang pernah ada untuk Rissa sudah menguap, tetapi yang membuatnya sedikit kecewa saat ini karena Bella juga akan pergi meninggalkan Surabaya, menyusul sang kakak.
“Baiklah, aku pamit ... Kak Ricko,” ucap Bella. Baru saja ia akan bangkit dari duduknya, samar-samar terdengar suara celoteh Issabell yang tertawa nyaring dari luar kafe.
“Mami,” panggil Issabell, melepas tangannya dari genggaman sang daddy dan berlari menghampir Bella.
“Mami!” Issabell memeluk kedua lutut Bella. Sontak membuat Ricko kaget mendengarnya.
“Mommy? Sejak kapan Issabell menikah dan memiliki anak sebesar ini,” batin Ricko.
Ricko tertegun menatap Bella. Otaknya penuh dengan penasaran dan tanda tanya.
“Bell, sudah?” tanya Bara, yang mengekor di belakang Issabell.
“Sudah, Mas,” sahut Bella tersenyum. Ia merengkuh gadis kecil yang sedang memeluk lututnya dan menggendongnya.
“Mami jus!” pinta Issabell setelah melihat foto minuman di buku menu.
“Mami jus!” rengek Issabell kembali.
“Mau jus,” pinta Issabell lagi.
Bella menatap Bara, meminta pendapat suaminya.
“Issabell mau jus?” tanya Bara, mulai menarik kursi dan duduk. Ricko yang sejak tadi tertegun melihat pemandangan di hadapannya, akhirnya memilih berpamitan tanpa banyak bertanya lagi.
“Aku permisi dulu Bell, Pak,” pamit Ricko pada Bella dan Bara dengan perasaan tidak nyaman serta tanda tanya besar di otaknya.
“Masa Bella pacaran dengan Om-Om yang sudah punya anak. Suami orang atau duda ya,” batin Ricko.
Ia menggelengkan kepalanya, masih tidak percaya dengan apa yang dilihat dan didengarnya.
“Tapi, laki-laki itu juga ada bersama Bella dan ibunya semalam,” ucap Ricko pelan, berjalan menjauh.
***
Bara, Bella dan Issabell sedang duduk menunggu pesanan mereka datang. Terpaksa Bara mengabulkan permintaan putrinya setelah Issabell terus merengek dan tidak bisa dibujuk. Bara terlihat mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencari sosok Ricko yang tadi sempat bersama mereka.
Tak lama, seorang pelayan mengantar pesanan mereka. Issabell yang tidak sabar sudah bersiap menarik piring berisi sepotong roti cokelat pesanannya.
“Mommy saja yang suapin Issabell,” tolak Bella, mengambil alih piring dari tangan Issabell.
“Mau,” rengek Issabell saat piring itu berpindah ke hadapan Bella.
"Ya, Mommy yang suapin. Nanti belepotan kena baju Issabell, jadi tidak cantik lagi,” ucap Bella, membujuk putrinya.
Tampak Bella menyuapkan potongan roti isi cokelat itu ke dalam mulut Issabell.
“Enyak ... mami,” celoteh Issabell, menunjukan kedua ibu jarinya pada Bella.
“Mas ... mau?” tawar Bella pada Bara yang sedang menyesap secangkir kopi hitam pesanannya. Roti pesanan Issabell dengan porsi jumbo lengkap dengan topping susu cokelat di atasnya itu tidak akan habis dimakan Issabell sendirian.
Bara menggeleng. Pandangannya masih sibuk mencari sosok Ricko dari tadi. Sebagai laki-laki, ia sangat hafal betul arti pandangan mata Ricko pada Bella. Sayang, tadi ia melewatkan kesempatan berkenalan dengan Ricko. Kalau tidak, ia akan memperkenalkan diri dan statusnya pada mantan pacar Rissa itu. Supaya laki-laki itu tahu diri dan tidak memupuk perasaannya lebih jauh lagi pada Bella, istrinya.
“Bell, kamu sering ke sini?” tanya Bara tiba-tiba, membuat Bella mengalihkan pandangannya.
“Tidak terlalu, Mas. Kalau sedang kumpul sama teman- teman, seringnya kumpul di sini.”
“Ricko tinggal di dekat sini juga?” tanya Bara lagi.
“Ya, Kak Ricko tinggal tidak terlalu jauh dari sini.”
“Kamu pernah ke rumah Ricko?” tanya Bara lagi.
“Aneh? Kenapa suamiku sudah seperti petugas sensus,” batin Bella.
“Tidak, Mas. Aku tidak terlalu dekat dengan Kak Ricko. Biasa bertemu kalau Kak Ricko kerja di kafe.”
Bara mengangguk. Tidak ada pertanyaan lagi. Ia memilih menikmati kopi hitam sambil memandang putri kesayangannya.
“Issabell suka?” tanyanya tiba-tiba pada putrinya.
“Suka "Daddy,” sahut Issabell, menyeruput jus jeruk yang dipesannya.
“Kalau suka, cepat dihabiskan. Sebentar lagi kita pulang,” perintah Bara, menepuk lembut pucuk kepala Issabell sambil tersenyum.
***
To be continued
Terima kasih
Love You all