NovelToon NovelToon
Kebangkitan Raja Dunia Bawah

Kebangkitan Raja Dunia Bawah

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Epik Petualangan / Dunia Masa Depan
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: asep sigma

Kael Draxon, penguasa dunia bawah yang ditakuti dan dihormati pada masa nya. Namun, di puncak kekuasaan nya, Kael Draxon di khianati oleh teman kepercayaan nya sendiri, Lucien.
Di ujung kematian nya, Kael bersumpah akan kembali untuk balas dendam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon asep sigma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penyelamatan

Mobil hitam melaju di jalanan gelap, meluncur dengan kecepatan konstan menuju markas Cobra Zone. Di dalamnya, Edgar, Elira, dan Iris duduk diam dengan tangan terborgol di belakang, wajah mereka penuh ketegangan.

Di sudut lain mobil, Taron—atau lebih tepatnya Lukas—menatap ke luar jendela dengan ekspresi yang sulit dibaca. Cahaya lampu jalan yang melintas hanya sesekali menerangi wajahnya, menyembunyikan pemikiran yang bergejolak dalam benaknya.

Darius Voss, yang duduk di depan, menyeringai puas sambil melirik ke belakang. "Kalian benar-benar berpikir bisa melawan kami? Cobra Zone bukan organisasi kecil yang bisa dihancurkan dengan segelintir orang."

Edgar tidak menjawab. Tatapannya dingin, meskipun rahangnya mengeras menahan amarah.

Tak butuh waktu lama sebelum mereka tiba di markas besar Cobra Zone, sebuah kompleks bangunan tua dengan dinding beton tebal dan lampu sorot yang menerangi area sekitarnya. Pintu gerbang besar terbuka secara otomatis saat mobil mendekat, memperlihatkan beberapa penjaga bersenjata yang sudah menunggu.

Mobil berhenti, dan pintu belakang dibuka.

"Satu per satu keluar," perintah salah satu penjaga.

Edgar keluar lebih dulu, diikuti Elira dan Iris. Lukas melangkah keluar terakhir, tetap mempertahankan ekspresi netralnya. Begitu mereka semua turun, borgol di pergelangan tangan mereka diperiksa kembali, memastikan tidak ada celah untuk melarikan diri.

Di depan mereka, Viktor Kane dan Garth sudah berdiri menunggu. Viktor menatap mereka dengan senyum dingin, sementara Garth tampak tidak sabar.

"Masukkan mereka ke dalam," perintah Viktor.

Para tahanan digiring ke dalam ruang tahanan bawah tanah, melewati koridor panjang yang berbau lembap dan dingin. Dinding-dindingnya penuh dengan bekas goresan dan karat, menandakan bahwa tempat ini sudah lama menjadi saksi bisu berbagai penyiksaan.

Dari balik bayangan dekat pohon tua di luar kompleks, sepasang mata tajam mengamati semua yang terjadi.

Dante.

Ia berdiri dengan tubuh setengah tersembunyi, mengenakan pakaian serba hitam yang membantunya menyatu dengan kegelapan malam. Tangan bersarung hitamnya bertumpu pada gagang belati yang terselip di pinggangnya. Matanya menelusuri pergerakan Edgar dan yang lainnya dengan seksama.

Ia menghela napas pelan, lalu berbisik pada dirinya sendiri.

"Edgar gayanya saja mau melawan Cobra Zone, tapi langsung tertangkap. Menyusahkan saja."

Matanya beralih ke para penjaga yang berjaga di sekitar ruang tahanan. Ia tahu bahwa langsung menyerang bukan pilihan yang cerdas. Terlalu banyak musuh, dan tanpa informasi yang cukup, ia bisa saja terjebak tanpa jalan keluar.

Jadi, ia menunggu.

Beberapa saat kemudian, dari arah koridor utama, langkah berat terdengar menggema. Ronan Lucien muncul, diapit oleh beberapa pengawalnya yang bersenjata lengkap.

Begitu ia masuk ke dalam ruang tahanan, suasana menjadi lebih tegang.

Dante memperhatikan dari kejauhan, menajamkan pendengarannya. Sayangnya, ia tidak bisa menangkap percakapan yang terjadi di dalam. Namun, ia bisa membaca bahasa tubuh Ronan dan ekspresi Edgar yang penuh amarah.

Apa pun yang mereka bicarakan, jelas itu bukan sesuatu yang menguntungkan bagi Edgar dan kelompoknya.

Setelah beberapa menit, Ronan keluar, diikuti Viktor, Darius, dan Garth.

Tapi ada satu orang lagi.

Dante menegang. "Tunggu… bukannya dia tadi diborgol bersama Edgar? Kenapa dia keluar bersama mereka?"

Dante menghiraukan pertanyaan dalam kepalanya, menyelamatkan Edgar adalah prioritas utamanya. Ia menunggu, menghitung setiap detik.

Saat mereka akhirnya menghilang ke dalam bangunan yang seperti istana, yang tersisa di depan ruang tahanan hanyalah beberapa penjaga yang ditugaskan untuk berjaga.

Dante mengangkat kepalanya sedikit, mata tajamnya menyusuri medan di sekitarnya.

Inilah saatnya.

Dengan gerakan secepat bayangan, ia melesat ke depan. Langkahnya nyaris tak bersuara saat ia mendekati para penjaga.

Penjaga pertama bahkan tidak sempat merespons sebelum belati Dante melesat ke lehernya, memutuskan napasnya dalam satu gerakan mulus.

Penjaga kedua baru saja menyadari ada sesuatu yang salah ketika tangan Dante menutup mulutnya, belati lain tertancap tepat di antara tulang rusuknya.

Dua penjaga tersisa berbalik, terkejut, tetapi sebelum mereka bisa berteriak, Dante sudah bergerak. Ia melemparkan pisau kecil ke arah salah satu dari mereka, membuat pria itu tersentak mundur dengan luka di bahunya.

Penjaga terakhir mencoba mengangkat senjatanya, tapi Dante lebih cepat. Dengan satu lompatan gesit, ia menendang dada pria itu, menjatuhkannya ke tanah sebelum mengakhiri nyawanya dengan satu tusukan cepat.

Dalam hitungan detik, keempat penjaga tergeletak tak bernyawa di tanah.

Dante mengibaskan darah dari belatinya sebelum menyarungkannya kembali. Tanpa membuang waktu, ia meraih kunci dari tubuh salah satu penjaga dan segera memasuki ruang tahanan.

Di dalam,Kael, Edgar, Elira, dan Iris menatapnya dengan mata terkejut.

"Dante?" Edgar menyipitkan mata.

"Jangan banyak bicara. Kita harus keluar dari sini," sahut Dante dingin sambil membuka borgol mereka satu per satu.

Elira mengelus pergelangan tangannya yang memerah setelah dibebaskan. Iris segera bergerak ke arah pintu, mengintip ke luar.

"Kita harus cepat. Mereka mungkin akan kembali dalam waktu singkat," bisik Iris.

Dante mengangguk. "Aku sudah siapkan rute keluar. Tapi kita harus bergerak dengan cepat dan tanpa suara."

Namun sebelum mereka sempat bergerak, suara langkah kaki mulai terdengar di ujung koridor.

Seseorang datang.

...****************...

Kota Lumina selalu sibuk, bahkan saat malam mulai merayap. Lampu-lampu neon menerangi jalan-jalan dengan cahaya berwarna-warni, menciptakan kontras antara kemegahan dan bayangan gelap yang tersembunyi di sudut kota. Orang-orang berlalu lalang, kendaraan melaju tanpa henti, menandakan kehidupan yang terus bergerak.

Namun, di balik semua itu, ada sisi lain dari kota ini. Sisi yang tidak terlihat oleh masyarakat umum.

Di ujung kota, berdiri sebuah toko kecil dengan papan nama usang yang hampir pudar. Dari luar, toko itu terlihat sepi, hampir seperti bisnis yang gagal bertahan di tengah perkembangan kota. Tidak banyak orang yang masuk ke sana, dan bagi mereka yang tidak tahu, toko itu mungkin hanya tempat tua yang hampir ditinggalkan.

Namun, bagi orang-orang tertentu, toko ini adalah surga tersembunyi.

Toko itu menjual berbagai macam senjata—dari pisau kecil yang tajam hingga senapan berat yang hanya dimiliki oleh mereka yang hidup di dunia bawah.

Dan pemiliknya, Lyra, adalah sosok yang tidak bisa diremehkan.

Di dalam toko, seorang wanita dengan rambut perak pendek sedang duduk di belakang meja kayu tua. Tangannya dengan teliti memoles sebuah pistol berlapis hitam, membuatnya berkilau sempurna di bawah lampu redup. Ia bersenandung pelan, lagu lama yang sering dinyanyikan ayahnya saat mengajarinya cara merawat senjata.

Di dinding toko, berbagai senjata tajam tergantung dengan rapi—belati, pedang pendek, pisau lempar, dan berbagai jenis senjata api yang hanya bisa didapatkan melalui jalur ilegal.

Bisnis ini bukan hanya sekadar warisan dari ayahnya. Ini adalah bagian dari hidupnya.

Saat Lyra selesai memoles pistolnya, bel kecil di pintu toko berbunyi, menandakan ada seseorang yang masuk.

Ia tidak langsung menoleh, hanya tersenyum tipis sambil tetap merakit senjatanya. "Toko ini hanya melayani mereka yang tahu kode."

Sebuah suara berat menjawab, "Kalau begitu, sepertinya aku datang ke tempat yang tepat."

Lyra akhirnya mengangkat wajahnya, matanya menelusuri sosok pria tinggi berjaket kulit yang baru saja masuk. Wajahnya tidak asing, namun Lyra tidak langsung berbicara.

Sebelum ia sempat mengatakan sesuatu, tiba-tiba…

BOOM!!!

Suara ledakan yang sangat keras terdengar, jauh dari kota.

Gelas-gelas di meja Lyra bergetar hebat, dan beberapa senjata yang tergantung di dinding jatuh ke lantai.

Dari luar, terdengar teriakan dan suara langkah kaki orang-orang yang panik. Kota Lumina yang biasanya tenang di malam hari kini berubah menjadi lautan kebingungan dan ketakutan.

Lyra segera berdiri, matanya menatap keluar jendela toko dengan waspada. "Apa itu barusan?" gumamnya.

Sang pelanggan yang baru masuk juga menoleh ke arah jendela, menyipitkan mata ke arah langit malam yang kini dihiasi asap hitam yang membumbung dari kejauhan.

"Ledakan besar…" pria itu berujar pelan. "Dan sepertinya berasal dari arah markas Cobra Zone."

Lyra mengernyit. Ia tidak punya hubungan langsung dengan Cobra Zone, tapi sebagai seseorang yang hidup di dunia gelap, ia tahu betapa berbahayanya kelompok itu.

Jika ada yang cukup gila untuk menyerang mereka secara langsung…

Siapa pun itu, mereka pasti telah memulai perang yang lebih besar.

Di luar, warga kota mulai berkumpul, bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Beberapa orang mulai berspekulasi, sementara yang lain segera meninggalkan tempat kejadian sebelum situasi semakin berbahaya.

Di tempat lain, orang-orang dunia bawah yang bersembunyi di bayangan mulai menyadari sesuatu.

Seseorang telah mengguncang keseimbangan kota.

1
Mia Sagitarius
penghianatan!!
Song Min: makasih, udh mampir kak
total 1 replies
Gamaken
Semangat kak upnya!
Song Min: thank u lek
total 1 replies
Chị google là em
Keren banget sih!
Song Min: thanks kak, pantengin kelanjutannya ya/Smirk/
total 1 replies
y0urdr3amb0y
Bahasanya mudah dipahami dan dialognya bikin aku merasa ikut dalam ceritanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!