Jelita Putri Maharani adalah seorang perempuan cantik berumur 27 tahun yang menjadi piatu sejak dia masih duduk di kelas V SD.
Suatu ketika, papa Jelita sakit keras dan sebelum meninggal dia meminta putri kesayangannya itu untuk menikah dengan Rico Putra Permana, pria tampan berumur 30 tahun anak dari sahabat papanya dengan maksud agar Jelita ada yang menjaga.
Namun siapa sangka, 2 bulanan setelah pernikahan, Jelita mulai melihat sifat asli suami, mertua dan adik iparnya yang membuat emosi Jelita makin lama makin naik.
Bagaimanakah kisah selengkapnya? Yuk simak novel ini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17 Skak Mat
"Enak saja mau pakai uangku!" protes Dewi.
"Trus kalau bukan pakai uang itu pakai uangnya siapa? Uangku lagi gitu? Kalian kalau mau jadi benalu ya kira-kira lah, dikiranya aku perempuan goblok apa," ujar Jelita dengan nada santai tapi tajam yang langsung membuat Baskoro dan Dewi tersindir.
"Kamu tadi bilang apa?! Kamu ngatain kita benalu?! Dasar mantu kurang ajar kamu ya!" Dewi muntab tanpa sadar diri.
"Gak kebalik ta Ibuk ngatain aku kurang ajar? Yang sudah mbohongi, nipu sama memanfaatkan mendiang Papaku dan aku siapa? Kalian kan?" tak ingin masalahnya berlarut-larut terlalu lama, Jelita pun siap membongkar kebusukan mereka malam itu juga.
"Mulutmu ngomong apa sih, Ta?! Ati-ati kamu ya! Dasar tukang fitnah!" hardik Dewi seraya melotot ke arah menantunya.
"Ibuk ngatain aku tukang fitnah? Mending Ibuk tanya deh sama Bapak dan Rico, bagaimana ceritanya Papaku tega jodohkan aku sama anak lelaki kalian yang ternyata sudah menghamili pacarnya dan menyuruhnya aborsi," sahut perempuan berumur 27 tahun itu yang langsung membuat Baskoro dan Dewi kaget hingga mereka berdua saling berpandangan karena bingung dengan maksud perkataan Jelita.
"Maksud omongan dia apa, Pak? Kok dia bilang Rico menghamili pacarnya sama nyuruh aborsi itu apa?" selidik wanita berumur 48 tahun tersebut dengan jantung berdetak lebih cepat.
"Bapak gak tahu apa-apa soal itu, Buk," balas Baskoro dengan ekspresi pilon.
"Tentu saja Bapak sama Ibuk gak tahu, Rico kan merahasiakan kebusukannya dari kalian. Dia sudah pulang kan? Kenapa gak tanya ke dia langsung," sela Jelita dengan santainya lalu mencibir.
"Coo Ricoo, turun kamu!!" teriak Baskoro dari lantai bawah tapi setelah ditunggu sekian menit anak lelakinya tidak turun juga yang membuat Baskoro emosi lalu segera naik ke lantai atas. Bertepatan dengan itu muncul Sisca dari kamarnya dengan perasaan heran karena tidak biasanya bapaknya memanggil kakaknya dengan suara kencang.
"Ada apa sih Pak kok manggil Mas Rico kenceng begitu?" tanya Sisca penasaran tapi tidak digubris oleh bapaknya yang membuat gadis itu tambah heran.
Dor dor dor!
Baskoro menggedor pintu kamar Rico karena pintunya dikunci dari dalam.
"Keluar kamu Rico! Bapak butuh penjelasan dari kamu!" seru pria itu dengan menahan emosi, tapi Rico yang panik di dalam kamar bergeming, yang semakin membuat Baskoro murka.
Dor dor dor!
"Buka pintunya Rico!"
Untuk kedua kalinya pria itu menggedor pintu kamar anak lelaki nya tapi lagi-lagi tidak direspon oleh Rico. Tak berapa lama muncullah sosok Jelita sambil membawa kunci cadangan pintu kamar Rico lalu menyerahkannya ke Baskoro yang disusul oleh Dewi di belakangnya.
"Kurang ajar kamu ya!" semprot Baskoro begitu pintu kamar berhasil dibuka.
"Ada apa sih, Pak? Rico tidur karena kecapekan ini lo," pemuda itu masih saja bermain acting sekalipun dia sudah terjepit.
"Apa bener yang dikatakan Jelita kalau kamu sudah menghamili pacarmu trus nyuruh dia aborsi?" cecar pria berumur 51 tahun itu yang membuat Sisca kaget setelah mendengarnya.
"Bapak ngomong apa sih? Rico mana punya pacar?" pemuda tersebut masih berani menyangkal.
"Kamu gak mau ngaku? Kalau begitu aku suruh Ratih bawa Elvira ke sini, sekalian aku panggil temenku yang jadi polisi untuk menjarakan kamu karena sudah nyuruh Elvira aborsi. Kamu tahu kan kalau aborsi itu sama saja tindakan kriminal pembunuhan?" ancaman Jelita sukses membuat Rico keder dan kedua orang tuanya plus adiknya jadi panik.
"Tolong Ta, jangan laporkan aku ke polisi," pemuda itu memohon pada Jelita.
Plak! Plak!
Baskoro menampar pipi kanan dan kiri Rico dengan keras.
"Jadi bener kamu pacaran di belakang Bapak sama Ibuk trus kamu menghamili dia dan menyuruhnya aborsi?! Bener-bener kurang ajar kamu, Ric!" sergah pria berumur 51 tahun itu dengan volume suara tinggi.
"Iya Pak, Rico minta maaf," sahut pemuda tersebut pelan yang langsung mendapat pukulan bertubi-tubi dari kedua tangan Dewi. Menyaksikan kejadian itu Sisca pun menjadi ngeri, sementara Jelita tertawa dalam hati.
"Goblok bener kamu Riic Ric, bisa-bisanya kamu berbuat seperti itu," ujar Dewi seraya terus memukul-mukul badan anak lelakinya.
"Mumpung kalian berkumpul di sini ada hal penting lain yang ingin aku omongin," ucap perempuan cantik tersebut yang langsung membuat Dewi menghentikan pukulannya pada Rico.
"Awalnya aku gak tahu apa alasan Papaku sampai tega menjodohkan aku sama Rico sebelum dia meninggal, usut punya usut setelah aku selidiki, rupanya Bapak punya hutang puluhan juta ke Papaku. Karena gak bisa bayar hutang akhirnya Papaku minta Rico untuk nikahin aku dengan alasan agar kalian bisa menjaga dan melindungi aku. Tapi di luar dugaan, setelah kalian aku ijinkan tinggal di rumah ini ternyata kelakuan kalian persis seperti benalu yang sukanya mengambil keuntungan dariku mentang-mentang aku ditinggali warisan banyak dari kedua orang tuaku," lanjut Jelita terang-terangan yang untuk kesekian kalinya membuat Dewi dan Sisca kaget karena kedua perempuan itu tidak tahu menahu soal hutang Baskoro ke Pak Adi.
"Beneran kan Pak omonganku? Dan Bapak gak ngasih tahu hal ini ke Ibuk dan Sisca, makanya selama tinggal di sini mulut kedua perempuan itu sering rewel soal lauk, dikira mereka kasih modal ke aku," imbuh perempuan tersebut yang membuat Baskoro tidak bisa berkomentar apa-apa.
"Bener Pak apa yang diomongin Jelita?" tanya Dewi sambil menoleh pada suaminya yang dibalas anggukan kepala lemah oleh Baskoro.
"Bapak punya hutang sampai puluhan juta itu untuk apa Pak? Bukannya sebagian biaya kuliah Sisca dari bantuan beasiswa?" telisik wanita berumur 48 tahun itu curiga.
"Ibuk tahu Bapak kerja dimana? Di bengkel sepeda motor kan, Buk? Gaji Bapak itu gak tentu Buk, tergantung rame sepinya bengkel. Minimal Bapak dapet gaji sejuta sebulan. Menurut Ibuk uang segitu cukup gak untuk biaya makan minum kita sebulan? Bayar listrik, air, uang bensin dan uang jajan Sisca. Belum lagi untuk bayar sewa rumah dan Sisca kalau butuh biaya kuliah, termasuk beli laptop untuk dia. Gak cukup kan, Buk? Selama ini otak Ibuk pernah mikir sampek ke situ gak? Kalau hanya jadi ibu rumah tangga kayak Ibuk, gampang Buk. Kerjaan Ibuk di rumah apa sih? Masak? Nyuci baju? Setrika? Bebersih rumah? Bapak bisa Buk ngerjakan itu semua," jelas Baskoro yang membuat Dewi kicep.
"Sudah jelas kan semuanya. Jadi kalau Ibuk ngataian aku mantu kurang ajar, tukang fitnah, belagu, sebenarnya itu karena dasarnya Ibuk saja yang gak waras. Kalau aku gak menghormati Ibuk dan juga kamu Sisca, sudah aku remes-remes mulut kalian dari kemarin-kemarin," kata Jelita yang tidak direspon oleh Baskoro sekeluarga karena aib mereka sudah dikuliti.
"Aku mau menggugat cerai Rico, dan kalian aku beri waktu 2 minggu untuk pindah dari rumah ini. Siapa yang sudi punya keluarga benalu dan gak tahu malu kayak kalian," tambah Jelita yang langsung beranjak pergi dari tempat itu lalu masuk ke kamarnya dan menguncinya dari dalam.