Di khianati sang kekasih dengan adik tiri nya membuat Kania memutuskan untuk keluar dari rumah karena dia tidak bisa satu rumah lagi dengan sang adik Tiri dan mantan kekasih nya.
Kania memilih tinggal di kost dan melanjutkan kuliah nya tapi dia justru terlilit hutang sang sahabat, bagaimana cara Nia membayar hutang sang sahabat nya
Yuuk mampir di cerita terjerat cinta Om Duda 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvaro zian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salon
"Ni, nanti akan ada yang menjemputmu pulang dari kantor, kebetulan kita tidak lembur hari ini" ujar Sari pada Nia.
"Nggak masalah Sar kalau aku pergi?" tanya Nia memastikan
"Gampang lah Ni,ntar aku yang bilang sama pak Alan kalau kamu ada keperluan" jawab Sari.
Sari memang bisa dikatakan cukup berpengaruh di Bank tersebut,selain dia sebagai Analis kredit,Sari merupakan tunangan Alan sang kepala Bank jadi sangat mudah untuk Sari berkomunikasi pada kekasih nya itu untuk meminta izin.
"Berikan alasan yang masuk akal Sar,aku takut pak Alan marah dan justru memecat ku" ujar Nia jujur.
"Tenang saja happy fun ya"
Tepat pukul empat sore ponsel Nia berbunyi,Nia diam sesaat seraya memegang ponselnya dengan erat, sudah ada jemputan untuk nya di luar,Nia segera pamit pada Sari dan Maya untuk pergi.
Di sepanjang perjalanan Nia selalu berdo'a semoga saja semuanya berjalan dengan lancar. Nia tak sabar untuk segera mendapatkan bayaran yang mana uangnya bisa dia gunakan untuk membayar hutang Mira. Hidupnya pasti akan sedikit tenang jika hutang tersebut bisa dia lunasi.
****
Nia di turun kan di sebuah kafe dan saat ini dia sedang berdiri bersama dengan seorang wanita dewasa yang cantik dan berpenampilan rapi. Senyumnya sangat ramah, membuat Nia merasa tenang.
Kania?" Wanita itu bertanya, dan Nia langsung mengangguk sebagai jawaban.
"Saya Siska sekretaris pak Ben,saya di minta oleh pak Ben untuk mendandani kamu dan mempersiapkan kamu untuk acara nanti malam"jelas Siska
"Om Ben,eh pak Ben mana?" tanya Nia gugup
"Pukul tujuh malam nanti beliau akan menjemputmu," ucap wanita tersebut dan Nia mengangguk tanpa bicara apapun.
"Kamu makan dulu nanti saya akan bawa kamu ke Salon" ujar Siska
Setelah makan Nia pun langsung mengikuti langkah Siska masuk ke dalam sebuah mobil mewah berwarna silver. Nia merasa kagum setelah berada di dalam mobil tersebut. Terlihat norak memang. Pasalnya dia jarang naik mobil. Paling juga dia hanya naik taksi online dan grab.
"Jadi, kamu teman nya nona Sari?" Siska bertanya, memulai obrolan pada Nia yang duduk di sampingnya.
"Iya, Bu. Kami teman satu kerjaan," jawab Nia. Dia berusaha menampilkan senyuman terbaiknya.
"Setau saya nona Sari memiliki banyak teman. Tapi hanya kamu yang dia rekomendasikan untuk menemani pamannya sendiri, apa ada sesuatu yang istimewa dari kamu" ujar Siska membuat Nia tersenyum canggung mendengar itu. Mendengar kata 'paman' membuat Nia menerka-nerka bagaimana rupa paman Sari tersebut,apa sudah berumur atau bisa jadi kepala botak dengan Perut buncit l.
"Kebetulan saya memang sedang butuh uang, Bu. dan Sar ahu itu jadi dia menawarkan saya pekerjaan yang menurut saya pun tidak sulit," balas Nia jujur. Siska terlihat agak kaget mendengar itu. Namun dia tak bertanya, karena takut membuat Nia tersinggung.
"Kamu tinggal sendirian? Atau bersama orang tua?" Siska terus bertanya, agar suasana di antara mereka tidak terasa canggung dan hening.
"Sendirian, Bu. Saya kost di daerah salatiga,mama saya sudah meninggal dan papa saya menikah lagi jadi saya memutuskan untuk keluar dari rumah" Nia menjawab dengan tenang. Namun hati Siska terasa mencelos mendengar itu. Ah, sekarang dia paham. Nia mungkin sedang kesusahan ekonomi hingga dia mau menerima pekerjaan singkat ini. Ya wajar lah. Apalagi jika dia memang tak punya mama, tak ada tempat untuk mengadu atau berkeluh kesah.
Setelah beberapa menit, akhirnya mobil Siska sampai di parkiran sebuah salon. Siska mengajak Nia untuk turun dari mobil dan masuk ke dalam salon bersamanya. Nia agak bingung, jadi dia memilih untuk mengikuti langkah Siska saja, biasanya Nia juga sering ke salon tapi tidak seperti ini salon nya, yang dia datangi kali ini sangat mewah membuat nya pangling.
Siska berjalan mendekati seseorang yang merupakan salah satu pegawai salon tersebut. Mereka berdua berbincang beberapa saat, lalu pegawai salon tersebut melihat ke arah Nia dan tersenyum ramah.
"Bisa selesai sebelum jam tujuh malam kan mbak Soalnya nanti pak bos akan menjemputnya," ujar Siska
"Akan kami usahakan Bu Siska" ucap pegawai tersebut,salon ini memang sudah menjadi langganan keluar Putra dari dulu,Siska pun juga sering kemari jika akan mendatangi acara kantor bersama Ben.
"Nia ikuti dia ya. aku rasa kamu sudah terbiasa ke salon jadi tidak akan begitu sulit bukan" ujar Siska dan di anggukki Nia patuh.
Nia lumayan sering ke salon meskipun hanya sekedar facial dan cuci rambut, maklum saja dia masih gadis apalagi pekerjaan nya menuntun Nia harus selalu tampil fresh Terlihat dari kulit dan wajah Nia yang terawat, meskipun bukan salon mahal yang sering di datangi nya .
"Aku akan pergi untuk menyiapkan bajumu. Nanti aku ke sini lagi," ucap Siska. lagi-lagi Nia hanya bisa mengangguk saja.