Penampilanya sedikit gemulai, wajahnya mirip orang Korea tapi sebenarnya dia keturunan Jepang. Jiro Itsuki Takahashi, model rintisan di Korea. Memiliki wajah tampan dan gemulai, dia menikahi gadis Indonesia bernama Namira Isyana Saraswarti. Pernikahan mereka kurang di restui oleh kedua orang tuan Namira yang seorang pengusaha dan pebisnis sukses.
Mereka menginginkan kedua anak perempuannya yang berpendidikan tinggi mendapat suami yang sukses juga seperti keluarganya. Mereka menginginkan menantu yang sesamanya bergerak di bidang bisnis juga agar perusahaan dan bisnisnya bisa mrnjadi besar dan menguasai seluruh Asia.
Tidak ada yang tahu siapa sebenarnya Jiro Itsuki Takahashi itu, mereka meremehkan Jiro yang seorang model yang gemulai. Padahal dia sebenarnya memiliki dunia lain yang sangat kuat dari pekerjaannya sebagai model.
Siapakah Jiro Itsuki itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Serangan Mendadak
Rania sungguh malu telah berbuat konyol bahkan merendahkan dirinya di depan Jiro. Gadis itu pergi dari kantor agensi milik Jiro dengan penuh kekesalan, dia tidak menyangka kalau laki-laki itu merendahkannya bahkan menunjukkan sebuah tempat di mana pelacur bisa di hargai begitu mahal.
"Dasar laki-laki sialan, brengsek! Dia pikir laki-laki sejati dan tampan. Awas saja kamu, aku akan membuat gadis yang kamu sukai itu tersiksa dan rendah harga dirinya seperti diriku yang kamu rendahkan!" umpat Rania.
Dia pergi begitu saja tanpa pamit pada tuan Park, dia benar-benar kesal sekali dan kembali lagi ke hotelnya.
Sementara itu, Jiro sudah kembali dalam perjalanan pulang ke Jepang. Sesuai dengan informasi dari asistennya, kalau Inezaki Mayada sudah membuat janji dengannya.
Dua jam lebih perjalanan dari Korea Selatan ke Jepang, tak banyak waktu lama Jiro dan Kendo pun di bandara. Keduanya di jemput oleh anak buah Jiro yang biasa jadi supirnya ketika pulang dari lawatannya keluar negeri.
"Bagaimana dengan Namira, apa dia baik-baik saja ketika aku tinggal pergi?" tanya Jiro.
"Kata pelayan di rumah Minka itu, nona Namira ingin pergi jalan-jalan keluar. Jadi saya izinkan saja hanya sekitar rumah Minka saja," jawab Kendo.
"Hmm, bagus. Aku tidak mau dia kenapa-kenapa selagi aku berada di luar negeri." ucap Jiro.
"Ya tuan, tapi apa sekarang kita kembali ke rumah Minka atau ke apartemen?" tanya Kendo.
"Ke apartemen saja, ini sudah malam. Aku takut mengganggunya tidur, besok pagi aku akan mengunjunginya kesana."
Mobil melaju cepat menuju apartemen Jiro yang berada di tengah kota Tokyo. Saat malam hari terasa sepi jalanan ibu kota Jepang itu, sampai tidak ada yang menyadari jika ada beberapa mobil dan juga motor melewati jalan itu dan seakan mengiringi mobil Jiro.
"Tuan, sepertinya ada yang mengikuti," ucap Kendo melihat sisi kanan kiri jalan.
Jiro pun menoleh ke kanan kiri jendela, dua pengendara motor mendekati menatap ke arah Jiro.
"Siapa mereka tuan?" tanya Kendo.
"Apa kamu sudah memberitahu Inezaki?" tanya Jiro.
"Sudah tuan, tapi apa mereka itu suruhan tuan Inezaki?"
Jiro memperhatikan pengendara motor itu, biasanya ada simbol yang melambangkan dari kelompok mana mereka berasal. Sejak tadi di perhatikan tidak ada simbol apa pun, Jiro menyipitkan matanya mengingat dari mana mereka semua.
"Apa mereka suruhan kakek?" gumam Jiro.
"Kenapa tuan Takahashi melakukan itu pada anda?"
"Di belakang masih ada dua mobil mengejar kita, Kendo belokkan ke arah selatan. Aku ingin tahu siapa mereka semua, mereka pikir aku takut menghadapinya tanpa bantuan apa pun. Cari tempat kosong, jangan sampai membuat geger kota ini karena ulah mereka," ucap Jiro.
"Baik tuan."
Mobil yang di kendarai Kendo itu pun melaju kencang meninggalkan dua pemotor dan juga dua mobil di belakang. Ke empat kendaraan itu langsung mengejar cepat agar tidak lepas dari pengawalan mereka.
_
Jiro berhadapan dengan satu orang yang keluar dari mobil hitam, dia memakai topeng dan di belakangnya ada dua samurai. Layaknya seorang ninja, tapi dia memakai jas hitam lengkap dengan dasi merah menyala.
Kendo di samping bosnya pun merasa sedikit khawatir dengan Jiro, pasalnya laki-laki itu di belakangnya ada beberapa orang yang memakai topeng sama dengan jas hitam lengkap juga.
"Mereka siapa tuan? Kenapa ingin menantang anda?" tanya Kendo masih memperhatikan orang-orang di depan yang berjarak sepuluh meter.
"Aku tidak tahu siapa mereka. Ada urusan apa denganku, tapi yang jelas aku siap menghadapi mereka semua," jawab Jiro menatap tajam ke depan.
Matanya seakan sedang menyelidiki dengan kemampuan menerawangnya, tapi sepertinya susah untuk di tebak karena orang-orang itu tidak memiliki simbol apa pun.
"Sulit sekali menerka siapa mereka, siapa sebenarnya mereka itu? Kenapa berurusan dengan ku?" gumam Jiro.
Beberapa menit saling berhadapan tidak ada yang berani menyerang lebih dulu, sampai setengah jam akhirnya Jiro maju dua langkah dan tidak di sangka orang-orang bertopeng itu langsung maju serentak menyerang Jiro dan Kendo.
Perkelahian pun tak terelakan, Jiro langsung menyerang satu ketua kelompok itu dengan tangan kosong. Orang yang di anggap ketua tersebut juga menyerang dengan cepat dan gesit, dua pedang samurainya di arahkan tanpa henti pada Jiro. Tapi laki-laki itu bisa menghindar dan menangkisnya.
Sepuluh orang melawan dua orang, tentu sangat kewalahan dan berakhir kekalahan seharusnya. Tapi Jiro berhasil melumpuhkan tiga orang dengan menusukkan samurai dari lawannya, kini ketua itu terus menyerang bertubi-tubi.
"Hiaat! Set! Set!"
"Aarggh!"
"Hap! Wuss!"
Trang! Trang! Set! Set!
Sabetan samurai mengarah pada Jiro selalu di tangkis oleh laki-laki itu, dia mengambil satu samurai untuk melindungi dirinya dari sabetan samurai lainnya.
"Jangan biarkan dia lolos, kita harus menyerahkan kepalanya pada ketua!" teriak sang ketua pada anak buahnya.
Tentu itu membuat Jiro dan Kendo kaget, siapa yang di maksud ketua mereka itu?
Bug! Bug!
"Aarggh!"
Satu orang lagi berhasil di lumpuhkan, sang ketua terkejut dengan empat orang anak buahnya tewas oleh serangan Kendo dan Jiro. Padahal mereka tidak menggunakan senjata apa pun, tapi empat orang sudah lumpuh dan tewas.
Sang ketua mundur beberapa langkah dengan siaga samurainya ke depan dan ke samping bawah. Matanya di balik topeng itu menatap tajam pada Jiro, baju laki-laki itu sobek akibat sabetan samurainya.
"Siapa kalian?! Siapa ketua kalian?!" tanya Jiro berdiri tegap dengan samurai menggantung di tangannya.
Tidak ada jawaban apa pun dari sang ketua, tapi serangan cepat dari gerakan melayang mengarah pada Jiro itu pun membuat dia terkejut dan tidak bisa menghindar dari sabetan samurainya.
Set! Set!
Dua kali sabetan di tangan dan pinggangnya membuatnya mengucurkan darah, dengan cepat pula dia membalas sabetan samurainya dan berhasil menusuk bagian punggung sang ketua kelompok itu.
"Aargh!"
"Ayo kita pergi!"
Teriak salah satu dari mereka langsung membawa sang ketua, Jiro pun terduduk memegangi pinggangnya juga lengannya yang terkena sabetan samurai. Kendo langsung menangkapnya dan segera membawa masuk bosnya.
"Bertahan tuan, kita segera ke rumah sakit," ucap Kendo, laki-laki itu juga terluka tapi tidak separah Jiro.
"Jangan, bawa saja aku di rumah Minka," cegah Jiro.
"Tapi tuan, luka anda cukup parah," ucap Kendo.
"Jangan membantah! Bawa aku kesana, panggil saja Sheish ke rumah Minka," ucap Jiro semakin lemah suaranya.
Kendo pun tidak membantah lagi, dia sangat khawatir dengan bosnya yang kini sudah tidak sadarkan diri.
"Tuan Jiro! Bertahanlah!"
_
_
*****
bilang aja nikah jgn pake katedral Thor Krn merujuk ke agama katolik dn aturannya kalau mau nikah itu ribetttt butuh waktu berbulan2 Krn wajib ikut kursus utk menikah jd ga mgkn bgt eluarga ga tau 😂😂 mending diganti deh tor mumpung msh blm panjang sayang ceritanya lumayan kesannya jd penyesatan