NovelToon NovelToon
I LOVE YOU, KANARA

I LOVE YOU, KANARA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Cinta Murni / Kontras Takdir / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:382.6k
Nilai: 4.9
Nama Author: Mae_jer

Kanara Rusadi, wanita beranak satu yang menikah dengan laki-laki keji karena dijual oleh ibu tirinya. Kanara kabur dari rumah akibat mendapatkan kekerasan dari suaminya. Ia bersama putranya harus hidup serba berkekurangan.

Demi sang putra dan berbekal ijasah SMA, Kanara bertekad masuk di sebuah perusahaan besar milik laki-laki yang pernah dia tabrak mobil super duper mahalnya.

Pertemuan awal mereka meninggalkan kekesalan Brandon. Namun seiring berjalannya waktu, Brandon mengetahui bahwa Kanara sedang bersembunyi dari suaminya dan saat ini berada di dalam bahaya yang mengancam nyawanya.

Brandon yang diam-diam mulai ada rasa pada Kanara, berusaha menyelamatkan wanita itu dari ancaman sang suami yang berkuasa di dunia gelap. Tanpa ia sadari Kanara adalah wanita yang pernah pernah terjerat dengannya sepuluh tahun lalu dan bocah bernama Bian itu adalah putra kandungnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Brandon tiba di depan sekolah Bian dengan langkah penuh percaya diri. Ia mengenakan kemeja biru langit dengan penampilan rapi yang semakin menonjolkan sosok tegap dan ketampanannya yang hampir sempurna.

Begitu lelaki itu muncul, para guru, staf sekolah dan beberapa murid yang sedang bermain di halaman langsung menoleh, terpesona oleh aura yang terpancar dari dalam dirinya. Sekolah tersebut adalah sekolah gabungan SD, SMP dan SMA. Tidak terlalu besar tapi jumlah siswanya terbilang cukup banyak. Para siswi SMA yang paling tertarik mencuri-curi pandang ke pria itu.

Mata para guru pun hanya fokus pada sosok tinggi dan menawan tersebut. Mereka langsung bergosip dengan suara pelan, berbisik-bisik tentang siapa lelaki yang begitu tampan dan berwibawa itu.

Tentu saja orang-orang itu merasa penasaran dan tidak bisa menahan diri untuk bertanya,

"Siapa laki-laki itu?"

"Kenapa dia datang ke sekolah ini?"

Brandon sendiri tidak peduli dengan tatapan mata yang tertuju padanya. Ia hanya memfokuskan pandangannya mencari kelas dari si bocah bernama Bian, putra Kanara.

"Siang pak, mohon maaf, kalau boleh tahu anda cari siapa ya?" salah seorang guru muda sengaja mendekati Brandon di saat pria itu menghentikan langkahnya di depan sebuah kelas yang di tertulis besar-besar di depan pintu 'kelas empat SD'. Perempuan yang berprofesi sebagai guru tersebut tampak terpesona pada ketampanan Brandon. Dari jauh sudah menawan, begitu di lihat dari dekat, oh ya ampun. Dia pingsan rasanya.

"Saya mencari anak laki-laki kelas empat. Namanya Bian Gracia, ini kelasnya kan?" kata Brandon menatap wanita berseragam guru tersebut.

"Bian Gracia?" si guru berpikir sebentar, lalu berbicara lagi.

"Ah benar. Anak yang baru pindah ke sini beberapa hari yang lalu bukan? Betul, ini kelasnya. Apakah anda adalah ayahnya?

Alangkah baiknya kalau dia adalah ayah dari bocah itu. Sayangnya bukan. Batin Brandon berkata begitu.

Saat Brandon hendak menjawab pertanyaan tersebut seorang bocah laki-laki berbadan kecil melangkah keluar dari dalam kelas. Bocah itu memakai ransel berwarna hitam yang sedikit lebih besar daripada tubuhnya yang mungil. Saat melihat Brandon, raut wajah bocah itu langsung berubah. Dia ingat perlakuan kasar Brandon pada mamanya. Pokoknya mata Bian sangat tidak bersahabat. saat menatap pria itu.

Bian membuang muka saat Brandon menatap ke arahnya.

"Bian," untuk pertama kalinya Brandon menyebut nama itu.

"Mamamu sakit jadi tidak bisa menjemputmu." tambahnya kemudian.

Kalimat yang keluar dari mulut Brandon sontak membuat Bian kaget. Ia mendekati Brandon dan memegangi sebelah tangan pria itu.

"Mama sakit apa? Bian mau pulang sekarang. Bian mau ketemu mama." kata bocah itu, matanya mulai berkaca-kaca.

Brandon jadi menyesali kalimatnya. Harusnya dia tidak langsung bilang kalimat seperti tadi. Tapi semuanya sudah terlanjur. Lelaki itu pun membungkukkan badannya dan mengusap-usap lembut kepala Bian.

"Tenanglah, mama kamu nggak apa-apa, hanya butuh istirahat saja. Sekarang kita pulang ya, mama kamu nungguin kamu di rumah." ucap Brandon lembut. Bian menatap pria itu lama, kemudian menggenggam tangan Brandon. Entah kenapa rasa tidak suka anak itu kepada Brandon agak berkurang. Biasanya dia selalu curiga dan sangat berhati-hati pada orang-orang yang baru dia kenal. Tetapi terhadap pria yang pernah ngomong ketus pada mamanya ini, bocah itu justru percaya tanpa ada rasa curiga sama sekali.

Ketika mereka sampai di lapangan parkir, Brandon membukakan pintu mobil mewahnya, menunggu bocah itu masuk dengan sabar. Para guru yang ada di sekitar tidak dapat menahan diri untuk memandang dengan penuh kekaguman. Mereka membicarakan lelaki itu dalam bisikan yang semakin kuat.

"Dia siapa sih? Apa dia orang penting?" tanya salah seorang guru dengan heran.

"Mungkin dia orang tua dari murid itu. Bisa jadi dia pebisnis kaya. Lihat saja mobilnya," jawab guru lainnya, mata mereka tak bisa berpaling dari sosok lelaki yang begitu sempurna di mata mereka.

Begitu mobil Brandon melaju meninggalkan area sekolah, gosip tentang siapa kira-kira pria itu semakin heboh.

Dalam perjalanan pulang, Bian sesekali mencuri-curi pandang pada lelaki gagah yang sedang mengemudi dengan penuh ketenangan. Ia merasa aneh, kenapa om itu bisa tahu mamanya sakit dan menjemputnya di sekolah.

"Kenapa om tahu mama Bian sakit? Emangnya om ketemu mamanya Bian di mana?" bocah itu bertanya. Brandon melirik ke bocah itu sebentar lalu fokus lagi menatap jalan.

"Mama kamu belum cerita kalau mama kamu kerjanya di perusahaan om?" Bian menggeleng.

"Perusahaan itu kayak kantor ya om?" tanyanya polos. Brandon tertawa kecil lalu menganggukkan kepala. Kemudian ia mendengar perut anak itu berbunyi, tanda perut tersebut membutuhkan asupan makanan.

"Kamu lapar?"

"Bian menundukkan kepala sembari menggeleng."

"Kita makan dulu sebelum pulang ke rumah kamu ya? Jangan bikin mama kamu khawatir."

'Bian nggak laper om, Bian mau ketemu mama."

"Kamu laper, nggak baik nahan laper. Mama kamu pasti sedih."

Perkataan Brandon membuat bocah berusia sembilan tahun itu terdiam. Ia tidak menolak lagi, karena dia memang sudah lapar. Mamanya tidak sempat bikin bekal hari ini, dan dia tidak sempat pergi makan ke kantin sekolah.

Mereka memasuki restoran yang cukup mewah di daerah situ. Banyak makanan yang Bian suka. Waktu masih tinggal di rumah papanya pun dia bisa memilih semua makanan yang dia suka, hanya saja karena sang papa terlalu kejam, dia jadi takut pada papanya. Benci juga akibat papanya selalu bikin mamanya nangis.

Habis makan, dia langsung di anterin pulang ke rumah. Mamanya sudah menunggu di ruang tamu.

"Mamaa!" Bian berseru sambil berlari kecil ke mamanya.

"Jangan peluk-peluk mama dulu sayang, mama takut kamu ketularan sakit mama." kata Kanara.

"Pas om Brandon bilang mama sakit, Bian jadi khawatir. Mama jangan sakit lagi ya, Bian sedih kalau mama sakit." gumam Bian. Kanara tersenyum.

"Bian udah makan?"

"Udah. Om Brandon bawa Bian makan di restoran mahal dan temenin Bian makan sambil nanya-nanya tentang sekolah dan hobi Bian. Nggak kayak papa yang nggak per ..."

"Kamu masuk ke kamar ganti baju kamu dulu ya. Jangan lupa cuci tangan di dapur." Kanara cepat-cepat memotong perkataan Bian. Ia tahu bocah itu mau ngomong apa tadi. Jadi langsung dia potong.

Kanara juga bingung melihat kedekatan sang putra dan laki-laki yang memiliki jabatan tertinggi di tempatnya bekerja. Setelah Bian pergi, Kanara menaikkan kepala menatap Brandon yang masih berdiri sejak tadi. Ia merasa tidak enak sudah menyibukkan pria itu hari ini. Bos pula.

"Ma - maaf sudah merepotkan anda." katanya meminta maaf.

"Jangan bicara terlalu formal begitu. Kita tidak sedang berada di kantor. Kenapa duduk di sini? Bukankah sudah ku bilang istirahat saja di dalam?" balas Brandon.

"Ah, aku sudah sehat kok."

Brandon menghela nafas. Wanita ini terlalu memaksakan diri. Pria itu pun duduk di sofa yang berhadapan langsung dengannya.

"Boleh aku bertanya sesuatu?"

Kanara mengangguk.

"Apa kau dan suamimu sudah bercerai?"

Pertanyaan tersebut membuat Kanara kaget.

1
Anonymous
PLIZZ UP BANYAK DONG AUTHORD😭😭😭🙏🏻
Lailik Lailik
paling benar memang langkah pertama harus tes DNA brandon biar Kinara GK bisa mengelak lagi 😂 semangat dabel" up-nya Thor 💪❤️❤️
Cewe Xarumz
yupsss sinyal kebenaran mulai terungkap
iya bos tes dna aja sambil nunggu info lengkap dr pengawalmu,,,
bian sini onty bisikin lg,, bos brandon itu daddymuuuu😍
Nung Ella
good brandon...
Esther Lestari
mumpung di rs skalian diam2 tes dna saja Brandon
aelllll
MAKASIH UDAHH UP JAM SEGINI, LUP LUP BUAT AUTHORR
Oktav
Segera lakukan Boss drpd hny mengingat masa lalu gapai masa kini mu
Dear Riebond
Aaaaaaa penasaraaannnn🔥🔥🔥🫰🏻🫰🏻
Hany Marta
lanjut up thorrr....makin seru gak sabar tunggu kelnjutan2an nya......
Siti Amyati
Brandon gerak cepat ,lanjut
Dian Rahmawati
Darah brandon sama dgn Bian
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
Tetap semangat berkarya kak ❤️❤️❤️🔥🔥🔥🔥😍😍😍😍
Laurensia Listianawati
lanjut
Dian Rahmawati
cie brandon
Laurensia Listianawati
Brandon pingin se x tahu status Kanara
memei
kanara lihatlah bian dan brandon dalam posisi dekat gitu...mirip kan
Tami Tami
BAGUS
Lisma Wati
keren
aku suka
Eva Karmita
nah ini baru laki ngk pakai basa basi langsung tembak tancap gassss polllll pokoknya 👍👍👍👍
Mutia 1964
Anak Kinara sdh 9 th, kan sdh besar apa msh sanggup digendong, apa gak berat...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!