Di dunia di mana kekuatan adalah segalanya, Liu Han hanyalah remaja 14 tahun yang dianggap aib keluarganya. Terlahir dengan bakat yang biasa-biasa saja, dia hidup dalam bayang-bayang kesuksesan para sepupunya di kediaman megah keluarga Liu. Tanpa ayah yang telah terbunuh dan ibu yang terbaring koma, Liu Han harus bertahan dari cacian dan hinaan setiap hari.
Namun takdir berkata lain ketika dia terjebak di dalam gua misterius. Di sana, sebuah buku emas kuno menjanjikan kekuatan yang bahkan melampaui para immortal—peninggalan dari kultivator legendaris yang telah menghilang ratusan ribu tahun lalu. Buku yang sama juga menyimpan rahasia tentang dunia yang jauh lebih luas dan berbahaya dari yang pernah dia bayangkan.
Terusir dari kediamannya sendiri, Liu Han memulai petualangannya. Di tengah perjalanannya menguasai seni bela diri dan kultivasi, dia akan bertemu dengan sahabat yang setia dan musuh yang kejam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Babak Delapan Besar
Seluruh murid pelataran luar berkumpul di arena utama untuk menyaksikan pertandingan yang paling ditunggu-tunggu. Suasana terasa penuh dengan semangat, ketegangan, dan antisipasi.
Para tetua telah mengumumkan nama-nama delapan besar yang akan bertarung untuk memperebutkan empat tempat terbaik:
- Liu Han
- Zhou Yi
- Sun Ye
- Li Cao
- Ruo Lan
- Lin Fan
- Xiao Wan
- Gu Bei
Nama-nama ini bukanlah kejutan. Semua yang lolos adalah murid berbakat yang telah menunjukkan kemampuan luar biasa dalam dua hari pertama turnamen. Namun, dari delapan nama itu, tiga menjadi sorotan utama: Liu Han, Li Cao, dan Ruo Lan, karena pencapaian luar biasa mereka yang melampaui ekspektasi semua orang.
Pertandingan pertama mempertemukan Liu Han melawan Lin Fan, seorang pengguna pedang cepat yang berada di Qi Condensation lapisan kesepuluh. Lin Fan dikenal karena kecepatannya yang luar biasa dan teknik bertarung yang tak terduga, membuatnya menjadi salah satu kandidat kuat di turnamen ini.
Ketika keduanya naik ke arena, penonton langsung bersorak. Lin Fan memasang senyum percaya diri, sementara Liu Han berdiri dengan tenang, memegang pedangnya dengan mantap.
“Liu Han,” kata Lin Fan sambil mengarahkan pedangnya ke depan. “Aku sudah mendengar banyak tentangmu. Aku ingin tahu apakah kau benar-benar sehebat yang mereka katakan.”
Liu Han hanya mengangguk kecil. “Aku akan menunjukkan padamu.”
Saat gong dibunyikan, Lin Fan bergerak lebih dulu, meluncur ke arah Liu Han dengan kecepatan yang hampir tidak terlihat. Serangan pedangnya datang bertubi-tubi, menyerang dari berbagai arah.
Namun, Liu Han tetap tenang. Dengan menggunakan Langkah Matahari Emas, dia menghindari setiap serangan dengan kecepatan yang setara, bahkan kadang lebih cepat dari Lin Fan.
Lin Fan tampak terkejut, tetapi dia tidak menyerah. Dia melancarkan serangan kombinasi, mencoba memanfaatkan celah dalam pertahanan Liu Han. Namun, Liu Han merespons dengan meluncurkan Tarian Senja, menciptakan gelombang energi berbentuk dedaunan emas yang memaksa Lin Fan mundur.
Pertarungan berlangsung beberapa saat, dengan Lin Fan yang terus mencoba menekan Liu Han. Namun malah sebaliknya, ketika Liu Han meluncurkan Hembusan Daun Terakhir, badai dedaunan emas itu terlalu kuat untuk Lin Fan. Pedang Lin Fan terpental, dan dia terdorong keluar dari arena.
Tetua pengawas mengangkat tangannya. “Pemenang: Liu Han!”
Penonton bersorak riuh, sementara Lin Fan tersenyum pahit. “Kau benar-benar monster, Liu Han. Selamat.”
Liu Han membungkuk kecil. “Terima kasih untuk pertarungan yang hebat.”
Pertandingan kedua adalah salah satu yang paling dinanti-nantikan. Li Cao melawan Zhou Yi, mantan lawannya yang pernah mempermalukan Li Cao di arena beberapa bulan lalu.
Ketika keduanya naik ke arena, atmosfer berubah menjadi tegang. Zhou Yi, dengan ekspresi dinginnya, memandang Li Cao seperti seorang pemburu yang memandangi mangsanya.
“Li Cao,” kata Zhou Yi dengan nada mengejek. “Kau mungkin sudah menjadi lebih kuat, tetapi jangan berpikir kau bisa mengalahkanku.”
Li Cao, yang biasanya santai, kini menunjukkan ekspresi serius. “Kali ini, aku akan membuktikan bahwa aku tidak sama seperti dulu.”
Pertarungan dimulai, dan Zhou Yi langsung meluncurkan serangan dengan pedangnya yang besar, mencoba menghancurkan pertahanan Li Cao. Namun, Li Cao dengan gesit menghindari setiap serangan menggunakan teknik tombaknya yang lebih halus dan terukur.
Pertarungan itu berlangsung intens. Zhou Yi terus menyerang dengan kekuatan penuh, tetapi Li Cao menunjukkan ketenangan dan kecerdasan, membaca setiap gerakan lawannya.
Pada satu momen, Li Cao berhasil memanfaatkan celah dalam serangan Zhou Yi dan meluncurkan tusukan presisi ke arah bahu lawannya, membuat Zhou Yi kehilangan keseimbangan.
Namun, Zhou Yi tidak menyerah. Dengan raungan marah, dia meluncurkan serangan terakhirnya, tetapi Li Cao dengan cerdik menghindar dan menghantam pedang Zhou Yi dengan kekuatan penuh, menjatuhkannya dari genggaman lawannya.
Zhou Yi terdorong ke tepi arena, dan Li Cao menekan dengan serangan terakhirnya, memaksa Zhou Yi keluar.
“Pemenang: Li Cao!”
Penonton bersorak, sementara Zhou Yi tampak terpukul dengan kekalahannya. Li Cao menarik napas panjang, menatap Zhou Yi dan berkata, “Ini balasan untuk semua yang kau lakukan padaku.”
Ruo Lan menghadapi Gu Bei, seorang pengguna tinju yang dikenal karena kekuatan fisiknya. Pertarungan itu penuh dengan ketegangan, tetapi Ruo Lan menggunakan kelincahannya untuk mengatasi kekuatan Gu Bei.
Dengan serangkaian serangan cepat dan akurat, Ruolan berhasil menekan Gu Bei dan akhirnya menjatuhkannya dari arena.
“Pemenang: Ruolan!”
Pertandingan terakhir mempertemukan Xiao Wan, seorang ahli pedang yang tenang, melawan Sun Ye, pengguna tombak dengan serangan eksplosif.
Sun Ye mencoba menekan Xiao Wan dengan serangan tombaknya yang kuat, tetapi Xiao Wan menunjukkan ketenangan luar biasa, menghindari setiap serangan dengan gerakan minimal tetapi efektif.
Pada akhirnya, Xiao Wan meluncurkan serangan balik yang menghancurkan, menjatuhkan Sun Ye dan memenangkan pertandingan.
“Pemenang: Xiao Wan!”
Dengan berakhirnya pertandingan delapan besar, empat pemenang yang tersisa adalah:
- Liu Han
- Li Cao
- Ruo Lan
- Xiao Wan
Penonton bersorak, sementara para tetua berdiskusi tentang bakat luar biasa yang telah mereka saksikan. Babak final akan menjadi puncak dari seleksi ini, dan semua mata tertuju pada empat peserta yang tersisa.
Liu Han, Li Cao, Ruolan, dan Xiao Wan berdiri di tengah arena, menatap satu sama lain dengan tekad.
“Setelah ini,” kata salah satu tetua, “kita akan menentukan urutan siapa empat terbaik dari kalian. Bersiaplah.”
Bersambung...