NovelToon NovelToon
Menikahi Tunangan Impoten

Menikahi Tunangan Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Beda Dunia / Cinta Seiring Waktu / Pelakor jahat
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: rose.rossie

Nayla, seorang gadis sederhana dengan mimpi besar, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis setelah menerima lamaran dari Arga, seorang pria tampan dan sukses namun dikelilingi rumor miring—katanya, ia impoten. Di tengah desakan keluarganya untuk menerima lamaran itu demi masa depan yang lebih baik, Nayla terjebak dalam pernikahan yang dipenuhi misteri dan tanda tanya.

Awalnya, Nayla merasa takut dan canggung. Bagaimana mungkin ia menjalani hidup dengan pria yang dikabarkan tak mampu menjadi suami seutuhnya? Namun, Arga ternyata berbeda dari bayangannya. Di balik sikap dinginnya, ia menyimpan luka masa lalu yang perlahan terbuka di hadapan Nayla.

Saat cinta mulai tumbuh di antara mereka, Nayla menyadari bahwa rumor hanyalah sebagian kecil dari kebenaran. Tetapi, ketika masa lalu Arga kembali menghantui mereka dalam wujud seseorang yang membawa rahasia besar, Nayla dihadapkan pada pilihan sulit, bertahan di pernikahan ini atau meninggalkan sang suami.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rose.rossie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Pintu ruang kerja itu terbuka, dan Arga berdiri di ambang pintu dengan tatapan penuh amarah. Hidungnya terlihat lebih tajam dari biasanya, wajahnya tegang seperti batu yang hendak meledak.

Nayla membeku di tempatnya. Tangannya masih memegang kotak kecil yang sempat dibuka, tetapi kini ia merasa seolah dunia runtuh di hadapannya.

"Kenapa kamu masuk ke ruangan itu?" suara Arga, yang biasanya tenang, kini bergetar dengan kemarahan yang sulit dibendung.

Nayla membuka mulut, tetapi kata-kata tidak keluar. Ia hanya menatap suaminya, merasa seolah dia baru saja terperangkap dalam jebakan yang tak bisa dibatalkan.

"Apa yang kamu cari?" Arga melangkah maju, suara langkahnya keras di atas lantai kayu.

“Arga, aku hanya ingin tahu. Kenapa semua ini disembunyikan? Apa yang kamu sembunyikan dariku?” suara Nayla gemetar, tetapi ia berusaha tetap berdiri tegak.

“Kamu tidak seharusnya masuk ke situ!” Arga berteriak, matanya penuh kemarahan yang membuat Nayla mundur.

Nayla merasa terpojok. “Aku hanya... aku hanya ingin tahu. Kenapa tidak ada yang pernah memberitahuku? Apa yang kamu sembunyikan dari semua orang, Arga?”

“Aku tidak perlu menjelaskan apapun padamu!” Arga mendekat, bibirnya terkatup rapat, seolah menahan kata-kata yang lebih kasar.

Dengan tangannya yang gemetar, Nayla menurunkan kotak kecil itu, meletakkannya di atas meja, dan mundur perlahan.

“Tolong, jangan marah. Aku tidak bermaksud melanggar privasimu.”

“Jangan sentuh apapun di ruangan ini lagi!” Arga berkata dingin, suaranya penuh ketegangan. Ia berbalik, menuju pintu dan meninggalkannya dengan satu kalimat yang menggantung di udara: "Kamu sudah cukup tahu."

 

Keesokan harinya, Nayla terbangun dengan perasaan cemas. Arga tidak banyak bicara sepanjang malam, hanya terbaring di sisi tempat tidur tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Sebuah keheningan yang membekukan suasana di dalam kamar.

Ketika Nayla sedang menghabiskan sarapan di meja makan, Arga tiba-tiba masuk. Wajahnya masih tampak serius, tetapi ada sesuatu di balik matanya yang membuat Nayla bertanya-tanya.

“Kita pergi ke acara keluarga dan rekan bisnisku hari ini,” kata Arga singkat, mengangkat tangannya ke arah mantel yang tergantung di dinding.

Nayla mengangkat alis, terkejut mendengar ajakan itu. “Acara keluarga?”

"Ya, acara keluarga dan bisnis. Aku ingin kamu ikut. Agar semua orang bisa melihat kita bersama."

Nayla hanya mengangguk, meskipun ia merasa ketegangan antara mereka belum surut.

 

Di acara itu, Nayla merasakan tatapan-tatapan yang membuatnya tidak nyaman. Semua mata tertuju padanya, tetapi bukan dengan rasa hormat. Ada semacam penilaian di sana—sebuah kebisuan yang membuatnya merasa seperti seorang asing.

Arga memperkenalkan Nayla satu per satu pada anggota keluarga dan rekan bisnisnya. Setiap kali seseorang menyapanya, ada senyum tipis yang terlihat terlalu dipaksakan. Seolah mereka tidak yakin dengan siapa sebenarnya mereka berhadapan.

“Saya dengar Arga akhirnya menikah. Tentu saja, banyak orang yang bertanya-tanya tentang pilihan ini,” kata seorang wanita di sebelah Nayla, menyentuh bahu Arga dengan cara yang terlalu akrab.

Nayla menatap wanita itu dengan senyuman yang terpaksa. “Saya senang bisa bertemu dengan Anda.”

Wanita itu terkekeh pelan, tetapi senyumannya tidak mencapai matanya. “Oh, pasti. Sepertinya kalian sangat cocok,” katanya dengan nada yang sangat tidak tulus.

Nayla menahan napas, berusaha mengabaikan perasaan tidak enak yang muncul. Ia melirik Arga yang hanya diam, tidak memberi penjelasan atau klarifikasi.

Seorang pria yang mengenakan jas mahal mendekat. “Jadi, ini istri Arga? Menarik. Saya rasa dia pasti sangat berbeda dari wanita yang biasanya ada dalam lingkaran sosial kita,” katanya sambil menatap Nayla dengan pandangan penuh penilaian.

Nayla ingin menjawab, tetapi kata-katanya tersangkut di tenggorokan. Arga, yang mendengar komentar itu, hanya memberi senyum tipis, lalu melanjutkan percakapan dengan rekan bisnisnya tanpa menanggapi lebih jauh.

 

Saat acara makan malam dimulai, Nayla duduk terpisah dari Arga, merasa semakin tidak diterima. Ia hanya duduk di meja dengan beberapa wanita yang terlibat dalam bisnis keluarga Arga, yang tidak menunjukkan ketertarikan padanya sama sekali. Beberapa kali ia mencoba memasuki percakapan, tetapi tidak ada yang memberi respons yang berarti.

“Apakah kamu yakin Arga memilihmu karena cinta?” seorang wanita dengan gaun hitam yang mewah bertanya dengan suara penuh sindiran.

“Apa maksudmu?” Nayla menjawab, berusaha untuk tidak terlihat cemas.

“Dia selalu memilih wanita yang lebih... elegan, lebih berkelas,” wanita itu melanjutkan, senyum tipis di wajahnya.

“Apakah itu penting?” jawab Nayla, berusaha tetap tegar meskipun hatinya terasa terinjak-injak.

Wanita itu tertawa pelan. “Mungkin tidak. Tapi kamu tahu kan, keluarga ini lebih memilih kecocokan sosial daripada cinta.”

Nayla merasa darahnya mendidih, tetapi ia memilih untuk tidak membalas.

 

Setelah beberapa saat, Nayla pergi ke balkon kecil yang ada di luar ruangan makan. Udara malam terasa lebih menyegarkan, tetapi hatinya semakin berat.

“Tampaknya kamu sangat tidak nyaman,” suara Arga terdengar dari belakangnya. Nayla menoleh dan melihat suaminya berdiri di ambang pintu, matanya seolah menilai reaksi Nayla.

“Kenapa mereka tidak suka padaku?” Nayla bertanya, suaranya penuh ketegangan.

“Karena kamu tidak ada dalam dunia mereka,” jawab Arga tanpa empati. “Kamu tidak akan pernah diterima dengan mudah.”

Nayla memandangnya, merasa kebingungan dan terluka. “Jadi, aku harus menerima semua ini tanpa pertanyaan?”

Arga mengangkat bahunya. “Apa lagi yang bisa kamu lakukan?”

Saat Nayla hendak berbicara lebih lanjut, suara keras dari dalam ruangan terdengar. Arga segera berbalik, wajahnya berubah menjadi serius. “Tunggu di sini.”

Nayla melihatnya melangkah cepat masuk ke dalam, dan di belakangnya, beberapa suara semakin keras. Tiba-tiba, salah satu pria yang tadi berbicara dengannya muncul dengan ekspresi marah, mata penuh kemarahan yang tidak bisa disembunyikan.

Nayla mengikuti langkah pria itu dengan pandangan tajam, hatinya berdebar kencang. Ia tidak bisa menahan rasa penasaran, meskipun ketakutan terus menyelimuti pikirannya.

Ia mendekat ke pintu ruang utama, tempat suara-suara itu semakin keras. Beberapa tamu berbisik, memperhatikan keributan kecil yang mulai menarik perhatian.

“Kamu pikir ini akan berakhir begitu saja?” Suara pria itu menggema, penuh kemarahan. Nayla mengintip melalui celah pintu, mendapati pria yang sama tadi berdiri di hadapan Arga dengan ekspresi memanas.

“Aku sudah membayarmu. Urusan ini selesai,” jawab Arga tegas, nadanya rendah tetapi penuh ancaman.

“Bayaranmu tidak cukup untuk risiko yang aku tanggung!” pria itu berseru, membuat beberapa orang di sekitarnya menoleh dengan wajah bingung.

“Aku sudah bilang, diamlah! Atau kamu akan menyesal,” kata Arga dengan nada yang membuat bulu kuduk Nayla meremang.

“Apa yang sebenarnya terjadi?” pikir Nayla sambil menggigit bibirnya.

Sebelum Nayla bisa mendekat lebih jauh, seseorang menyentuh pundaknya dari belakang. Ia terlonjak dan menoleh cepat, mendapati seorang pelayan berdiri di sana dengan ekspresi gugup.

“Nona, Anda tidak boleh berada di sini,” bisik pelayan itu dengan nada memohon.

Nayla hanya mengangguk kecil, tetapi pikirannya tetap terpaku pada pertengkaran yang berlangsung di dalam ruangan.

---

Keributan itu tidak berlangsung lama. Beberapa menit kemudian, Arga keluar dengan ekspresi dingin, diikuti oleh pria yang tadi berteriak. Namun, pria itu langsung pergi tanpa sepatah kata pun, wajahnya terlihat geram.

“Apa yang terjadi tadi?” tanya Nayla ketika Arga akhirnya kembali ke sisinya.

“Bukan urusanmu,” jawab Arga singkat.

“Aku istrimu, Arga. Kenapa kamu selalu menyembunyikan segalanya dariku?”

Arga menatapnya tajam, matanya seperti pisau yang menusuk. “Aku menyembunyikan ini untuk melindungimu, Nayla. Jangan mencoba ikut campur.”

“Melindungiku dari apa? Dari siapa?” Nayla mendesak, hatinya terbakar oleh rasa frustasi.

Arga tidak menjawab. Ia hanya berbalik, meninggalkan Nayla yang berdiri dengan segudang pertanyaan yang tidak terjawab.

---

Saat perjalanan pulang, Nayla tidak bisa menghilangkan bayangan dari kejadian tadi. Tatapan Arga, nada ancaman dalam suaranya, dan sikapnya yang semakin dingin membuatnya merasa seperti ada tembok yang semakin tinggi di antara mereka.

Ketika mereka sampai di rumah, Arga langsung masuk ke ruang kerjanya, mengunci pintu tanpa berkata apa-apa.

Nayla berdiri di depan pintu kamar, menatapnya dengan perasaan campur aduk. Ia merasa bahwa ruangan itu adalah kunci dari semua rahasia Arga, tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya mendapatkan jawabannya tanpa membuat pria itu semakin marah.

Saat Nayla hendak masuk ke kamar untuk beristirahat, sebuah amplop besar tergelincir di bawah pintu depan rumah mereka. Nayla mengambilnya dengan hati-hati, membaca tulisan di atasnya,"Kebenaran tentang suamimu dimulai dari sini."

1
Mumtaz Zaky
emang cerita horor gituh??
roserossie: nggak kak, biar tegang pembacanya 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!