NovelToon NovelToon
Apakah Ini Obsesi Ku?

Apakah Ini Obsesi Ku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Kehidupan di Kantor / Fantasi Wanita
Popularitas:525
Nilai: 5
Nama Author: 'yura^

Reintara Narendra Pratama adalah CEO muda yang dikenal dingin dan penuh wibawa. Di usia 25 tahun, ia sudah membangun reputasi sebagai pria yang tajam dalam mengambil keputusan, namun sulit didekati secara emosional. Hidupnya yang teratur mulai berantakan ketika ia bertemu dengan Apria—seorang perempuan penuh obsesi yang percaya bahwa mereka ditakdirkan bersama.

Awalnya, Reintara mengira pertemuan mereka hanyalah kebetulan. Namun, semakin hari, Ria, sapaan akrab Apria, menunjukkan sisi posesif yang mengerikan. Mulai dari mengikuti setiap langkahnya, hingga menyusup ke dalam ruang-ruang pribadinya, Ria tidak mengenal batas dalam memperjuangkan apa yang ia anggap sebagai "cinta sejati."

Reintara, yang awalnya mencoba mengabaikan Ria, akhirnya menyadari bahwa sikap lembut tidak cukup untuk menghentikan obsesi perempuan itu. Dalam usaha untuk melindungi dirinya, ia justru memicu konflik yang lebih besar. Bagi Ria, cinta adalah perjuangan, dan ia tidak akan menyerah begitu saja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 'yura^, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

jaring obsesif yang mencekik

Bayangan di Balik Pintu

Malam itu, Reintara kembali ke apartemennya setelah seharian penuh rapat darurat dengan para pemegang saham. Perusahaannya berada di ujung tanduk, dan ia tahu Ria adalah dalang di balik semua kekacauan ini.

Namun, ketika ia membuka pintu, sebuah keanehan membuat langkahnya terhenti. Lampu ruang tamunya menyala, meskipun ia yakin mematikannya pagi tadi.

“Siapa di sana?” serunya.

Tidak ada jawaban.

Dengan langkah hati-hati, ia berjalan masuk, tangannya meraih ponsel untuk menghubungi keamanan. Namun, sebelum ia sempat melakukannya, sebuah suara lembut dan familier menyapa dari arah dapur.

“Kau pulang larut lagi, Rein.”

Reintara membeku. Suara itu adalah milik Ria.

Ia segera berjalan ke dapur dan menemukannya sedang menuangkan anggur merah ke dalam gelas kristal, mengenakan gaun satin merah.

“Bagaimana kau bisa masuk?” tanyanya tajam, mencoba menutupi keterkejutannya.

Ria tersenyum, mengangkat gelasnya. “Aku punya caraku sendiri, Rein. Bukankah ini seperti rumah kita bersama?”

“Keluar dari sini sebelum aku memanggil polisi,” ancam Reintara.

Namun, Ria hanya tertawa kecil, lalu berjalan mendekatinya. “Polisi? Apa mereka akan percaya padamu, Rein? Bukankah kita ini pasangan yang saling mencintai? Siapa yang akan percaya bahwa aku menyelinap masuk?”

“Ria, aku serius.”

Ria menatapnya dengan mata penuh obsesi, matanya seolah menembus pertahanan terakhir Reintara. “Rein, kau tidak bisa terus melawanku. Kau tidak mengerti betapa besar cintaku padamu.”

“Aku tidak mencintaimu, Ria. Kau hanya merusak hidupku.”

Ria tersenyum tipis, lalu meletakkan gelas anggurnya di meja. “Kau akan mencintaiku, Rein. Cepat atau lambat, kau tidak akan punya pilihan selain menerimaku.”

Rencana Baru

Setelah kejadian itu, Reintara segera memperketat keamanannya. Semua akses ke apartemennya diubah, sistem keamanan diperbarui, dan ia bahkan menambah pengawalan pribadi. Namun, di lubuk hatinya, ia tahu bahwa Ria tidak akan menyerah.

“Dia seperti bayangan,” ujar Reintara kepada Maya keesokan harinya.

Maya mengangguk dengan raut wajah penuh kekhawatiran. “Tuan, saya rasa ini bukan hanya soal bisnis lagi. Dia sudah melibatkan emosi, dan itu yang membuatnya berbahaya.”

Reintara menghela napas. “Aku tahu. Tapi aku harus menemukan cara untuk menghentikannya sebelum dia menghancurkan semuanya.”

Namun, sebelum mereka sempat membuat langkah baru, Ria kembali bergerak lebih cepat. Kali ini, ia menyerang sisi pribadi Reintara dengan cara yang tak terduga.

Serangan yang Mematikan

Sebuah undangan tiba di meja Reintara pada sore hari. Tidak ada nama pengirim, hanya tulisan tangan yang rapi:

"Jika kau tidak datang, segalanya akan berakhir lebih buruk. Aku akan menunggumu di hotel Grand Aurora, pukul 8 malam."

Reintara meremas undangan itu dengan kesal. Ia tahu ini pasti ulah Ria, tetapi ia tidak bisa mengabaikannya.

Malamnya, ia tiba di hotel itu dengan perasaan waspada. Di lobi, seorang pelayan memberikan amplop kecil dengan instruksi untuk menuju ke lantai atas.

Saat ia tiba di kamar yang dimaksud, pintunya sudah terbuka sedikit. Ia masuk dengan hati-hati dan menemukan Ria duduk di sofa, mengenakan gaun hitam yang memancarkan aura misterius.

“Selamat datang, Rein,” sapanya dengan nada santai.

“Apa lagi yang kau rencanakan kali ini?” tanya Reintara tajam.

Ria berdiri, mendekatinya dengan langkah anggun. “Aku hanya ingin bicara. Aku ingin kau mengerti bahwa aku tidak akan pernah meninggalkanmu, apa pun yang terjadi.”

“Ria, semua ini hanya akan membuatmu kehilangan segalanya,” balasnya dingin.

Namun, Ria hanya tertawa kecil. “Kehilangan? Tidak, Rein. Aku tidak kehilangan apa pun, karena kau adalah seluruh duniaku. Dan aku akan melakukan apa saja untuk memastikan kau tetap menjadi milikku.”

Pertemuan yang Mencekam

Malam itu, Ria mengungkapkan sesuatu yang membuat darah Reintara membeku.

“Aku tahu tentang proyek rahasiamu di Asia Timur,” katanya dengan senyum licik. “Dan jika kau tidak berhenti melawanku, aku tidak hanya akan menghancurkan perusahaanmu, tetapi juga reputasimu di seluruh dunia.”

“Bagaimana kau bisa tahu itu?” tanya Reintara, matanya membelalak.

Ria mengangkat bahu. “Aku punya caraku sendiri. Kau tidak pernah bisa menyembunyikan apa pun dariku, Rein.”

“Apa sebenarnya yang kau inginkan dariku?” Reintara kehilangan kesabaran.

Ria menatapnya dengan intens, matanya seperti api yang tak bisa padam. “Aku hanya ingin kau mencintaiku, Rein. Jika itu berarti menghancurkan seluruh dunia, aku tidak peduli. Aku hanya ingin kau bersamaku.”

Dilema yang Semakin Dalam

Setelah pertemuan itu, Reintara kembali ke kantornya dengan perasaan campur aduk. Ia tahu bahwa Ria tidak akan berhenti sampai ia mendapatkan apa yang diinginkannya. Namun, ia juga tahu bahwa melawan Ria secara langsung hanya akan memperburuk keadaan.

Maya mendekatinya dengan laporan terbaru. “Tuan, saham kita sudah mulai pulih, tetapi ancaman dari pihak Ria masih terus berlanjut.”

Reintara menatap laporan itu dengan kosong. “Ini bukan hanya tentang saham, Maya. Ini tentang seseorang yang tak bisa dihancurkan.”

“Apa yang akan kita lakukan, Tuan?”

Reintara terdiam sejenak sebelum menjawab. “Aku tidak tahu. Tapi aku tidak akan membiarkan dia menang.”

Malam yang Panas oleh Amarah

Langit malam menyelimuti kota dengan keheningan yang menegangkan, namun di apartemen Reintara Narendra Pratama, suasana jauh dari tenang. Ia duduk di ruang kerjanya, tatapannya tajam memandang layar komputer yang penuh data transaksi mencurigakan. Semua bukti menunjukkan bahwa Ria berhasil menyusup ke dalam sistem perusahaan.

“Dia pikir aku akan menyerah?” gumam Reintara, menggertakkan giginya.

Ketika ponselnya berdering, nama yang muncul di layar membuat amarahnya meledak. Ria. Dengan gerakan kasar, ia mengangkat telepon.

“Apa lagi yang kau inginkan, Ria?” suaranya tajam seperti pisau.

“Halo, Rein,” sahut Ria dengan nada manis yang penuh kepalsuan. “Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja. Kau tampak begitu sibuk akhir-akhir ini.”

“Kau tahu apa yang terjadi, jadi jangan bermain bodoh,” bentak Reintara. “Kau sudah keterlaluan, Ria. Aku akan memastikan ini berakhir sekarang juga!”

Ria tertawa kecil, seolah ancamannya tidak berarti apa-apa. “Berakhir? Rein, kita baru saja memulai.”

“Ini bukan permainan, Ria! Kau sudah melanggar semua batasan!”

“Aku hanya ingin memastikan kau tetap bersamaku,” balas Ria dengan nada lembut namun penuh manipulasi. “Aku tahu kau mencintaiku, Rein. Dalam hatimu, kau tidak bisa mengabaikan perasaan itu.”

“Kau salah besar!” Reintara berteriak, melempar ponselnya ke meja. Ia tidak bisa menahan amarahnya lagi.

Pertemuan yang Mencekam

Keesokan harinya, Ria dengan percaya diri datang ke kantor Reintara tanpa pemberitahuan. Semua staf yang melihatnya tampak gugup, karena mereka tahu bahwa kehadirannya hampir selalu membawa masalah.

Reintara yang sedang memimpin rapat segera diberi tahu oleh Maya.

“Tuan, Ria ada di lobi. Dia ingin bertemu dengan Anda,” lapor Maya dengan nada tegang.

“Suruh dia pergi,” jawab Reintara dingin.

Namun, sebelum Maya sempat bergerak, pintu ruang rapat terbuka, dan Ria masuk dengan senyum menawan.

“Rein, aku hanya ingin berbicara. Tidak perlu mengusirku seperti ini,” katanya santai.

Semua orang di ruangan itu membisu, tidak berani mengatakan apa-apa.

“Keluar,” ujar Reintara dingin kepada stafnya. “Semua orang, keluar sekarang.”

Setelah ruangan kosong, Reintara menatap Ria dengan tatapan yang penuh kebencian.

“Kau benar-benar tidak tahu malu, ya?” katanya.

Ria hanya tersenyum kecil. “Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja, Rein. Aku tahu pekerjaan bisa sangat melelahkan.”

“Kau tidak punya hak untuk datang ke sini!” suara Reintara semakin meninggi.

Ria melangkah mendekatinya, mengabaikan aura dingin yang terpancar darinya. “Rein, aku hanya ingin kau tahu bahwa aku selalu mendukungmu. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu ada untukmu.”

“Berhenti berpura-pura peduli,” balas Reintara kasar. “Kau tidak mendukungku. Kau menghancurkanku!”

“Kau terlalu keras pada dirimu sendiri, Rein,” sahut Ria dengan nada tenang. “Aku hanya ingin kau memahami bahwa aku adalah orang yang tepat untukmu.”

1
Fathi Raihan
Ganti tanggal jadi sekarang ya thor!
Codigo cereza
Terharuuu, endingnya sedih tapi indah.
oddee
Ini bukan cerita lagi, tapi candu, tolong jangan terlambat update thor.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!