Karena jebakan yang dilakukan oleh kakak tirinya, Pagi itu Anggun mendapati dirinya berada di dalam selimut yang sama di atas tempat tidur bersama dengan seorang CEO yang dia tahu berwatak kejam dan bengis.
Satu bulan kemudian Anggun mengetahui dirinya sedang hamil. Karena tidak ingin hidup dia dan juga Papanya berada dalam bahaya, Anggun memilih untuk pergi ke luar negeri. Dan di sanalah Anggun melahirkan seorang anak yang genius.
Tetapi Anggun memilih menyembunyikan identitas putranya, karena tidak ingin CEO yang kejam itu mengetahui keberadaannya yang mungkin akan berbahaya bagi nasib dia dan putranya
Enam tahun kemudian dia bertemu kembali dengan pria itu, yang ternyata juga mencarinya selama ini.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka, Apakah keduanya bisa bersatu dan hidup dengan bahagia?
Ikuti kelanjutannya dalam ; CEO itu AYAH ANAKKU
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Beberapa saat yang lalu di perusahaan Diwangga grup...
"Ya hallo ..?" ucap Anggun yang baru saja mengangkat panggilan dari ponselnya yang berdering.
"Nona muda...!" suara terbata dari seberang membuat Anggun menoleh ke layar ponsel untuk melihat siapa yang menghubungi nya .
"Nany? ada apa?" Anggun bertanya mencoba untuk tidak panik sebelum mendengar berita apa yang hendak di sampaikan oleh pengasuh putranya.
dalam hatinya Anggun merasa ada sesuatu terjadi. Tapi dia tak mau menduga duga.
"No nona .. Tu. Tuan muda meng_ hilang !" ucap Nany gugup
"Apa? bagaimana bisa?" Anggun berteriak kaget dia benar-benar syok dengan berita yang disampaikan oleh pengasuh putranya.
" Saya tidak tahu, Nona. Maaf ! Saya menunggu di tempat biasa bersama dengan para pengasuh lainnya. Tetapi ketika jam pulang sekolah tiba Tuan Muda Arthur sama sekali tidak nampak. Dan kami semua sudah mencarinya di area sekolah tetapi tidak juga menemukannya!" jawab Nany memberikan keterangan.
Anggun jatuh terduduk kembali di atas kursinya. Ponsel dalam genggamannya terjatuh begitu saja. Berita itu sama sekali bukan hal yang baik. Dia dan Arthur aru beberapa hari saja berada di negara ini. Dan sekarang Arthur menghilang. Apa mungkin Arthur keluar dari lingkungan sekolah, lalu tidak bisa kembali karena lupa arah jalannya? Begitu yang ada dalam pikiran Anggun.
Ya Tuhan, Arthur hanyalah seorang anak berusia 5 tahun lebih. Bagaimana jika dia tersesat?alu bagaimana jika bertemu dengan orang jahat? Anggun menggeleng-gelengkan kepalanya berkali-kali. Berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran buruk itu dari otaknya
Anggun menghela nafas pelan, lalu mengambil kembali ponselnya yang tadi terjatuh. Dia berusaha untuk tidak panik. Dia harus tenang. Dia Harus berpikir dengan kepala dingin, agar bisa menemukan putranya.
Anggun memeriksa kembali ponselnya barangkali ada berita atau panggilan dari putranya tetapi nihil. Lalu dia pun mencoba melihat daftar kontak. Barangkali ada seseorang yang bisa dimintai tolong untuk menemukan putranya .
Tidak ada satupun. Dia tak mengenal siapapun di negara ini. Pergaulannya yang dulu terbatasi karena ulah Tania yang selalu saja merecoki pergaulannya. Bahkan tak jarang menjelek-jelekkan nama Anggun di belakangnya di hadapan teman-temannya.
Sekarang apa yang harus dia lakukan? Haruskah dia membuat laporan kepada pihak kepolisian? Tetapi ini belum dalam waktu 24 jam. Polisi pasti tidak akan segera menindaklanjuti laporan Anggun. Karena untuk membuat laporan tentang orang hilang haruslah melewati batas waktu 24 jam.
"Ada apa Anggun?" tanya Tania yang kebetulan lewat dan mendengar suara teriakan Anggun di telepon. Karena merasa kepo dia langsung masuk begitu saja ke dalam ruangan Anggun.
"Kenapa kamu terlihat panik?" tanya Tania lagi karena tidak menerima jawaban dari Anggun atas pertanyaannya yang dia lontarkan.
"Arthur ... Dia menghilang. Nany dan pihak sekolah sedang mencarinya !" jawab Anggun yang masih panik. Dia berharap mungkin Tania berbaik hati , atau setidaknya berbelas kasih untuk membantu mencari.
"Huh ...! Sudah kuduga anak haram-mu itu hanya akan menyusahkanmu saja. Dan yang lebih buruk lagi, dia hanya akan bisa membuat buruk nama keluarga. Citra perusahaan dan keluarga besar Diwangga akan hancur dengan kelakuan anak harammu itu!"
Sayangnya yang didengar oleh Anggun, sama sekali jauh dari harapan. Lupakah Anggun jika Tania memang adalah sosok yang paling membencinya di muka bumi ini? Dan mendengar berita hilangnya Arthur, tentu saja itu tidak akan membuat Tania merasa iba. Justru itu hal yang akan membuat Tania berjingkrak-jingkrak merasa kegirangan. Tania tentu akan merasa dia mempunyai senjata untuk menghancurkan Anggun .
"Jika kau datang bukan untuk membantu, Pergilah! Aku pasti bisa mengatasi masalahku sendiri!!" ucap Anggun sarkas. Anggun benar-benar merasa geram dengan sikap Tania.
Kenapa saudara tirinya itu sama sekali tidak mempunyai hati? Tidakkah dia kasihan pada sosok Arthur, yang hanyalah seorang anak kecil berusia lima tahun itu.
Tidakkah Tania memiliki sedikit saja hati nurani? Tidakkah Tania bisa membedakan antara urusan pribadi dan urusan lain? Tidakkah Tania memiliki empati barang sedikit saja? Tapi sayang, jawabannya adalah t i d a k.
"Huh ... Tentu saja aku tidak mungkin akan membantumu. Kau pikir aku orang yang kurang pekerjaan? Sehingga mau urusi urusan anak kecil seperti anakmu yang bodoh itu. Bahkan aku akan lebih senang jika anakmu itu tidak akan pernah diketemukan !" jawab Tania sarkas .
Tentu saja itu adalah harapan Tania. Karena dia pernah mendengar tanpa sengaja, ayah tirinya itu akan menjadikan Arthur sebagai pewaris tunggal nya, karena dia terlahir dari Putri kandung nya, Anggun .
"Sebenarnya apa salahku padamu Tania? Kenapa kau begitu membenciku?"
"Kau bertanya apa salahmu? Ketahuilah kesalahan terbesarmu adalah dengan kau kembali ke negara ini. Seharusnya aku yang sudah menjadi pengganti Papa, bukan kamu!" jawab Tania berapi-api.
"Jadi itu yang kau inginkan? Kau benar-benar serakah Tania. Kau menginginkan sesuatu yang bukan menjadi hakmu. Apa kau tidak tahu? Aku akan memberitahukannya jika kamu memang tidak paham!"
"Perusahaan itu adalah milik orang tuaku. Lebih tepatnya perusahaan itu milik Mamaku. Papa hanya mengelolanya. Dan aku adalah ahli waris yang sah dari Mamaku. Selama ini aku sudah berbaik hati padamu. Tapi kau membalasnya dengan tidak berperikemanusiaan. Setelah ini jangan salahkan aku, jika aku tak lagi berbelas kasih padamu!"
"Sekarang keluarlah dari ruanganku!! karena aku sudah benar-benar muak melihatmu. Jangan sampai aku hilang kesabaran !!"
Anggun sudah benar-benar geram. Masalah menghilangnya Arthur putranya sudah membuatnya panik dan pusing. Sekarang Tania bukannya memberikan jalan keluar. Bukannya memberikan ketenangan tapi dia malah membahas sesuatu yang sama sekali tidak penting.
Tania menghentakkan kakinya kesal lalu keluar dari ruangan Anggun sambil membanting pintu.
"Nona!" sekretarisnya yang bernama Ella tiba-tiba saja masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Langsung menyentak memanggil namanya membuat dia sedikit kaget.
"Ada apa ?!" tanya Anggun langsung menoleh ke arah sekretarisnya itu. Dia baru saja bisa menenangkan pikirannya setelah kepergian Tania. Sekarang tiba-tiba saja sekretarisnya itu mengagetkannya .
"Itu, di luar ada.." tangan Ella menuding menunjuk ke arah luar ruangan. Nafasnya ngos-ngosan. Dia benar-benar gugup saat ini
"Ada apa di luar?" tanya Anggun
"Itu di luar ada Tuan Jordan. Beliau yang beberapa hari yang lalu mengajukan permohonan kerjasama yang belum kita terima. Dan sekarang beliau menunggu di luar bersama seorang anak kecil. Beliau memaksa untuk bertemu dengan anda, Nona !"
Anggun tersentak mendengar keterangan dari Ella. Kenapa sosok yang benar-benar ingin dia hindari di negara ini, sekarang datang ke perusahaannya. Padahal ingin sekali Anggun menolak permohonan kerjasama itu, agar dia tidak memiliki celah untuk bertemu dengan orang yang sangat dia takuti itu.
Anggun terduduk merasa tak kuat menopang bobot tubuhnya.
"Mommy ... i am coming..!" belum sempat Anggun berhasil menetralisir kegugupannya, sebuah suara yang sedari tadi menjadi sumber kecemasannya bergema dalam ruangan itu.
"Arthur ...!!" Panggil Anggun lalu dia segera beranjak dari kursinya. Anggun berlutut sambil merentangkan tangan siap menerima pelukan dari putranya .
"I am coming Mommy...!"