NovelToon NovelToon
Putriku, Ditawan Preman 1M

Putriku, Ditawan Preman 1M

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Diam-Diam Cinta / Pengasuh / Kontras Takdir / Slice of Life
Popularitas:691
Nilai: 5
Nama Author: Bu Alisa

"Assalamualaikum, ini pak Ahmad. Bapak, anak anda sedang tidak baik-baik saja. Bila anda mau bertemu langsung, dengan anak anda... Serahkan kepada saya 1M secepatnya, jangan banyak alasan. Ketemu di depan gedung Serbaguna"

"Apa! Apa maksud mu! Siapa kau!! "

....

Ahmad Friko, pengusaha sukses setelah ia mengadopsi anak panti asuhan, yang diberi nama Rara, pak Ahmad bekerja dengan serius sampai terkadang lupa dengan kewajibannya untuk mengurus anak. Hingga saat ia bangkrut, ia mendapat pesan dari seseorang bahwa anaknya sedang di sekap, ditawan dan dimintai uang satu milliar, yang jumlahnya tak biasa. Apa yang akan dilakukan Ahmad setelah ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bu Alisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10-Putriku, ditawan preman satu milliar

Halo gengs, sejauh ini kita berada di konflik yang berbeda, dan gak hanya satu pandangan saja tapi ada beberapa tokoh yang nanti bisa membantu Rara bagaimanapun hasil akhirnya, tolong jangan kecewa bersenang-senanglah seperti author, tertawa begini 🤣🤣🤣🤣🤣 ang-ang-ang

Selamat membaca kawan-kawan (⁠.⁠⁠❛⁠⁠ᴗ⁠⁠❛⁠.⁠)

"Ck, merepotkan.. " ucapnya kedua kali, tak ikhlas membersihkan tempat nya sendiri. Remaja itu menghela nafas gusar, memasukkan barang-barang yang tak berguna ke dalam kantong kresek merah. Siswi itu memijit pelipisnya sendiri saat berjongkok, dan berulang kali berdiri demi mengambil beberapa sampah.

Bau anyir, dan bau asin tak sedap ada di mana-mana. Remaja itu tahan seperti ini setiap hari, karena ini sudah takdir hidupnya. Tak jarang remaja itu keluar demi pekerjaan part time demi mendapat uang, lalu uang itu... Selalu direbut seseorang, tak lain dan tak bukan kakak nya yang pengangguran. Sukanya membawa seorang wanita asing pulang, dan malam begitu berisik saat dia mau tidur pun tak tenang.

Dia berdecak kembali, terpampang nama remaja itu di kemeja yang sering dipanggil Eve. Poni rambutnya sedikit panjang, bersama rambutnya yang sudah memanjang se pinggang, dirinya di sekolah selalu dipanggil kuntilanak atau hikikomori karena penampilannya yang hampir seperti sadako hantu Jepang.

"Huh~"

"Kakak sialan, kenapa dia bisa hidup bersamaku? Kenapa dia juga di buang bersama ku? Kenapa kita tidak di buang secara terpisah saja? Itu lebih menguntungkan daripada aku tinggal bersama dengannya, " ucap remaja itu duduk kelelahan setelah bebersih tempat ini yang tetap sama saja, meninggalkan bekas sampah dan bau tak sedap.

Eve menyandarkan kepala di tembok, menahan semua kelelahan setelah pulang sekolah, kedua kakinya yang habis jatuh dari tangga membuatnya terpaksa jalan ke rumah walau dengan keadaan terkilir. Perempuan itu berdecak mengambil handphone lamanya yang dia beli dari hasil tabungan sendiri, Eve mendapat beberapa pesan dari teman kelasnya.

"Hei, bisa gak lo kerjain PR gue? "

"Bisa gak? "

"P"

"P"

"P"

Ucap pesan itu yang lebih mengarah ke memaksa, atau bullying. Eve anak juara, dia juga pintar dalam bidang sastra dan ilmu pendidikan kewarganegaraan. Dia ingin bila nanti saat dewasa dikit ingin menjadi pengacara, yang adil... Tetapi melihat ini saja, Eve tak mampu seperti biasa dirinya hanya remaja lemah yang tak bisa melawan orang terkuat yang memiliki berlinang emas di setiap diri mereka lahir.

Eve sedikit tertawa dengan hidupnya, sial sekali bukan? "Kenapa juga aku harus mengerjakan pekerjaan mu, kerjakan sendiri saja, aku tak mau... "

Ucapnya, sudah Eve tulis tapi jarinya terhenti sesaat berpikir dua kali akan tulisan yang dia kirim. Apakah Eve sudah melakukan hal benar? "Kalau lo gak mau ngerjain tugas kita, awas aja lo di sekolah... " ucap pesan itu untuk terakhir, sedikit membuat kedua katup bibir Eve membuka geram.

"Iya akan ku kerjakan. " ucap Eve pada akhirnya, tak bisa mengelak. Gadis itu mulai memukul-mukul kan kepalanya sendiri ke tembok beberapa kali, merasa semua ini akan berujung pada akhir yang tak bahagia. Eve sedikit menitikkan air mata, keadaan sekitar juga mendukung kesedihannya.

Siapa yang mau mendukung dia? Kakaknya? Teman kelasnya? Tetangga? Eve tak tahu, dia hanya terus membenturkan kepala ke belakang terus menerus tanpa henti seolah mengaduh pada semua ketidak penerimaan diri pada dunia yang sungguh keji.

****

Hotel yang baru dibangun adalah hotel milik teman dad nya Sindy, yang baru saja memiliki usaha sukses. Sindy bersama mom and dad nya keluar dari mobil, dan sudah disambut oleh pekerja perempuan yang sudah memakai baju khusus di hadapan mereka, pria itu suami dari bu Ratih bernama pak Damar mengangguk sedikit melihat mereka semua menyambut ketiganya dengan hangat.

Tak terlepas dari pandangan Sindy sekarang yang ikut berbunga-bunga, tak menyangka ada tempat seindah ini yang diberi beberapa hiasan balon berbentuk hati dan banyak bentuk lain. Rambut panjang Sindy terpapar jelas, sedangkan bu Ratih dengan jilbab nya yang sopan dan rapi bersama tubuhnya yang anggun dan elentik.

Teman Damar, pemilik hotel baru ini mendatangi ketiganya dan memberikan sambutan pula. "Damar... "

"Halo, halo... " jawab Damar berpelukan pada temannya yang sekarang sudah memiliki usaha sendiri, apalagi bila dilihat bentuk bangunan yang baru saja dibangun beberapa tahun yang lalu sudah jadi tiba-tiba saja, wah sangat mengagetkan. Damar tertawa, menepuk pundak teman karibnya. "Padahal dulu kamu sering dihukum guru lho, kok bisa sih... "

Teman nya langsung memundurkan kepala, tak percaya temannya bicara seperti itu. Pria itu langsung tertawa mengejek balik Damar, "Lho kok ngomong mu begitu Mar, benar-benar ya rupa kamu juga beda padahal dulu rupa mu sangat culun, seperti anak kambing, tapi melihat mu sukses dan memiliki pangkat tinggi di perusahaan ternama, aku sangat terinspirasi dari ketangguhan mu Mar... " ucap temannya dengan segenap terdalam. Damar langsung menepuk tangan bahagia, ada orang yang terinspirasi dari dirinya, walau ya pria itu sedikit tersinggung dengan ucapan teman karibnya yang masih memanggil dirinya anak kambing.

"Ini perkenalkan To, Istri saya... Dan anak saya, dia masih kelas dua SD, tapi dia jago bahasa Inggris sama ngaji... "

Sindy maju beberapa langkah, dan menaikkan gaun pink nya ke atas menggunakan kedua tangan bak gaya salam tuan putri pada tamu kerajaan lain. "Introduce my self Mr. I'm Sindy, i'm two grade... Nice to meet you, I hope we can have a good relationship... "

Santo panggilan teman Damar, pemilik hotel yang mereka pijaki langsung menepuk tangan cepat. Berhasil memadatkan suasana, yang saat itu para pembantu Santo sibuk akan acara yang diadakan 2 jam lagi di sini setelah ba'da ashar. "Hebat... Great... "

"Ini ajaranmu Damar? Sumpah saya tak menyangka, persis sis... sis sama kayak kamu dulu suka banget ngerjain aku sama bahasa Inggris yang kukira memuji ku, rupanya mengolok ku... "

Ucap Santo sedikit menautkan kedua alis tebalnya. Dengan tanpa rasa bersalah Damar tertawa, "Itulah gunanya teman kawan, sampai tua dan mati pun kita masih bersahabat seperti dulu bukan... "

Ratih ikut tersenyum melihat keduanya kompak, Sama-sama memiliki ritme yang pas apalagi anaknya juga ikut terhibur setelah kemarahannya pada Kiya berhembus keluar. Santo menjentikkan jari, sampai menyadarkan lamunan Ratih. "Oh ya Mar, ada tamu penting yang juga aku undang, dia mungkin kamu kenal juga... "

"Oh ya? Siapa itu? " tanya Damar sedikit penasaran, Santo langsung berpikir dengan hati-hati dan dalam, pikirannya digorek-gorek sebentar, "Ah itu lho yang pengusaha sukses setelah masa jaya nya bekerja hanya beberapa hari lalu diangkat menjadi manaje-"

"Tuan... "

"Ada yang mencari anda, itu segera... " ucap asisten pak Santo. Menghampiri pria itu, yang terhenti ucapannya karena asistennya yang tiba-tiba masuk ke dalam lingkup mereka. Santo langsung tertawa sendiri, menghentikan pembicaraannya, "Apa penting? " tanya Santo pada sang asisten. Lalu di angguki, yang artinya benar-benar harus Santo temui. Mungkin saja ada kesempatan dibalik batu.

"Maaf ya Damar, ucap asisten ku tadi ada tamu yang lebih penting... Maksudnya kamu juga penting... " ucap Santo lebih dulu, mengerti Damar akan menjawab apa. Dan benar saja, Damar akan berkata 'Apa keluarga kita tak penting' tapi sudah terjawab dahulu. Damar jadi tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya melihat teman karib nya ini yang masih fun.

"Hm tak apa, kalau sepenting itu temui. Tunggu apa lagi? " ucap Damar pada Santo. Pria itu mengangguk kecil, "Hei, karena kalian datang terlebih dahulu. Spesial untuk teman ku ini, datanglah ke dalam ada makan siang untuk kalian, pasti capek kan setelah perjalanan jauh? "

"Sudahlah, tak usah malu... "

Damar menggeleng, "Kata siapa malu, kalau bisa kita bertiga habiskan saja. Ya kan ma? " tanya Damar menggoda, Ratih yang ditanya malu sendiri mendengar suaminya berkata jujur seperti itu. Apalagi Sindy saat mendengar ada kata makanan, perutnya langsung keroncongan. "Makanan! "

"Paman, apa juga ada boneka sama balon sisa? "

"Sindy, you cannot like that... " seru Ratih menepuk bahu anaknya yang rakus, sambil menunduk di hadapan Santo beberapa kali. "Maaf Pak, anak saya.. Sedikit tak sopan, "

"Tak apa, tak apa, minta pada pembantu ku gadis kecil. Pasti kamu dikasih, "

"Banyak?! "

"Iya tentu saja, bisa kamu bawa pulang juga buket bunga yang nempel, sekalian papan bunga nya juga kamu bawa, " goda Santo gemas dengan anak kecil, apalagi Sindy yang sangat usil itu malah ketawa-ketiwi. "Hihihi, iya paman siap"

"Hei, antarkan mereka bertiga masuk ya. Kalau bisa temani mereka, acara masih lama Mar, tapi kamu benar-benar rindu ya sama saya sampai se awal ini datangnya, "

Damar tertawa, "Lah iya dong, aku saja sampai menunda meeting karena tak sabar bertemu bagaimana bentuk rupamu sekarang, " ucap Damar terkesan sedikit mengejek, tapi itulah khas keduanya yang bersahabat dekat. "Bisa-bisanya kamu itu. "

****

Ahmad menyaku handphone sejak awal berada di parkir, pria itu menunggu seseorang dengan arloji di tangannya. Setelah beberapa menit ditunggu, akhirnya seorang wanita datang juga tataannya baru saja di perbaiki di kamar mandi, emergency.

Shafira, asisten Ahmad tentu saja. Wanita itu membenarkan dasi pita putih yang berbentuk seperti jakun merpati, di kemeja putihnya. Siap mendampingi pria itu menghadiri sebuah acara pesta pembukaan sebuah hotel.

"Sudah siap? Atau ada yang ketinggalan? " tanya pria itu, menelisik ke arah wajah Shafira yang sedikit mengeluarkan tetesan keringat dibalik makeup nya. Shafira mengangguk kecil, merasa tak meninggalkan barang apapun. "Saya sudah siap pak, tetapi bapak sendiri ada yang tertinggal sesuatu... Mungkin.. -bisa saya ambilkan, " ucap wanita itu yang sedikit tak rela kembali ke dalam lagi, tapi bila perintah Ahmad selama kontraknya mutlak, Shafira tak bisa melawan.

Pria itu akhirnya menggeleng, "Tidak ada, "

"Tapi sebenarnya... "

"Em.. Tidak ada, tak jadi, masuklah lebih dulu.. " ucap Ahmad memberi pintu terbuka di sisi kiri sana, membiarkan asistennya masuk ke dalam. Seorang pria memang harus menawarkan pintu terbuka terlebih dahulu, Ahmad seolah menjadi gentlemen dalam sesaat padahal di belakang pria itu seorang pemain.

"Sudah dipasang pengamannya? " tanya Ahmad dari luar, gelagapan Shafira mencari dimana sabuk pengaman lalu mengangguk. "Sudah pak, saya siap... "

Ucap wanita itu mengangguk, membenarkan rambutnya dalam kaca mobil, dan mendecakkan bibir. Ahmad melihat sekitar, lalu tatapan pria itu bersama rambutnya yang di cetak dengan gel rambut. Membuat kesan pria matangnya tercetak jelas, di umurnya kentara masih berusia 29 tahun akan memasuki umur 30 tahun di bulan depan.

Sebelum menjalankan mobil yamaha miliknya, pria itu sedikit menoleh kebelakang memastikan sesuatu aman terkondisi, lalu memutar setir hingga keduanya bisa melaju ke tempat mereka tuju. Sesampainya di tempat mereka tuju, Shafira berjalan dahuluan kini wanita itu yang membukakan pintu untuk atasannya. "Tak perlu seperti itu, saya bisa sendiri, " ucap nya, sedikit menutup pintu kencang, marah karena di bukakan pintu oleh perempuan, apalagi ini asisten nya yang sudah ia hargai.

Shafira menggeleng lembut, bersama takut-takut menatap pria di depannya. "Maaf Pak, tapi itu sudah tugas dari saya di awal, bahkan itu tersangkut paut dalam kontrak saya, tak mungkin saya terus menerima kebaikan anda terus pak... "

"Oh begitu? "

"Hm, "

"Baiklah, boleh saja... "

"Tapi jaga tanganmu, jangan sampai cedera... "

Shafira terpentuk kaget karena dirinya baru sadar mencepitkan tangan sendiri di tangkai pintu mobil. Membuat wanita itu semakin terlihat tak profesional, "Pak... Saya sungguh maaf Pak, maaf... "

"Tak apa, "

Bersambung...

1
Joshou
hello guys
Joshou
hello guys tinggalkan komentar ya
Joshou
hei kamu udah like dan sucribe belum!
Joshou
kurang apa lagi coba
Joshou
Hai guys ramein dong
Joshou
udah jangan nangis, orang masih manusia
Joshou
Ahmad mengira dirinya main utama
Joshou
Kok ngilang ya yang bawah sendir8
Joshou
siapa yang kesel?
Joshou
hello Hai ga
Joshou
hello hai
Joshou
hello
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!