Nada memiliki Kakak angkat bernama Naomi, mereka bertemu saat Nada berumur tujuh tahun saat sedang bersama Ibunya di sebuah restauran mewah, dan Naomi sedang menjual sebuah tisu duduk tanpa alas.
Nada berbincang dengan Naomi, dan sepuluh menit mereka berbincang. Nada merasa iba karena Naomi tidak memiliki orang tua, Nada merengek kepada Ibunya untuk membawa Naomi ke rumah.
Singkat cerita, mereka sudah saling berdekatan dan mengenal satu sama lain. Dari mulai mereka satu sekolah dan menjalankan aktivitas setiap hari bersama. Kedekatannya membuat orang tua Nada sangat bangga, mereka bisa saling menyayangi satu sama lain.
Menginjak remaja Naomi memiliki rasa ingin mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tua Nada. Dia tidak segan-segan memberikan segudang prestasi untuk keluarga Nada, dan itu membuat Naomi semakin disayang. Apa yang Naomi inginkan selalu dituruti, sampai akhirnya terlintas pikiran jahat Naomi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evhy Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 13
**
Sore ini tepatnya pukul 17:00 Nadia dan beberapa pembantunya sedang memasak dan menyiapkan makan malam bersama keluarga William di kediaman Abimanyu, dengan rasa hormat Nadia masak makanan enak dan juga beberapa kue yang akan disajikan di atas meja.
Nada turun dari kamarnya, menghampiri Nadia dan menanyakan akan ada acara apa di rumahnya sampai Nadia masak cukup banyak.
"Mah di rumah ini mau ada acara?"
"Hmm," jawab Nadia.
"Acara apa Mah?"
"Ck, ganggu banget sih kamu. Malam ini akan ada acara makan malam bersama klien Papa."
Nada tersenyum. "Wih keren dong Mah. Nanti Nada akan dandan yang cantik biar enggak malu-maluin kalian."
"Terserah, udah sana pergi. Ganggu banget kamu ada di sini."
Nada tersenyum canggung, lalu melangkah pergi kekuar dari rumah. Sebelum mandi dia ingin menghirup udara sore terlebih dahulu.
Saat sedang bersantai, Naomi datang dan seperti biasa dia mengganggu Nada dengan ucapannya yang manis.
"Kenapa Lo enggak mandi? Nanti kan mau ada teman Papa ke rumah."
Nada menoleh sambil memutar bola matanya. "Iya mau."
Naomi tersenyum. "Lo marah sama gue ya Nad?"
Nada terkekeh. "Marah? Hak gue apa marah sama Lo, yang ada nanti gue ditampar lagi sama Papa kalau marah sama Lo."
Naomi menggenggam lengan Nada. "Ayolah maafin gue, lagian gue juga enggak berbuat salah apa-apa kan sama Lo."
Nada menghentak lengan Naomi sampai terlepas. "Hah? Haha serius Lo ngomong kaya gitu?" Nada memejamkan mata lalu memutuskan untuk pergi dari hadapan Naomi.
"Sialan Lo, berani banget ngetawain gue?" Naomi mengepalkan lengannya dengan sangat erat.
Nada masuk ke dalam kamar, dia akan berdandan dengan sangat rapi dan juga wangi. Pakaian yang akan dikenakan Nada dress di bawah lutut dengan warna yang sangat soft sekali, ditambah rambut yang dia ikat tengah dengan pita menambah keanggunana Nada.
Jam sudah menunjukkan jam tujuh malam, keluarga Jhonson sudah siap menunggu kehadiran keluarga Argantara yang sebentar lagi akan tiba.
"Mah, Naomi udah cantik belum?"
"Udah Sayang, kamu sangat cantik. Mama terpesona melihatnya," jawab Nadia sambil mengusap surai Naomi.
Naomi tersenyum dan berlari kecil menghampiri Abimanyu.
"Pah, Pah. Naomi udah cantik belum?"
Abimanyu menyimpan ponselnya sambil melihat ke arah Naomi.
"Anak Papa cantik sekali, pasti nanti Kenzo terpesona lihat kamu."
Naomi terkekeh. "Papa bisa aja. Mereka udah di mana Pah?"
"Mereka udah di depan gerbang perumahan kita."
"Aduh Naomi deg-degan nih."
Abimanyu terkekeh. "Kamu kasih mereka kesan yang baik ya."
"Siap Pah. "
**
Keluarga William sudah memasuki perumahan Abimanyu, menaiki mobil hitam tanpa Kenzo di dalamnya.
"Kenzo mana, Pah?"
"Kenzo menyusul, biasa dia pergi ke tempat bascame dulu."
"Dasar anak itu, bisa-bisanya dia ke bascame dulu."
"Sudah biarkan, yang penting dia akan datang."
Sintya menganggukkan kepalanya, mereka pun sampai di depan rumah Jhonson. Terlihat keluarga Jhonson sudah menyambut keluarga Argantara di depan rumah dengan senyuman manis.
"Hallo selamat malam Pak William," sapa Abimanyu sambil berjabat tangan.
"Selamat malam Pak Abimanyu," jawabnya seramah mungkin.
Naomi yang berada di samping Nadia celingukkan mencari keberadaan Kenzo, namun tak terlihat batang hidungnya.
Nadia langsung menyenggol Naomi, memberi kode untuk menyalami kedua tamunya.
"Hallo Om, Tante. Kenalin namaku Naomi Jhonson. " Naomi begitu ramah dan tak lupa senyuman manisnya dia berikan kepada Sintya dan William.
"Hallo cantik, nama Tante Sintya."Sintya membalas tak kalah ramah. " Anak kamu cantik sekali," lanjutnya.
Nadia terkekeh. "Terima kasih jeng. Oh iya ayok silakan masuk."
William dan Sintya mengangguk, mereka memasuki rumah megah milik Abimanyu. Mereka duduk di ruang tamu yang sudah disediakan.
"Silakan duduk," titah Abimanyu.
"Oh ya, anak Pak Wiliam ke mana?"
"Anak saya bentar lagi sampai kok."
Abimanyu mengangguk, mereka pun berbincang sedikit mengenai keluarga masing-masing sambil menunggu kedatangan Kenzo.
Tiba-tiba Nada datang dan menghampiri mereka semua dengan senyuman cantiknya.
"Hy selamat malam," sapa Nada.
Semua tertuju pada Nada yang berdiri dengan sangat cantik. Nadia langsung membulatkan mata dan menghampiri Nada.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Nadia sambil berbisik.
"Ya kan Nada mau ketemu sama klien Papa, emang enggak boleh?"
"Enggak usah, mending kamu masuk ke dalam kamar!"
Nadia mendorong Nada, namun pergerakannya dihentikan oleh Sintya.
"Dia siapa?" tanya Sintya berdiri menghampiri Nada.
Nada melangkah sambil menyalami tangan Sintya. "Nama saya Nada Jhonson, Tante."
"Oh jeng Nadia punya dua putri ya?"
Nadia mengangguk dan tersenyum canggung. "I-iya Jeng ini anak saya yang pertama."
"Cantik sekali kamu." Sintya mengusap surai Nada. Nada masih tersenyum lebar.
"Terima kasih tante.... " jeda Nada.
"Tante Sintya, Sayang."
"Hehe oh ya tante Sintya."
Tak lama suara motor terdengar di depan rumah Jhonson. Dan masuklah Kenzo Argantara ke dalam rumah dengan pakaian serba hitamnya, menambah ketampanan dan keganasan Kenzo.
"Itu dia anak saya," ucap Wiliam saat semua mata tertuju pada Kenzo.
'Ma-maksudnya mereka itu orang tuanya Kenzo?' tanya Nada sambil terkejut dnegan kehadiran Kenzo di rumahnya.
Nada langsung menundukkan kepala dan merasa gelisah melihat aura Kenzo malam ini.
"Ini anak kami, namanya Kenzo Argantara," jelas Sintya pada keluarga Jhonson.
Naomi sudah senyum-senyum dengan hati yang berdebar kala Kenzo berada tepat di depan matanya malam ini.
"Hy Kenzo," sapa Naomi.
Kenzo hanya sekilas menatap Naomi dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah Nada.
Mereka semua kini sudah berada di meja makan, mereka mengambil makanan dan sambil mengobrol mengenai anak-anak mereka.
"Oh jadi kalian bertiga ini satu sekolah," ucap Sintya.
"Iya Tante, Naomi ikut osis dan Kenzo ketua osisnya jadi ya kita udah kenal," jawab Naomi.
"Oh gitu, syukurlah jadi malam ini suasananya tidak terasa canggung ya. "
Naomi mengangguk sambil tersenyum. "Iya Tante."
"Naomi ini aktif sekali di sekolahnya, dan dia dari kecil banyak sekali prestasinya. Apalagi piano dia sudah mencapai tingkat nasional," balas Nadia.
"Wah keren sekali Naomi," jawab Sintya dan diangguki oleh Wiliam.
"Di kelasnya pun dia selalu mendapatkan tingkatan nilai yang baik, jadwal lesnya pun sangat padat."
Sintya mengangguk. "Wah hebat sekali anak kamu ini ya."
"Tentu saja dia turunan Jhonson, haha."
Semua tertawa namun tidak dengan Nada. Dia hanya menunduk sambil memotong steak yang akan dia makan. Hanya Kenzo yang benar-benar memperhatikan Nada sejak tadi.
"Oh ya kalau Nada, apa yang kamu lakukan di sekolah?" tanya Sintya.
Nada langsung menatap Sintya dan bersiap menjawab pertanyaan yang sejak tadi rasanya dia ingin dengar.
"Ah anak itu, dia hanya sekolah seperti pada umumnya tidak ada yang spesial dari Nada," sela Nadia.
Nada langsung tersenyum getir dan kembali melanjutkan makannya. Sintya merasa ada yang aneh dengan sikap Nada.
"Ayo Nada jelaskan pada Tante, pasti kamu punya kegiatan di sekolah." Sintya memberikan kesempatan untuk Nada dan akan dia pergunakan dengan baik.
"Nada suka sekali melukis, Tante."
"Wah, melukis?"
Nada menganggukkan kepala. " Iya Tante."
"Kamu bisa melukis apa?"
"Apa saja, Nada bisa juga melukis wajah tante."
"Apa kamu pernah mengikuti perlombaanya?"
Nada mengangguk. "Nada masuk dua besar, di lima sekolahan."
"Wah hebat sekali kamu. Ternyata ada juga yang bisa melukis ya. Om Wiliam juga sama dia bisa melukis. Iya kan Pah?" Sintya menoleh ke arah Wiliam.
Wiliam mengangguk. "Ternyata bakat kamu sama seperti Om, ya. Wah bisa nih, kita melukis bersama."
Nada mengangguk dengan penuh rasa bahagia. "Boleh Om. Kita melukis bersama."
"Tentu saja. Kamu ini Abimanyu, tidak mengatakan bahwa kamu memiliki anak yang pandai melukis," tujunya pada Abimanyu.
Abimanyu hanya tersenyum simpul tanpa membalas ucapan Wiliam, yang dia inginkan hanya Naomi yang harus diunggulkan bukan Nada.
Sejak tadi pun, Naomi kesal dengan Nada. Seharusnya Nada tidak ada di meja makan bersama keluarganya.
'Sialan Nada. Kenapa malah Lo yang jadi pusat perhatian mereka sih!' gumamnya dalam hati.
Setelah makan, mereka kembali ke ruang tamu dan mengobrol bersama mengenai bisnis yang mereka jalani.
Kenzo duduk di taman belakang bersama Naomi, sesuai permintaan Naomi pada Nadia. Dan sudah dikabulkan malam ini.
"Langitnya indah ya," ucap Naomi sambil menatap langit.
Kenzo hanya berdeham sambil menatap ponselnya, entah apa yang dia lakukan tapi Kenzo malah mengabaikan Naomi.
"Gue seneng deh, malam ini. Ternyata orang gua kita saling kenal ya, Ken. Dunia ini sempit sekali. Oh ya, besok Lo ada acara enggak?"
"Ada, sorry gue enggak bisa diganggu," jawabnya santai.
Sedangkan Nada, dia duduk di teras depan seorang diri sambil senyum dan rasa hatinya menghangat kala seseorang bertanya mengenai hobinya.
"Ternyata hobi melukis benar-benar tidak buruk, buktinya Om Wiliam menyukai melukis," ucapnya pada diri sendiri.
Tak lama terdengar suara Naomi memanggil nama Kenzo, dan mereka berdua keluar secara bersamaan.
Nada hanya diam menatap keduanya yang terlihat seperti pasangan yang sedang bermusuhan.
"Lo mau ke mana?"
"Balik," jawab Kenzo.
"Kan, acaranya belum selesai."
"Gue cuma dateng buat makan malam dan ngehargai keluarga Lo doang."
Kenzo berjalan menuju motor, dan Naomi memulai aksinya dia terjatuh seakan tersandung kaki Nada.
"Aw, Mama sakit," teriak Naomi.
Semua orang berbondong-bondong keluar dari rumah dan melihat Naomi berada di lantai. Kenzo yang hendak memakai helm pu menundanya dan berbalik melihat keributan tersebut.
"Kamu kenapa Naomi?" tanya Nadia.
"Kaki Naomi disandung sama kaki Nada, Mah."
Nada membulatkan mata sambil menggeleng kepala. "Nada enggak ngapa-ngapain Naomi, Mah."
Seperti biasa Abimanyu selalu naik pitam jika Nada menyakiti Naomi. Abimanyu mencekal lengan Nada cukup kencang, namun Kenzo ikut mencekal lengan Abimanyu.
"Lepaskan tangan anda dari tangan Nada," ucap tegas Kenzo dengan tatapan tajam.
Abimanyu pun melepaskannya, Nada meringis dan terlihat pergelangan tangannya memerah karena kuatnya cengkraman Abimanyu.
Keluarga William memutuskan untuk pulang, karena suasana rumah Jhonson sedang tidak kondusif. Kenzo merasa khawatir meninggalkan Nada berada di antara Abimanyu dan keluarganya.