Seorang dokter militer yang tangguh dan cerdas, secara tidak terduga terlempar ke masa lalu, dia masuk ke tubuh nona tertua dari kediaman perdana menteri yang terkenal bodoh dan berperangai buruk.
Perdana menteri yang mengetahui bahwa jenderal Li Chen di curigai berkhianat dan akan segera di asingkan menjadi kalut, dia sangat menyayangi putri keduanya yang berharga, sehingga bertekad mengirim nona tertua untuk menikahi sang jenderal.
Di hari pernikahannya, Jiang Jiyun melihat seluruh properti keluarganya di sita, status bangsawan mereka di cabut dan mereka di asingkan ke hutan.
Dalam kebingungan dan kesedihan, Jiyun bertekad untuk membela suaminya dan membongkar konspirasi di balik fitnah tersebut.
Menggunakan pengetahuan medis dan keterampilan strategisnya, Jiyun merancang rencana untuk menyelamatkan Li Chen dan membersihkan nama mereka.
Akankah Jiyun berhasil mengubah nasib mereka dan mengalahkan musuh yang bersembunyi dalam bayang-bayang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENDAFTAR
Li Yue melotot, dia menyimpan kedua tangannya di pinggang. "Kakak! Kau terlalu tua untuk berebut tempat denganku! Kakak ipar milik Yue'er."
Wu Jia hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan putri kecilnya, dia menatap Jiang Jiyun dengan tidak berdaya.
"Baiklah, Yue'er akan tidur di dekat kakak ipar malam ini." ucap Jiang Jiyun sambil tersenyum lembut.
"Aku?" tanya Li Chen sambil menunjuk dirinya sendiri, Li Shuang cemberut, dia segera berbaring di samping Li Yue.
"Istirahatlah, aku akan mencari sesuatu untuk di makan," ucap Jiang Jiyun, dia meletakan buntelan lain di sisi kanan tempatnya, membuat senyuman di wajah Li Chen semakin melebar.
''Ciiih! Untung saja kakak tertua sakit, jika tidak, aku pasti akan meninjunya. Dia berani merebut kakak ipar dariku!" ucap Li Shuang sambil mendelik tajam, bibir gadis berusia 15 tahun itu tampak mengerucut kesal.
Li Yue membusungkan dadanya, ''Kakak ipar paling sayang dengan Yue'er, setelah sampai di alam liar, Yue'er akan memilih kamar yang besar agar bisa tidur dengan kakak ipar."
Li Chen hanya bisa menggelengkan kepala, sepertinya harga diri dia sebagai putra tertua telah jatuh semenjak kemunculan Jiang Jiyun, adik-adiknya yang dulu penurut, sekarang menjadi semakin galak, mereka bahkan tidak ragu untuk memisahkan dia dari istrinya.
"Baiklah! Ambil tempat dulu, ibu akan pergi untuk melihat kakak ipar kalian," ucap Wu Jia sambil berdiri, Li Shuang dan Li Yue juga bangkit, keduanya mengikuti sang ibu keluar dari ruangan.
Li Feng menatap kasihan pada kakak tertuanya, sepertinya pemuda itu akan lebih banyak saingan di masa depan, dia pasti tidak akan bisa menghabiskan lebih banyak waktu untuk bersama dengan Jiang Jiyun.
"Kakak!" panggil Li Feng, Li Chen melirik sambil tersenyum kecut.
"Sudahlah! Biarkan mereka bahagia!" jawabnya sambil menengadahkan wajah, dia menatap langit-langit kamar seraya menghela nafas lelah.
Satu jam kemudian, semua anggota keluarga berkumpul, Jiang Jiyun berhasil mendapatkan beberapa telur liar dan ubi kayu, dia meminjam panci milik petugas untuk merebusnya. Setelah matang, gadis itu segera memindahkannya ke wadah milik keluarga mereka, kemudian di bawa menuju kamar.
"Makan dulu!" ucap Jiang Jiyun, dia menata makanan di depan semua orang.
"Dimana Qian Qian?" tanya Jiang Jiyun sambil melirik ke kiri dan ke kanan, dia hampir saja melupakan pelayan yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri itu.
Wu Jia menunjuk, Qian Qian baru saja masuk membawa ceret yang terbuat dari tanah liat ke dalam kamar.
"Nona, minum teh dulu, Qian Qian menemukannya dari dalam buntelan yang di bawa dari kediaman perdana menteri. Sepertinya mereka sengaja menyimpannya di sini.'' ucap gadis pelayan itu sambil menyodorkan mangkuk yang berisi teh panas.
Jiang Jiyun menerimanya dengan senang hati, dia beberapa kali melakukan gerakan meniup sebelum akhirnya menyesap teh dengan tenang.
"Makanlah!" ucap Jiang Jiyun.
Semua orang mengambil ubi rebus, awalnya mereka terlihat bingung, namun setelah Jiang Jiyun mengambil satu potong dan melahapnya, mereka mulai berebutan.
Wu Jia mengambil 1 telur rebus, dia menyerahkannya pada Jiang Jiyun. "Yun'er! Makan lebih banyak! Kamu pasti sangat lelah!"
Jiang Jiyun tersenyum tipis, "Ibu, anda juga harus memakannya."
Jiang Jiyun sengaja merebus telur di sesuaikan dengan jumlah anggota keluarganya, agar mereka tidak berebutan.
Setelah selesai makan, mereka duduk mengobrol, seorang petugas muncul membawa pengumuman.
"Kami akan pergi ke kota besok untuk membeli perbekalan, jika kalian membutuhkan sesuatu, bisa mendaftar!" ucap salah seorang petugas sambil melirik rekannya yang membawa buku serta pena.
Su Yuan berdiri, dia mengambil beberapa tael perak dari dompetnya. "Petugas, aku ingin mendaftar! Keluarga kami membutuhkan beras poles, biji-bijian, tepung dan pakaian baru."
Su Yuan menyerahkan perak miliknya, dia membusungkan dada di depan keluarga Li Chen. Zhi Yang juga berdiri, meskipun keluarga cabang kedua dan ketiga belum berpisah, namun dia tidak yakin bahwa perak yang dimiliki gadis itu akan cukup untuk membeli semua kebutuhan keluarga.
"Petugas! Aku juga Ingin mendaftar, keluarga kami membutuhkan tepung, biji-bijian kasar dan pakaian baru, serta beberapa roti dan daging kering." ucapnya sambil menyerahkan perak.
Su Yuan tersenyum penuh provokasi, "Keluarga kami memiliki banyak makanan, Jiang Jiyun, apakah keluargamu tidak membutuhkannya? Ataukah kau sudah kehabisan perak? Sungguh kasihan, perjalanan kita masih sangat jauh, tapi kalian akan segera kesulitan bahan makanan."
Jiang Jiyun menoleh, dia hanya tersenyum dingin. "Petugas, keluarga kami membutuhkan panci, ketel, selusin mangkuk, mangkuk besar, sumpit dan sendok."
Setelah mengatakan hal itu, dia melepaskan beberapa keping perak yang tersembunyi di rambutnya.
'Sial! Bagaimana bisa dia menyembunyikan perak di sana? Jiang Jiyun! Aku tidak akan melepaskan mu!'
"Jiang Jiyun! Apakah kau sudah gila? Kau meminta para petugas untuk membeli benda-benda seperti itu?" tanya Su Yuan sambil tertawa terbahak-bahak.
"Itu benar! Jiang Jiyun sudah gila! Sangat berbeda dengan Yuan'er kami, dia peduli dengan makanan dan pakaian." nyonya tua Li lagi-lagi ikut bersuara.
"Ya, Yuan'er masih sangat bijak!" ucap Li Jiang sambil tertawa, sementara Jiang Jiyun hanya melirik sinis pada mereka.
Li Chen memandangi wajah istrinya dengan senyuman lembut, pemuda itu mengangguk-anggukkan kepala sebagai persetujuan atas permintaan Jiang Jiyun sebelumnya.
'Kami akan lebih banyak melewati hutan di bandingkan dengan kota, butuh banyak persediaan barang, untuk makanan, selama kami bisa mengenali hal tersebut, bahkan jika tidak bisa memasak, selama makanan tidak beracun, kami akan baik-baik saja!'
Jiang Jiyun berbalik, dia segera berbaring, meninggalkan keluarga kedua dan ketiga dengan angkuh, dia sama sekali tidak peduli apa pun yang mereka katakan. Li Yue juga mengikutinya.
"Kakak ipar!" panggil gadis kecil itu, dia menatap wajah Jiang Jiyun dengan tenang.
"Jangan khawatir! Keluarga kita tidak akan kelaparan meskipun tidak membeli biji-bijian kasar, ada banyak makanan yang di sediakan oleh alam, kita bisa mencarinya nanti!" ucap Jiang Jiyun sambil menepuk buntelan di sebelahnya.
Li Yue mengangguk, dia segera tidur setelah selesai mengoleskan salep pada kakinya.
"Tidurlah!" ucap Wu Jia, dia memasang kain penghalang pada pintu masuk kamar yang terbuka.
"Ibu juga beristirahat!" ucap Jiang Jiyun, untung saja kamar milik mereka memiliki jendela, sehingga angin bisa tetap masuk, serta tidak terlalu gelap, cahaya bulan samar-samar menyinarinya.
Semua orang tertidur dengan pulas, wajah mereka terlihat di penuhi kelelahan. Tepat tengah malam, kedua mata Li Chen terbuka, dia tidur dengan posisi miring sambil memandangi wajah cantik di depannya.
'Dia terlihat semakin cantik saat tidur!'